Olimpiade Paris 2024 mendobrak pakem dengan pembukaan di luar stadion dan cabang olahraga baru berorientasi anak muda.
Oleh
Redaksi Kompas
·2 menit baca
Olimpiade Paris 2024 akan mengukir sejarah karena untuk pertama kalinya, upacara pembukaan dilangsungkan di luar stadion, tepatnya di Sungai Seine.
Acara itu diperkirakan akan dihadiri ratusan ribu orang yang akan menyaksikan parade atlet dari tepian Sungai Seine, Paris, Jumat (26/7/2024). Atlet akan berparade menaiki perahu, melintasi rute sungai sepanjang 6 kilometer.
Tidak hanya soal pembukaan, Paris 2024 juga mendobrak pakem cabang olahraga Olimpiade, yang sebenarnya sudah dimulai sejak edisi sebelumnya. Hal itu tak lepas dari kesadaran kian menuanya audiens dan menurunnya ketertarikan anak muda terhadap cabang olahraga tradisional Olimpiade. Sebuah penelitian di AS memperlihatkan, audiens siaran Olimpiade menua, dari usia rata-rata 45,5 tahun di Sydney 2000 menjadi 52,4 tahun di Rio de Janeiro 2016.
Bagi Komite Olimpiade Internasional (IOC), itu adalah sebuah krisis. Untuk memenangkan kembali hati anak muda, IOC pun mulai memasukkan cabang olahraga baru agar Olimpiade tetap relevan di kalangan generasi Z dan milenial.
Maka, dimasukkanlah freestyle BMX, panjat tebing, selancar ombak, skateboarding (papan seluncur), dan basket 3 x 3 di Olimpiade Tokyo 2020.
Di Olimpiade Paris 2024, breaking atau breakdancing, sebuah cabang olahraga yang awalnya berupa tarian, akan menjalani debutnya di ajang olahraga tertinggi ini. Dua emas akan diperebutkan di cabang ini.
Adapun panjat tebing di Paris memperlombakan nomor baru, yaitu speed atau adu kecepatan mencapai puncak dinding panjat. Nomor speed terpisah dari nomor lead dan boulder, yang pada edisi sebelumnya hasilnya digabung untuk menentukan pemenangnya.
Bagi kontingen Indonesia, olahraga baru itu memunculkan harapan baru. Tim ”Merah Putih”, yang biasanya mengandalkan cabang tradisional, seperti bulu tangkis, angkat besi, dan panahan, kini bisa berharap pada panjat tebing untuk mendulang medali.
Para pemanjat tebing Indonesia, terutama nomor speed, adalah salah satu yang terbaik di dunia. Indonesia mengirimkan empat pemanjat, yang termasuk dalam kekuatan 29 atlet Merah Putih ke Paris.
Dobrakan Paris lainnya adalah pesan keberlanjutan yang dinyatakan dengan keinginan Paris untuk mengurangi jejak karbon Olimpiade hingga separuh dari edisi-edisi sebelumnya.
Salah satu caranya, Paris berusaha keras mengurangi pembangunan infrastruktur baru. Sekitar 95 persen venue yang digunakan adalah yang sudah ada atau menggunakan venue sementara. Ini sekaligus cara Paris berhemat anggaran.
Ke depan, menjadi tuan rumah Olimpiade yang tidak boros pembiayaan adalah kunci, selain penyelenggaraan yang inklusif, serta olahraga yang berorientasi pada anak muda.