Rekonsiliasi dan upaya mengurangi perbedaan di antara kekuatan internal Palestina sangat penting.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Sebanyak 14 faksi di Palestina, termasuk Fatah dan Hamas, bertemu di Beijing. Mereka berkomitmen untuk mengurangi perbedaan.
Perwakilan 14 faksi Palestina melakukan pembicaraan rekonsiliasi di Beijing, China, Sabtu hingga Selasa (20-23/7/2024). Di pengujung pertemuan yang juga dihadiri faksi Hamas dan Fatah itu, para peserta menandatangani kesepakatan untuk mengedepankan kepentingan rakyat Palestina dibandingkan dengan persaingan politik. Pemerintah China memediasi pertemuan ini (Kompas.id, 23/7/2024).
Ada delapan poin deklarasi, salah satunya komitmen memperkuat pemerintahan bersatu Palestina. ”Pemerintahan yang terbentuk akan memiliki wewenang atas Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem. Pemerintah mempersatukan semua lembaga di seluruh wilayah guna menyiapkan pemilihan umum,” demikian tercantum di dalam deklarasi.
Di tengah perjuangan menghadapi Israel serta upaya mendirikan negara yang kuat dan independen, Palestina mengalami perbedaan politik yang besar di antara kekuatan-kekuatan internal. Sebagai gambaran, Fatah merupakan bagian dari Otoritas Palestina yang memerintah di Tepi Barat. Fatah mengedepankan pendekatan damai dengan Israel. Sikap ini sejalan dengan banyak negara yang menghendaki solusi dua negara, yaitu Palestina yang merdeka dan hidup berdampingan bersama Israel.
Di sisi lain, ada Hamas yang memenangi pemilu di Jalur Gaza pada 2006. Setelah menguasai Gaza, Hamas meniadakan pemilu. Hamas condong pada penggunaan senjata sehingga membuat keamanan di Gaza dan hubungannya dengan Israel terus memburuk. Mereka menolak pula keberadaan negara Israel.
Upaya China menggelar pertemuan rekonsiliasi patut dihargai. Usaha apa pun dan oleh siapa pun dengan tujuan membangun perdamaian sejati pantas diapresiasi.
Rekonsiliasi dan upaya mengurangi perbedaan di antara kekuatan internal Palestina sangat penting. Dengan cara itu, cita-cita keberadaan pemerintahan Palestina yang kuat dapat terwujud. Otoritas yang kokoh dengan posisi politik yang kuat mutlak diperlukan untuk bernegosiasi dengan dunia internasional, terutama pihak Israel.
Sejumlah syarat harus dipenuhi, terutama kesatuan visi dan kerelaan menepis perbedaan di antara kekuatan-kekuatan politik internal. Syarat kedua, para politisi atau tokoh yang terlibat di dalamnya harus mumpuni dan dipercaya. Otoritas yang terbentuk ini juga harus mampu memerintah secara efektif di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Pertemuan rekonsiliasi di Beijing barulah awal dari perjalanan. Komitmen untuk menepis perbedaan dan bersama-sama membangun pemerintahan bersatu Palestina yang kuat masih harus diwujudkan dalam praktik.