Israel kalah telak di ranah moral dan diplomasi setelah tiga negara penting Eropa mengakui negara Palestina.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·4 menit baca
Tiga negara penting Eropa, yaitu Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, hari Rabu (22/5/2024), mendeklarasikan pengakuan atas negara Palestina yang berlaku secara efektif mulai 28 Mei 2024. Dari pengakuan ini, perang Gaza memberi pelajaran tentang mendesaknya solusi isu Palestina demi terwujudnya stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.
Perdana Menteri (PM) Norwegia Jonas Gahr Store mengatakan, satu-satunya solusi politik bagi kemaslahatan Palestina dan Israel adalah adanya dua negara yang berdampingan secara damai. Ia menyatakan, solusi dua negara juga demi kemaslahatan Israel.
Adapun PM Spanyol Pedro Sanchez menuduh PM Israel Benjamin Netanyahu terus melancarkan penghancuran Jalur Gaza. Ia menyebut tindakan Netanyahu itu akan membahayakan atas solusi dua negara.
PM Irlandia Simon Harris mengungkapkan, akan ada negara Eropa lain yang akan mengikuti jejak Spanyol, Norwegia, dan Irlandia yang akan mengakui negara Palestina dalam beberapa pekan mendatang. Calon kuat negara Eropa yang segera akan mengakui negara Palestina adalah Malta dan Slovenia.
Sebelum mengambil langkah mengakui negara Palestina, Irlandia pada awal April 2024 telah menarik investasi senilai sekitar 3 juta euro dari enam perusahaan Israel sebagai protes atas aksi biadab Israel di Jalur Gaza.
Sebelum ini sudah ada delapan negara Eropa yang telah mengakui negara Palestina, yaitu Swedia, Siprus, Bulgaria, Hongaria, Romania, Slowakia, Polandia, dan Ceko.
Sejak tahun 1988 sudah ada 139 negara dari 193 negara anggota PBB yang mengakui negara Palestina. Namun, sebagian besar dari 139 negara yang mengakui negara Palestina itu berasal dari negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Gerakan Eropa mengakui negara Palestina itu terjadi menyusul kampus-kampus di Eropa terakhir ini juga dilanda gelombang unjuk rasa mahasiswa yang menentang perang Gaza dan mengecam keras genosida Israel di Jalur Gaza. Kampus-kampus di Eropa terinspirasi oleh bangkitnya kampus-kampus besar di AS sejak pertengahan April 2024 hingga saat ini yang menentang perang Gaza dan mengecam keras Israel.
Akhir-akhir ini, Eropa telah berubah dan mengarah menjadi basis pendukung Palestina. Ini kebobolan Israel cukup signifikan dalam ranah diplomasi.
Gerakan Eropa itu juga sejalan dengan resolusi Majelis Umum (MU) PBB pada 10 Mei 2024 yang menyerukan Dewan Keamanan (DK) PBB supaya mempertimbangkan dukungan terhadap Palestina untuk menjadi anggota resmi PBB. Resolusi MU PBB ini didukung oleh 143 suara, 9 suara kontra, dan 25 suara abstain.
Posisi Palestina saat ini hanya sebagai peninjau di PBB yang didapat pada tahun 2012.
Gerakan Eropa mengakui negara Palestina tersebut terjadi hanya dua hari setelah jaksa Mahkamah Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) Karim Khan pada Senin (20/5/2024) mengajukan permohonan surat perintah penangkapan terhadap PM Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Karim Khan mengklaim memiliki bukti-bukti kuat terkait kejahatan perang yang dilakukan PM Netanyahu dan Menhan Gallant di Jalur Gaza.
Norwegia, satu dari tiga negara Eropa yang mengakui negara Palestina, adalah negara Eropa pertama yang menegaskan akan menangkap Netanyahu dan Gallant jika ada perintah dari ICC untuk menangkap mereka. Menlu Norwegia Espen Barth Eide, Selasa (21/5/2024), menyampaikan, Norwegia akan menangkap Netanyahu dan Gallant jika keduanya berkunjung ke Norwegia setelah keluarnya perintah ICC nanti.
Perancis, Belgia, dan Slovenia, hari Selasa itu pula, menyatakan dukungan kepada ICC agar mengeluarkan perintah penangkapan sesuai dengan permohonan Jaksa Karim Khan.
Gerakan Eropa mengakui negara Palestina dan menyambut positif atas isu ICC merupakan babak baru dalam perang Gaza. Perang ini telah memasuki bulan kedelapan dan tak ada pertanda kesepakatan gencatan senjata bakal tercapai dalam waktu dekat.
Korban dari pihak Palestina hingga akhir Mei 2024 telah lebih dari 36.000 orang tewas dan 80.000 orang luka-luka.
Gerakan Eropa tersebut memperkuat atmosfer internasional yang mengarah semakin kuatnya dukungan terhadap solusi dua negara dengan berdirinya negara Palestina pascaperang Gaza nanti. Hal itu sejalan juga dengan atmosfer regional yang juga mengarah pada kesepahaman bahwa berdirinya negara Palestina merupakan keniscayaan pascaperang Gaza itu.
Komite lima negara Arab utama, yang terdiri dari Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Jordania, dan Qatar, pada 15 Mei 2024 menegaskan, mereka siap membantu membangun kembali Jalur Gaza dengan syarat ada horizon menuju berdirinya negara Palestina.
Jika negara-negara Eropa yang telah mengakui negara Palestina, seperti Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, membangun komunikasi dengan komite lima negara Arab untuk bekerja sama berjuang demi berdirinya negara Palestina, hal ini bisa menjadi sebuah kekuatan politik kuat untuk menekan AS dan Israel menerima solusi berdirinya negara Palestina.
Bagi Israel, gerakan Eropa mengakui negara Palestina merupakan kekalahan diplomasi baru yang mereka alami secara beruntun akibat perang Gaza. Selama ini Eropa dikenal sebagai basis tradisional pendukung Israel setelah AS.
Akan tetapi, akhir-akhir ini Eropa telah berubah dan mengarah menjadi basis pendukung Palestina. Ini kebobolan Israel cukup signifikan dalam ranah diplomasi.
Israel mungkin menang dalam pertempuran di Jalur Gaza, tetapi Israel kalah telak di ranah moral dan diplomasi.
Seperti diketahui, Israel mengalami kekalahan diplomasi secara telak di ranah internasional. Pada 26 Januari 2024, hasil sidang Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, memutuskan menyerukan Israel agar melakukan segala langkah untuk menghentikan genosida di Jalur Gaza.
Kemudian, sidang Dewan Keamanan (DK) PBB pada 25 Maret 2024 mengeluarkan resolusi nomor 2728 yang berisi seruan agar diberlakukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Tak sampai dua bulan berselang, pada 10 Mei 2024, sidang Majelis Umum PBB menyerukan DK PBB untuk mempertimbangkan dukungan terhadap Palestina untuk menjadi anggota resmi PBB.
Pukulan telak bagi Israel kembali berulang pada 20 Mei 2024 saat Karim Khan mengajukan permohonan penangkapan PM dan Menhan Israel.