Tepatkah istilah ”penumpukan kendaraan” dalam berita, padahal tak ada susunan kendaraan yang bertumpuk bertindih-tindih?
Oleh
NUR ADJI
·2 menit baca
Setiap kali arus mudik atau arus balik terjadi, jumlah kendaraan yang dipakai pemudik di jalan-jalan biasanya bertambah. Kejadian ini biasanya ditulis jurnalis atau diucapkan pembaca berita sebagai peristiwa ”menumpuknya kendaraan”. Kata lain dari itu adalah terjadinya ”penumpukan kendaraan” di jalan-jalan. Untuk yang menggunakan moda transportasi umum di terminal atau stasiun, jurnalis atau pembaca berita menyatakannya dengan terjadinya ”penumpukan penumpang”.
Tepatkah istilah penumpukan kendaraan atau penumpukan penumpang yang dipakai jurnalis atau pembaca berita itu?
Kita cek terlebih dahulu kata penumpukan. Kata ini merupakan bentuk jadian dari kata tumpuk yang mendapatkan imbuhan pe- + -an. Tumpuk diartikan sebagai ’longgok (timbunan sesuatu) yang tidak berapa banyak; susunan barang yang bertumpang tindih’. Adapun penumpukan adalah ’proses, cara, perbuatan menumpuk’. Si pelaku disebut penumpuk, sedangkan hasil dari menumpuk adalah tumpukan.
Kendaraan, sebagai kata yang didahului kata penumpukan, dimaknai oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai ’sesuatu yang digunakan untuk dikendarai atau dinaiki (seperti kuda, kereta, mobil)’. Adapun penumpang dimaknai sebagai ’orang yang menumpang atau orang yang naik (kereta, kapal, dan sebagainya)’. Makna lain, tetapi tidak relevan dengan tulisan ini, ialah ’orang yang tinggal atau bermalam di rumah orang’.
Penumpukan, seperti dinyatakan KBBI, mengandung arti ’bertumpang tindih’ atau ’bersusun-susun tindih-menindih’.
Maka, frasa penumpukan kendaraan dapat diartikan sebagai ’proses atau cara perbuatan menumpuk sesuatu yang digunakan untuk dikendarai atau dinaiki’. Akan halnya penumpukan penumpang, kita dapat mengartikannya sebagai ’proses atau cara perbuatan menumpuk orang yang menumpang atau orang yang naik kendaraan’.
Penumpukan, seperti dinyatakan KBBI, mengandung arti ’bertumpang tindih’ atau ’bersusun-susun tindih-menindih’. Ada dua makna lain dari bertumpang tindih, yakni ’bertimbun-timbun banyak sekali; bertumpuk-tumpuk’ dan ’bercampur aduk, saling berbeda (bertentangan)’. Namun, kedua makna ini digolongkan KBBI sebagai makna kiasan, atau makna tambahan dari makna sebenarnya.
Mengingat jurnalis menulis berita tentang arus balik atau arus mudik, dan si pembaca berita membacakan berita tentang hal yang sama yang ditulis jurnalis, tentulah penumpukan kendaraan dan penumpukan penumpang yang ditulis atau dibacakannya tidak terkait dengan kiasan. Kedua frasa tersebut menggunakan makna sebenarnya.
Tentu kita masih ingat bahwa bahasa jurnalistik, apalagi terkait dengan berita yang menyuguhkan fakta, mesti ditulis dengan bahasa yang lugas, tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata. Hal itu dimaksudkan agar tulisan tidak membingungkan pembaca, yang pada akhirnya tidak akan menyebabkan terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
Karena itu, penggunaan penumpukan kendaraan atau penumpukan penumpang mesti dihindari. Kendaraan atau penumpang yang jumlahnya banyak selama arus mudik atau arus balik tentu tidak bersusun-susun tindih-menindih. Jika hal itu terjadi, betapa tinggi tumpukan kendaraan atau penumpang yang jumlahnya banyak itu. Bukan tidak mungkin tumpukannya melebihi gunungan sampah yang terdapat di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantargebang.
Pemadatan kendaraan atau pemadatan penumpang, saya kira, bisa menjadi salah satu alternatif pengganti penumpukan kendaraan atau penumpukan penumpang. Pemadatan (dari kata padat dan sisipan -em-) bermakna ’proses atau cara menjadi padat, penuh sesak, pejal, atau sangat penuh sehingga tidak berongga’. Adapun kata yang menggambarkan keadaan menjadi padat, kita dapat menggunakan kepadatan (perihal [keadaan] padat): kepadatan kendaraan atau kepadatan penumpang.
Dulu kita mengenal istilah kepadatan penduduk. Istilah ini menggambarkan banyaknya penduduk yang menempati suatu wilayah. Semakin banyak penduduk, semakin padat wilayah yang mereka tempati. Sementara istilah kepadatan kendaraan pun lazim digunakan untuk menunjukkan banyaknya kendaraan di jalan.
Tak salah jika kepadatan penumpang (pemadatan penumpang) atau kepadatan kendaraan (pemadatan kendaraan) digunakan dalam konteks arus mudik atau arus balik, atau dalam konteks lain yang berkaitan dengan penuh sesaknya kendaraan atau penumpang dalam suatu tempat.