Mewaspadai Ledakan Mudik 2024
Berdasar hasil survei, diperkirakan 71,7 persen penduduk berniat mudik, melejit dibanding tahun 2023 yang 45,8 persen.
Lonjakan arus mudik berpotensi terjadi pada musim mudik Lebaran 2024. Sebanyak 71,7 persen penduduk Indonesia berniat mudik, meningkat tajam dibandingkan musim mudik Lebaran 2023 yang sebesar 45,8 persen. Untuk Jabodetabek bahkan peningkatannya 84,27 persen (28,4 juta).
Selepas masa pandemi Covid-19 yang sarat dengan restriksi mobilitas, peluang untuk mudik dan bersilaturahmi dengan sanak saudara dan kerabat di kampung halaman terbuka lebar sejak tahun lalu.
Mudik telah menjadi tradisi kultural yang berkembang sejak zaman kolonial, distimulasi oleh hadirnya transportasi kereta api (KA) di Jawa pada masa itu.
Di satu sisi, pemudik mengalokasikan biaya, waktu, dan tenaga demi memperoleh kebahagiaan/kesejahteraan batin dengan bersilaturahmi ke kampung halaman. Di sisi lain, masyarakat di daerah destinasi memperoleh berkah, termasuk manfaat ekonomi. Dari perspektif Game Theory, situasi ini identik dengan positive sum collaborative game.
Berdasar hasil survei, diperkirakan 71,7 persen penduduk Indonesia berniat mudik, melejit dibanding tahun 2023 yang sebesar 45,8 persen.
Eksplosi pemudik
Di tengah tren harga pangan yang melonjak sejak akhir 2023, ternyata tiket mudik 2024 laris manis, khususnya KA. Sebanyak 1,2 juta tiket terjual pada minggu pertama Maret. Tanggal favorit mudik dengan KA pada 4-10 April 2024.
Kondisi perekonomian secara umum sejatinya kurang mendukung akan terjadinya lonjakan pemudik yang mencolok pada musim mudik tahun ini. Inflasi memang masih terkendali, per Februari 2024 tercatat 2,75 persen (yoy).
Namun, hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan justru menunjukkan potensi lonjakan mudik yang luar biasa di musim mudik Lebaran 2024. Dikatakan ”luar biasa” sebab lonjakannya lebih besar lagi dibanding tahun lalu yang sudah besar.
Berdasar hasil survei, diperkirakan 71,7 persen penduduk Indonesia berniat mudik, melejit dibanding tahun 2023 yang sebesar 45,8 persen. Secara persentase ataupun angka absolut, jumlah pemudik jauh lebih besar dari tahun lalu. Parameter 71,7 persen ini hanya perkiraan untuk lingkup nasional, bukan provinsi. Di wilayah seperti Bali, NTT, Papua, dan Kalimantan Barat, persentasenya jauh di bawah itu. Sementara di Jawa, khususnya Jabodetabek, angkanya di atas itu.
Infografik Mudik Lebaran 2024
Bakal pemudik didominasi kelompok pekerja berpenghasilan tetap yang umumnya memperoleh tunjangan hari raya. Mereka adalah karyawan swasta (29,79 persen), PNS/ASN/PPNPN (8,34 persen), dosen/guru swasta (3,15 persen), pegawai BUMN/BUMD (1,47 persen). Lainnya, ibu rumah tangga (14,44 persen), wirausaha (9,37 persen), dan pelajar/mahasiswa (9,06 persen).
Sebanyak 33,68 persen bakal pemudik berpenghasilan Rp 3 juta-Rp 7 juta dan 22,44 persen antara Rp 1 juta dan kurang dari Rp 3 juta. Hanya 9,88 persen yang berpenghasilan Rp 7 juta hingga Rp 25 juta dan 0,6 persen berpenghasilan lebih dari Rp 25 juta.
Jabodetabek
Wilayah megaurban Jabodetabek senantiasa jadi barometer penyelenggaraan arus mudik nasional. Angka prediksi potensi pemudik dari wilayah ini sejauh ini cenderung paling valid, setidaknya pada tahun 2018 hingga 2023, di luar era pandemi.
Dibanding perkiraan potensi mudik nasional sebesar 71,7 persen, lonjakan potensi pemudik dari Jabodetabek lebih ”gila” lagi, yakni 84,27 persen (28,4 juta). Namun, sebanyak 11,04 persen di antaranya (3,12 juta) hanya pulang kampung di wilayah Jabodetabek juga, misal dari Kabupaten Bekasi ke daerah perdesaan di Kabupaten Bogor. Hal ini berarti sebanyak 25,26 juta orang berpotensi mudik keluar dari Jabodetabek, terutama ke Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Bakal pemudik didominasi kelompok pekerja berpenghasilan tetap yang umumnya memperoleh tunjangan hari raya.
Pada musim mudik 2023, potensi mobilitas orang dari Jabodetabek sebesar 54,31 persen dari penduduknya atau 18,3 juta jiwa. Jumlah pemudik Jabodetabek 2023 naik 30,71 persen dibanding tahun 2022 (14 juta) dan naik 22,82 persen dibanding sebelum pandemi (2019), yakni 14,9 juta atau 44,1 persen dari total penduduk Jabodetabek.
Dengan demikian, potensi pemudik Jabodetabek 2024 melonjak 32,79 persen dibanding tahun lalu atau 63,09 persen lebih besar dari tahun 2019. Fantastis!
Dari wilayah Jabodetabek, DKI menjadi kontributor terbesar jumlah pemudik, yakni 41,59 persen. Di luar DKI, potensi pemudik terbesar Jabodetabek berasal dari Kabupaten Bekasi (12,63 persen). Ini bisa dipahami mengingat pesatnya perkembangan sektor/investasi/kawasan industri dan banyaknya pekerja pendatang.
Wilayah Kabupaten Bekasi bertaburkan kawasan industri besar. Sebut saja Jababeka, GIIC, MM2100, Lippo Cikarang, Marunda Center, EJIP, KITIC, Hyundai, dan Panasonic Gobel. TPAK Kabupaten Bekasi relatif tinggi (65 persen) dan upah minimum kabupaten Rp 5,22 juta, lebih tinggi dibanding upah minimum DKI.
Kontributor pemudik Jabodetabek berikutnya adalah Kabupaten Bogor 9,31 persen, Kota Bekasi 8 persen, Kabupaten Tangerang 7,89 persen, Kota Depok 7,01 persen, Kota Tangerang 6,22 persen, Tangerang Selatan 5,12 persen, dan Kota Bogor 2,23 persen.
KA dan bus jadi moda pilihan sebagian besar pemudik dibanding pesawat karena harga tiket pesawat sedang tinggi, khususnya jelang hari H Lebaran. Selain itu, pendapatan masyarakat secara riil juga sedang anjlok dan terasa dampaknya, terutama bagi yang berpendapatan menengah ke bawah. Namun, potensi peningkatan penumpang pesawat tetap terbuka, terutama dari pemudik berpenghasilan menengah ke atas.
Dari jumlah potensi pemudik Jabodetabek, sebesar 29,05 persen (setelah dikurangi potensi pemudik antar-Jabodetabek), yakni 7 juta pemudik, memilih moda KA jarak sedang/jauh (termasuk rute Jakarta-Bandung dengan kereta api konvensional atau kereta cepat/KCJB). Sekitar 1 juta pemudik/pelancong akan berangkat dari Jakarta menggunakan KCJB selama musim libur Lebaran.
Panen turis domestik
Jawa Tengah menjadi salah satu destinasi wisata utama pemudik ke Jateng-DIY. Destinasi seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, bahkan Candi Dieng akan panen turis domestik sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Candi Borobudur salah satu destinasi wisata favorit masa libur Lebaran 2023 lalu, tetapi dikenai pembatasan jumlah kunjungan 150 orang per jam dan maksimal 1.200 orang per hari dengan tiket masuk Rp 50.000 per orang.
Selama libur Lebaran 2023, jumlah kunjungan ke Borobudur 91.525 orang saja. Pembatasan kunjungan diberlakukan untuk tujuan konservasi candi yang berstatus warisan budaya dunia. Sementara Candi Prambanan di DIY, yang juga berstatus warisan budaya dunia, selama libur Lebaran tahun 2023 menerima kunjungan sebanyak 110.000 lebih.
Baca juga: Kala Tiket Mudik Gratis Jadi Rebutan
Baca juga: Mudik Gratis dan Manajemen Angkutan Lebaran
Destinasi wisata lain, seperti Bali dan Danau Toba, pun akan menikmati peningkatan kunjungan turis domestik. Pada musim libur Lebaran 2023, kunjungan turis domestik meningkat 40 persen dari hari-hari normal.
Kunjungan turis domestik ke Bali pada hari normal 14.000-15.000 per hari dan di musim libur Lebaran 2023 sekitar 21.000 per hari. Tingkat okupansi hotel meningkat di atas 80 persen, khususnya di kawasan Ubud, Kuta, dan Badung.
Hotel-hotel pelat merah di bawah Hotel Indonesia Natour (HIN), anak usaha InJourney, hotel-hotel jaringan HIN, dan Hotel Indonesia Group (HIG) di Bali mencapai okupansi 90 persen.
Di luar Bali, sejumlah hotel jaringan HIN juga menikmati peningkatan okupansi, seperti Hotel Meruorah Labuan Bajo (75 persen), Hotel Khas Parapat, Danau Toba (95 persen), dan Hotel Merumatta Senggigi (hampir 100 persen). Jumlah turis domestik musim libur Lebaran tahun ini kemungkinan besar meningkat dibanding tahun lalu.
Beberapa catatan
Pada libur Lebaran 2024, pemudik ataupun pelancong memiliki opsi lebih banyak dalam memilih moda transportasi untuk mudik atau berwisata. Sejumlah bandar udara baru ataupun hasil pengembangan bandara lama di daerah dapat disiapkan untuk melayani pemudik. Sebut saja Bandara Dhoho (Kediri), Banyuwangi International Airport, Bandara Ngloram (Blora), Bandara Jenderal Soedirman (Banyumas), ataupun Bandara Matahora (Wakatobi).
Tak hanya di Jawa atau Sumatera, warga Sulawesi Selatan pun kini dapat menikmati layanan KA dari Makassar hingga Kabupaten Barru. Pembangunan KA Trans-Sulawesi baru selesai tahap pertama (rute Makassar-Parepare-Barru).
Beberapa catatan penting untuk penyelenggaraan arus mudik tahun 2024 perlu disampaikan di sini. Pertama, parameter potensi pemudik 71,7 persen dari jumlah penduduk secara nasional (untuk Jabodetabek 84,27 persen) merupakan prediksi, tetapi tetap menjadi indikasi bahwa arus mudik 2024 akan mengalami peningkatan signifikan.
Maka, langkah antisipasi perlu lebih intensif dibanding tahun lalu. Contohnya, pelabuhan-pelabuhan, antara lain Ciwandan dan Bojanegara serta Tanjung Priok, perlu disiapkan secara optimal sebagai alternatif untuk penyeberangan/pelayaran ke Lampung, selain Pelabuhan Merak.
Destinasi wisata lain, seperti Bali dan Danau Toba, pun akan menikmati peningkatan kunjungan turis domestik.
Untuk periode 3-9 April 2024, Kemenhub menyiapkan langkah antisipatif untuk mencegah penumpukan/kemacetan di Merak, yakni (i) hanya pemudik pejalan kaki dan kendaraan bermotor golongan IVa-VIa menggunakan Pelabuhan Merak untuk penyeberangan; (ii) Pelabuhan Ciwandan melayani pemudik bersepeda motor dan angkutan truk kecil (kendaraan bermotor golongan I, II, III, VIb, dan VII); dan (iii) kendaraan golongan VIII dan IX yang memuat bahan kebutuhan pokok menyeberang melalui Pelabuhan Bojanegara.
Kedua, perluasan partisipasi dalam penyelenggaraan mudik gratis di lingkungan kementerian pemerintah, BUMN, dan korporasi swasta secara terkoordinasi diperlukan untuk menekan potensi kecelakaan mengingat tingginya jumlah pemudik bersepeda motor, khususnya dari Jabodetabek ke arah Jateng. Program mudik gratis tahun ini membutuhkan lebih banyak armada bus beserta truk pengangkut sepeda motor.
Ketiga, tingkat kesiapan jalan-jalan nasional, termasuk jalan pantura dan jalur lintas selatan Jawa, perlu dipastikan lagi kendatipun perbaikan telah dilakukan Kementerian PUPR akhir 2023 jelang libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 yang lalu. Gerusan hujan beberapa bulan terakhir tentu berdampak.
Keempat, peningkatan kewaspadaan di titik-titik rawan banjir dan longsor di jalur mudik (jalan raya/jalur rel) mengingat potensi/musim hujan belum berakhir. Langkah antisipasi untuk lokasi rawan banjir adalah penyiapan mesin pompa air untuk menyedot/membuang genangan dan penyiapan jalur alternatif. Di lokasi rawan longsor diperlukan kesiagaan ekskavator/backhoe dari pemerintah kabupaten/kota setempat.
Sejumlah titik di jalur pantura (Jateng dan Jatim) dan jalur selatan Jawa rawan genangan banjir akibat drainase kurang baik. Di jalur pantura, misalnya, Wiradesa-Tirto (Kabupaten Pekalongan), Alun-alun Kendal, Mangkang-Tambakaji dan Kaligawe-Genuk (Kota Semarang), Sayung-Onggorawe (Demak), Lingkar Kudus, Juwono-Batangan (Pati), dan Mintreng-Godong (Grobogan), serta sejumlah titik di Pasuruan (Jatim).
Di jalur selatan Jawa, antara lain, Desa Cinyawang (Cilacap) dan Jalan Siliwangi (Kota Banjar).
Petugas memverifikasi berkas peserta mudik gratis di Kantor Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Sabtu (23/3/2024).
Kelima, peningkatan kewaspadaan di berbagai titik/lokasi pelintasan sebidang, terutama yang tanpa palang pintu. Yang rawan kecelakaan, di antaranya pelintasan kereta api di Pejagan (Kabupaten Brebes) dan pelintasan kereta api Karanganyar (Kebumen).
PT KAI dapat menyiapkan peta titik-titik (koordinat) pelintasan sebidang, termasuk yang tanpa palang pintu, untuk membantu pemudik berkendaraan pribadi ataupun pengemudi bus meningkatkan kehati-hatian. Selain itu, juga dapat melibatkan partisipasi warga lokal di sekitar lokasi pelintasan.
Keenam, penyiapan lebih banyak pos koordinasi, termasuk di titik/simpul kritis lama atau baru, meliputi pintu masuk pelabuhan penyeberangan utama, bandara utama jalur mudik/balik, dan destinasi wisata strategis.
Simpul kritis itu, antara lain, Pelabuhan Merak, Ciwandan, Bojanegara, Panjang, Bakauheni, Ketapang, dan Gilimanuk. Selain itu, juga lokasi rawan macet di sekitar Bandara Gusti Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, Adisutjipto, serta destinasi wisata seperti Borobudur, Prambanan, dan Pantai Kuta.
Wihana Kirana Jaya, Staf Khusus Menteri Perhubungan