Sistem Komunikasi Voyager 1 yang Bermasalah Lagi
Memperbaiki Voyager 1 yang berusia 46 tahun dan berada di ruang antarbintang membutuhkan solusi kreatif.
Wahana antariksa Voyager 1 kembali mengalami masalah. Komunikasi stasiun pengendali di Bumi dengan teknologi buatan manusia paling jauh yang berumur 46 tahun itu tidak berjalan seperti biasanya. Insinyur NASA masih berusaha memperbaiki persoalan yang terjadi. Namun, apakah perbaikan ini akan sukses kembali atau inikah saatnya mengucapkan selamat tinggal pada Voyager 1?
Voyager 1 tidak lagi mengirimkan data ilmiah atau data sistem apa pun yang ada dalam wahana sejak Selasa (12/12/2023). Satu-satunya data yang dikirimkan wahana itu ke Bumi, seperti dikutip Space, 13 Desember 2023, hanyalah data biner. Meski demikian, wahana itu masih bisa menerima perintah dari Bumi. Sepertinya, masalah yang terjadi bersumber dari komputer yang ada di Voyager 1.
Komputer yang ada di wahana itu masih menggunakan teknologi 1970-an. Voyager 1 diluncurkan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada 5 September 1977. Peluncuran Voyager 1 itu dilakukan 16 hari setelah kembarannya, Voyager 2, diluncurkan lebih dulu. Kedua wahana itu dikirimkan untuk mempelajari bagian luar tata surya.
Baca juga: Salah Perintah, Wahana Antariksa Voyager-2 Tidak Terlacak
Foto-foto awal planet Jupiter, Saturnus, cincin, dan bulan-bulan kedua planet itu yang diketahui manusia dan masih banyak digunakan di buku-buku pelajaran hingga saat ini berasal dari jepretan kamera Voyager 1. Setelah melintasi Saturnus, wahana ini terbang ke tepian tata surya dan resmi meninggalkan tata surya, lepas dari pengaruh Matahari, pada 25 Agustus 2012.
Berdasarkan data Laboratorium Propulsi Jet Institut Teknologi California (Caltech), AS, per Selasa (19/12/2023), menunjukkan Voyager 1 berada pada jarak 24,36 miliar kilometer (km) dari Bumi atau hampir 163 kali jarak rata-rata Matahari-Bumi (astronomical unit/AU). Jika dilihat dari Bumi, Voyager terletak di arah rasi Ophiucus dan wahana ini sedang berada di ruang antarbintang.
Posisi ini menjadikan Voyager 1 sebagai produk teknologi buatan manusia yang terbang paling jauh dari Bumi, termasuk dibandingkan dengan kembarannya. Saat ini, Voyager 2 berada pada jarak 20,34 miliar km yang juga sudah berada di ruang antarbintang. Namun, keduanya bergerak ke arah yang berbeda, yaitu Voyager 1 bergerak ke atas piringan tata surya dan Voyager 2 ke arah bawah.
Voyager 1 dan Voyager 2 sama-sama membawa piringan hitam berdiameter 30 sentimeter yang dibuat dari tembaga dan dilapisi emas. Piringan hitam itu berisi aneka rekaman suara alam dan hewan di Bumi, musik dari sejumlah era dan budaya, hingga ucapan salam dari 55 bahasa. Selain rekaman suara, ada juga beberapa gambar pilihan dari Bumi.
Dari Indonesia, suara yang dikirimkan adalah suara gending Ketawang Puspawarna yang diiringi gamelan Jawa dan gambar perempuan penari Bali. Harapannya, jika wahana itu ditemukan oleh makhluk asing, mereka dapat mengetahui siapa dan dari mana makhluk cerdas yang mengirimkan pesan tersebut.
Meski sudah berada di ruang antarbintang, Voyager 1 tidak mengarah ke bintang Proxima Centauri, bintang tetangga terdekat dari Matahari. Meski bergerak dengan kecepatan lebih dari 56.000 km per jam, seperti disebut Space, 5 Maret 2023, Voyager 1 membutuhkan waktu 40.000 tahun untuk mencapai batas samar antara tata surya dan Proxima Centauri. Artinya, wahana ini membutuhkan 80.000 tahun lagi untuk mencapai Proxima Centauri. Namun, banyak ahli yakin Voyager 1 tidak akan mampu bertahan selama itu.
Kerusakan
Masalah komputer pada Voyager 1 diyakini bersumber dari sistem data penerbangan (FDS), yaitu perangkat yang mengumpulkan informasi teknik dan data dari instrumen ilmiah yang ada di wahana. Dikutip dari NASA, 12 Desember 2023, perangkat FDS itu gagal berkomunikasi dengan unit telekomunikasi (TMU) yang juga ada di Voyager 1.
Saat komunikasi antara FDS dan TMU berjalan baik, FDS akan mengompilasi informasi tentang wahana tersebut dalam paket-paket data tertentu. Paket data itulah yang ditransmisikan ke TMU. Karena pengiriman data itu mengalami gangguan, data yang dikirimkan hanya berupa angka satu dan nol atau pola biner yang berulang.
Dibutuhkan waktu bagi tim untuk memahami bagaimana perintah baru akan memengaruhi operasionalisasi wahana sehingga konsekuensi yang tidak diinginkan bisa dihindari.
Untuk mengatasi masalah itu, pada akhir pekan lalu tim NASA berusaha menyalakan kembali FDS untuk mengembalikannya ke kondisi semula sebelum terjadi masalah. Namun, upaya itu belum berhasil mendapatkan paket data normal yang biasa digunakan.
Ini bukan kerusakan pertama yang dialami Voyager 1 dalam beberapa tahun terakhir. Mei 2022, sistem kontrol dan artikulasi perilaku wahana (AACS) menghadapi masalah. Instrumen ini bertugas menjaga orientasi wahana, mengarahkan antena agar mengarah ke Bumi, dan mengendalikan manuver wahana. Selama kerusakan, wahana mengirimkan data telemetri yang tidak masuk akal selama berbulan-bulan.
Pada Oktober 2023, insinyur NASA juga melakukan penambalan perangkat lunak untuk mengatasi masalah AACS tersebut. Perangkat lunak baru itu juga membolehkan Voyager 1 untuk berputar lebih sering guna mengurangi tembakan pada mesin pendorong yang akan meningkatkan residu. Jika manuver ini berhasil, bahan bakar wahana akan terus mengalir setidaknya hingga lima tahun lagi.
Meski demikian, mengatasi berbagai kendala pada wahana yang berusia hampir lima dekade dan letak wahana yang sangat jauh dari Bumi tidaklah mudah. Banyak tantangan teknis harus diatasi tanpa adanya panduan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terlebih, masalah-masalah yang muncul saat ini juga tidak diantisipasi oleh para insinyur saat wahana itu dibuat.
Hadirnya masalah-masalah unik pada ”robot terbang” itu membuat tim teknisi NASA harus bekerja dalam kerangka kerja dan teknologi yang digunakan para pendahulu mereka dulu. Sebagian besar teknisi yang merancang dan membuat Voyager itu tentu sudah purnatugas, bahkan sudah tidak ada lagi. Karena itu, sering kali tim teknisi membuat solusi yang unik dan kreatif demi memperpanjang masa hidup wahana yang memang sudah tua.
Baca juga: Voyager 2 Sendirian Mengarungi Ruang Antarbintang
”Mencari solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi pada wahana memerlukan konsultasi dengan dokumen asli berusia puluhan tahun yang ditulis oleh para insinyur di masa itu. Akibatnya, dibutuhkan waktu bagi tim untuk memahami bagaimana perintah baru akan memengaruhi operasionalisasi wahana sehingga konsekuensi yang tidak diinginkan bisa dihindari,” tulis tim teknisi di blog NASA.
Proses konsultasi untuk mencari solusi atas masalah Voyager itu membuat upaya memperbaiki Voyager 1 membutuhkan waktu lama. Namun, bukan hanya itu yang membuat upaya perbaikan membutuhkan waktu hingga berminggu-minggu. Jauhnya lokasi benda yang diperbaiki semakin membuat upaya perbaikan berlangsung tambah lama.
Saking jauhnya jarak Voyager 1 membuat satu perintah yang dikirim dari Bumi membutuhkan waktu 22,5 jam agar bisa mencapai wahana. Sebaliknya, tanggapan wahana atas satu perintah dari Bumi itu juga membutuhkan waktu 22,5 jam untuk sampai ke Bumi. Dengan demikian, satu komunikasi bolak-balik antara tim di Bumi dan Voyager 1 membutuhkan waktu minimal 45 jam.
Jadi, agar para insinyur NASA bisa mengetahui bahwa perbaikan yang dilakukan berhasil atau tidak, mereka harus menunggu pada hari berikutnya. Jika gagal, berarti membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk mencari solusi yang tepat.
”Masalah seperti ini merupakan hal yang biasa bagi teknisi Voyager. Usia kedua wahana telah jauh melampaui apa yang bisa diantisipasi oleh perencana misi. Wahana juga berada di ruang antarbintang, sebuah lingkungan dengan radiasi tinggi yang belum pernah diterbangi wahana antariksa mana pun,” kata manajer proyek Voyager 1 dan 2 Suzanne Dodd, seperti dikutip Earth Sky, 19 Mei 2022.
Baca juga: Kegagalan Luna-25 dan Pudarnya Kejayaan Teknologi Luar Angkasa Rusia
Jika tim teknisi tidak dapat menemukan sumber masalah atas apa yang sedang dihadapi Voyager 1, bisa jadi kita yang harus beradaptasi dengan ketidaksesuaian tersebut. Bagaimanapun, Voyager adalah teknologi kuno yang telah bekerja hampir setengah abad dan menjelajahi lingkungan ekstrem yang bisa mempercepat kerusakan peranti.
Beberapa ahli pun sudah memprediksi bahwa baterai Voyager akan habis dalam beberapa tahun ke depan. Demikian juga keausan perangkat dan mesin pendorong yang dimiliki Voyager. Namun, para insinyur tetap berusaha mencari solusi atas persoalan yang dihadapi demi memperpanjang usia hidup wahana. Sesedikit apa pun pertambahan masa hidup Voyager itu bisa memberikan banyak pengetahuan kepada manusia tentang semesta mereka.
Terima kasih Voyager 1 dan Voyager 2 atas pengetahuan tentang bagian luar tata surya dan ruang antarbintang yang telah diberikan. Jika ada umur panjang, kita pasti akan bertemu kembali.