Menangkal Polusi Atmosfer Akademik
Kampanye di kampus yang menjunjung tinggi komitmen pada elan akademik menjadi penangkal polusi atmosfer akademik kampus.
Ada suara kekhawatiran menyeruak bahwa kampanye politik di kampus dapat menimbulkan friksi-friksi di kalangan sivitas akademika dan migrasi warna-warni kepentingan politik ke dunia kampus.
Masa kampanye bagi para calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berlaga di pesta demokrasi 2024 telah dimulai pada 28 November. Para kandidat, tim sukses, dan para pendukung gegap gempita menyosialisasikan program unggulan setiap calon ke berbagai segmen masyarakat pemilih, termasuk ke dunia perguruan tinggi.
Kabut asap hitam nan pekat yang memuat partikel-partikel kepentingan praktis jangka pendek dan ambisi kekuasaan menyelimuti perguruan tinggi (PT). Alhasil, kampus tidak lagi kondusif dan sarat dengan praktik politik praktis.
Sesungguhnya kekhawatiran tersebut sangat klasik dan dangkal. Ada yang lebih dalam dari itu, yakni terjadinya petaka polusi atmosfer akademik yang menyelimuti dunia kampus. Untuk itu, PT harus waspada dan bersiap mengambil tindakan mitigasi agar polusi tidak parah dan kampus tetap kondusif.
Atmosfer akademik
Eksistensi dunia pendidikan tinggi dapat dijelaskan dalam model triplehelix. PT dalam model ini diposisikan sebagai sektor perusahaan (firms) yang bermotif nirlaba, di samping sektor pemerintah dan masyarakat.
Setiap sektor memiliki tugas dan orientasi yang berbeda, tetapi saling terkait dan membutuhkan.
PT sejatinya berkutat pada hal-ihwal corebusiness; menggali, menemukan, mengkaji, memproduksi, dan mendistribusikan ilmu pengetahuan.
PT sejatinya berkutat pada hal-ihwal corebusiness; menggali, menemukan, mengkaji, memproduksi, dan mendistribusikan ilmu pengetahuan. Suplai sumber daya manusia (SDM) yang memiliki ilmu pengetahuan dan inovasi dibutuhkan sebagai aktor-aktor di sektor pemerintahan, perusahaan yang berorientasi profit, dan masyarakat.
Output PT dituntut memiliki linkandmatch dengan kebutuhan dunia usaha, pemerintahan, dan masyarakat agar tingkat keterserapan tinggi. Lulusan PT dituntut menjadi pencipta lapangan kerja daripada pencari kerja dan tidak berkontribusi memperpanjang barisan pengangguran terdidik.
PT juga merupakan habitat ilmuwan sebagai kluster sosial yang unik (uniquesocialcluster). Keunikan yang dimiliki ilmuwan adalah kesetiaan pada penggalian, penemuan, dan pengujian kebenaran serta menghasilkan hal-hal yang baru (newreliableknowledge) untuk memudahkan dan membaikkan kehidupan.
Kesetiaan itu membuat ilmuwan sunyi dari keterlibatan dengan hiruk pikuk kepentingan yang kontraproduktif dengan ilmu pengetahuan. Ilmuwan tidak memiliki sarat kepentingan, keberpihakan, dan ambisi. Mereka hanya memiliki satu kepentingan, yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Untuk berjalannya corebusiness dengan baik dan terjaga kesetiaan ilmuwan pada ilmu pengetahuan, dibutuhkan dukungan kondisi yang dikenal sebagai atmosfer akademik. Atmosfer akademik merupakan suasana lingkungan kampus yang sarat dengan elan akademik yang terdiri dari sikap ilmiah, kritis, terbuka, tidak primordial dan sektarian, tidak diskriminatif dan provokatif, beretika, kreatif, serta inovatif.
Elan akademik tersebut menjadi basis prakondisi untuk berjalannya kegiatan tridarma perguruan tinggi dengan baik. Kesuksesan dan kualitas pelaksanaan tridarma yang menjadi corebusiness PT ditentukan oleh kualitas atmosfer akademik yang menaunginya.
Jika terjadi polusi yang mencemari atmosfer akademik, PT ibarat hanya pabrik yang memproduksi lulusan pemegang ijazah, transkrip nilai, dan surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) yang minim kontribusi pada kehidupan masyarakat. Begitu juga dosen sebagai kaum ilmuwan; gagasan, ide, dan karya inovatif kurang bergaram.
Magnet suara perguruan tinggi
Pemilih dari dunia kampus merupakan ceruk pemilik suara yang sangat seksi bagi parpol dalam mendulang suara. Masyarakat kampus yang terdiri dari mahasiswa, tenaga pendidik/dosen, dan tenaga kependidikan (tendik) adalah kelompok yang sudah memiliki hak pilih.
Berdasarkan data di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti) per 27 Oktober 2023, jumlah mahasiswa tercatat 9.912.819 orang dan dosen 313.242 orang. Jumlah ini belum termasuk dosen luar biasa yang tidak memiliki nomor induk dosen nasional dan nomor induk dosen khusus untuk mengajar paruh waktu.
Atas pertimbangan kuantitatif dan sosiologis ini, tentu pilihan partai politik untuk serius membidik dan menggarap ceruk pemilik suara dari dunia PT ini sangat logis dan beralasan.
Selain itu, ada juga tenaga kependidikan yang membantu pelayanan administrasi kegiatan tridarma PT. Jika untuk memperkirakan jumlah tendik digunakan formula rasio ideal dosen dengan mahasiswa 1:30, jumlah tendik adalah 330.427 orang.
Dosen, tendik, dan mahasiswa merupakan kelompok terdidik dan memiliki tingkat pendidikan di atas rata-rata kebanyakan masyarakat. Mereka secara sosiologis memiliki kekuatan adaptasi, pengaruh, dan lincah serta memiliki pengikut yang tidak bisa diabaikan jumlahnya. Atas pertimbangan kuantitatif dan sosiologis ini, tentu pilihan partai politik untuk serius membidik dan menggarap ceruk pemilik suara dari dunia PT ini sangat logis dan beralasan.
Kampanye di kampus memiliki landasan yang jelas berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-XXI/ 2023. Selain menjadi legal formal, putusan ini juga mengandung persoalan pelik. Dalam hal ini, otoritas kampus akan berhadapan dengan partai-partai politik untuk mengantongi izin kampanye.
Bagi otoritas kampus yang menghambat masuknya capres dan cawapres beserta rombongan partai politik pendukung ke PT, sama saja dengan menghambat aliran air bah nan besar atau menentang matahari yang bersinar panas lagi terik. Hal ini karena di antara parpol ada yang sedang berkuasa dan PT berada di bawah dominasi dan koordinasi para pejabat yang terafiliasi ke parpol yang berkuasa.
Berbagai fasilitas, bantuan, dan dukungan pengembangan yang diterima PT dapat diamputasi karena dianggap tidak akomodatif dengan kepentingan parpol pendukung penguasa.
Lalu, apa yang seharusnya dilakukan PT? Bagaimana cara menjaga atmosfer akademik tidak kena polusi?
Ilustrasi
Substansi kampanye, baik yang dilakukan individu maupun kelompok, adalah mempromosikan gagasan atau ide tertentu kepada publik untuk memengaruhi calon pemilih dan memenangi suara dalam pemilihan. Promosi ide atau gagasan ini bersifat terbuka untuk dikritisi.
Kampanye di kampus mesti dipandang dan dipahami sebagai salah satu varian perhelatan akademik yang sudah familiar dilaksanakan di kampus, seperti seminar, lokakarya (workshop), diskusi dan focusgroupdiscussion (FGD), serta konferensi yang berlangsung dengan semangat elan akademik.
Dengan demikian, gelaran kampanye sejatinya sunyi dan steril dari kepentingan kelompok nan egois, agitasi, provokasi, friksi-friksi, dan kepentingan praktis jangka pendek; nafsu serakah kekuasaan; serta permusuhan.
Peserta kampanye harus menjadikan perhelatan akademik ini sebagai momen untuk berkontribusi ide, gagasan positif, dan konstruktif bagi upaya peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan terpilihnya pemimpin yang berkualitas demi kejayaan bangsa. Kampanye di kampus yang berlangsung dengan menjunjung tinggi komitmen pada elan akademik diharapkan dapat menjadi penangkal terjadinya polusi atmosfer akademik di kampus. Semoga!
Baca juga : Kampanye Mendidik, Bukan Sekadar Gimik
Asyari Wakil Rektor 1 UIN Bukittinggi