Bulan September 2018, harga minyak mentah dunia menanjak. Harga minyak mentah Brent sempat menyentuh harga tertinggi sejak November 2014. Kondisi itu berpadu dengan nilai tukar rupiah yang tertekan dollar AS akibat faktor global.
Namun, pada beberapa bulan menjelang Pemilu 2019 itu, pemerintah memilih untuk tidak menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Kenaikan harga premium yang sempat diumumkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pada Rabu, 10 Oktober 2018, dibatalkan. Alasannya, hal itu perlu dikaji ulang dan menilik kesiapan PT Pertamina (Persero).
Baca juga : Kenaikan Harga Minyak Dunia Berpotensi Tambah Beban APBN
Kini, September 2023, beberapa bulan menjelang Pemilu 2024, harga minyak dunia kembali menunjukkan tren menguat. Pembatasan produksi oleh OPEC+ membuat harga minyak dunia dalam sebulan terakhir menembus 95 dollar AS per barel. Padahal, asumsi harga minyak Indonesia (ICP) di APBN 2023 sebesar 90 dollar AS per barel.
Sejumlah ekonom menyebutkan, pilihan menaikkan harga BBM bersubsidi akan sulit dilakukan. Mereka meyakini pemerintah akan menempuh langkah menjaga stabilitas harga di tahun politik.

Bagi Indonesia, negara importir bersih minyak sejak 2004, kenaikan harga minyak mentah dunia juga bisa berarti mengalokasikan anggaran lebih besar untuk mengimpor minyak. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2023, yang sebesar 1,9 miliar dollar AS atau 0,55 persen produk domestik bruto (PDB), bisa bertambah dalam. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada triwulan II-2023, neraca transaksi berjalan untuk migas defisit 4,327 miliar dollar AS.
Stabilitas harga BBM akan menjaga daya beli masyarakat. Sebaliknya, jika harga BBM naik, daya beli masyarakat akan terganggu. Stabilitas perekonomian rumah tangga, terutama masyarakat menengah bawah, bisa terguncang. Sebab, gerak rantai produksi dan distribusi barang dan jasa menggunakan energi dan BBM.
Baca juga : Waspadai Tren Kenaikan Harga Minyak Dunia
Kenaikan harga BBM akan membuat harga produksi dan biaya distribusi naik sehingga harga barang naik. Konsumen yang akan menanggungnya. Dengan jumlah uang yang sama, masyarakat akan memperoleh barang yang semakin sedikit, atau masyarakat mesti merogoh kantong lebih dalam demi memperoleh barang dalam jumlah yang sama.
Kenaikan harga BBM akan membuat harga produksi dan biaya distribusi naik sehingga harga barang naik.
Sebaliknya, jika harga BBM tidak naik, ada beban belanja negara yang mesti ditanggung, antara lain belanja subsidi dan kompensasi energi serta dana perlindungan sosial. Belanja negara ini jauh lebih besar daripada sumbangan pendapatan negara dari kenaikan harga minyak mentah. Ada risiko defisit fiskal APBN melebar.
Pilihan terbaik mesti diambil.