Peta jalan mencapai keadilan dunia adalah melalui Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals. Karena itu, target TPB harus diperjuangkan semua negara.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
KOMPAS/FRANSISCA ROMANA
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres saat berpidato dalam pembukaan Sidang Ke-77 Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (20/9/2022).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan terbengkalainya agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan ketimpangan melebar.
Berbicara sehari sebelum Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 19-26 September di New York, Amerika Serikat, Guterres menyebut hanya 15 persen target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) sesuai jalur. Sisanya mandek, bahkan mundur (Kompas, 20/9/2023). Penyebab utamanya adalah negara-negara maju lebih banyak beretorika. Negara-negara kaya terus melestarikan sistem lama yang tak adil.
Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), yang diwakili Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, menyebutkan, negara-negara Selatan, umumnya negara berkembang, tidak mendapatkan kesempatan setara dalam bertumbuh dan melompat menjadi negara kaya. Masih ada diskriminasi dalam perdagangan dan hambatan untuk hilirisasi industri berbahan baku alam.
Secara global, PBB melaporkan capaian TPB hanya 12 persen yang sesuai jalur, 50 persen lambat, dan 30 persen stagnan atau mundur. Tingkat kelaparan global tertinggi sejak 2005 dan perlu 286 tahun untuk mengatasi kesenjangan jender. Sepertiga negara berkembang mengalami krisis utang dan negara maju tak berhasil merealisasikan janji bantuan kepada negara berkembang.
TPB menargetkan kemiskinan ekstrem hapus pada 2030. Kemiskinan ekstrem didefinisikan sebagai orang dengan pendapatan kurang dari 2,15 dollar AS per hari berdasarkan paritas daya beli tahun 2017. TPB memiliki 17 tujuan. Setiap negara menetapkan sendiri targetnya. Dalam laporan TPB global, capaian negara berkembang dan miskin paling jauh dari target. Dibutuhkan 42 tahun mencapai target TPB 2030.
Ketimpangan yang lebar tak menguntungkan bagi dunia, bahkan bagi negara kaya. Eropa kini kewalahan diserbu imigran, sebagian ilegal, dari Afrika dan Asia. AS juga menghadapi banjir imigran gelap dari Amerika Tengah dan Selatan.
Kerentanan sosial yang muncul karena kemiskinan atau ketidakadilan di suatu wilayah bisa mengguncang dunia.
Di tengah dunia yang mengglobal, saling terkait dan tergantung satu sama lain, tidak dapat lagi satu negara atau suatu kawasan maju dan makmur sendirian. Kerentanan sosial yang muncul karena kemiskinan atau ketidakadilan di suatu wilayah bisa mengguncang dunia, seperti guncangan karena revolusi Arab Spring di Tunisia dan Mesir pada 2011.
Dunia menghadapi tantangan besar. Perubahan iklim menyulitkan banyak negara, menimbulkan bencana banjir dan kekeringan sekaligus serta penyakit. Pandemi seperti Covid-19 dapat terjadi lagi di masa depan. Perang seperti di Ukraina bisa meletus di bagian lain dunia, termasuk di Asia Timur.
Peta jalan mencapai keadilan dunia adalah melalui TPB. Karena itu, target TPB harus diperjuangkan semua negara. PBB harus berubah menjadi wadah yang lebih adil bagi semua bangsa. Tanpa kesediaan bekerja sama, dan negara kaya membantu negara berkembang dan miskin menjadi maju, tak akan ada perdamaian dunia dan kesejahteraan sosial bagi semua.