Presiden Joko Widodo menargetkan kontingen RI masuk 10 besar Asian Games Hangzhou 2022. Target yang tergolong berat meskipun bukan mustahil.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Presiden Joko Widodo berfoto bersama dengan kontingen Asian Games 2022 saat pelepasan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Indonesia mengirimkan 413 atlet yang akan tampil di 30 cabang olahraga Asian Games yang akan digelar di Hangzhou, China, 23 September-8 Oktober 2023.
Harus diakui, prestasi Indonesia pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018 bukan tolok ukur posisi negara kita dalam peta persaingan olahraga Asia. Bertenggernya kontingen ”Merah Putih” di peringkat keempat pada 2018 salah satunya berkat dimainkannya pencak silat, cabang andalan kita.
Dari total 31 medali emas Indonesia kala itu, 14 dari pencak silat. Sudah barang tentu cabang ini diusulkan Indonesia sebagai tuan rumah untuk menjadi bagian dari cabang resmi Asian Games 2018. Dewan Olimpiade Asia (OCA), sebagai lembaga tertinggi olahraga Asia, kemudian menyetujui usul Indonesia.
Di Hangzhou, China, keistimewaan semacam itu tak mungkin didapatkan lagi. Presiden Joko Widodo, saat pelepasan kontingen Republik Indonesia (RI) di Istana Merdeka, Selasa (19/9/2023), memahami betul kondisi ini. ”Saya tahu, menjadi tuan rumah dan tidak menjadi tuan rumah itu beda. Saya tahu. Jadi, kembali lagi, target saya masuk ke 10 besar (Asian Games Hangzhou 2022). Biasanya hitungan saya enggak meleset,” katanya (Kompas.id, 19/9/2023).
Berkaitan dengan ketiadaan pencak silat itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga menargetkan 12 medali emas di Hangzhou. Ke-12 medali emas itu diharapkan berasal dari bulu tangkis, dayung, jujitsu, kuras, karate, sepak takraw, panjat tebing, wushu, dan angkat besi.
Jikalau dicermati, andalan Indonesia masih berkisar pada cabang-cabang yang rutin berkontribusi menyumbang medali. Sebut saja bulu tangkis, wushu, angkat besi, dan panjat tebing. Tiap cabang yang ditargetkan meraih emas tentu bakal berjuang keras mewujudkannya, bahkan berusaha melebihinya.
Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI), misalnya, bertekad meraih lebih dari tiga emas yang ditargetkan dari beregu putra, tunggal putra, dan ganda putra. Atlet panjat tebing Indonesia yang juga pemegang rekor dunia speed climbing, Kiromal Katibin, juga berambisi mengukir prestasi terbaik di Hangzhou 2022. Di cabang lain setali tiga uang.
Hanya saja, selain di cabang-cabang di mana Indonesia mendominasi itu, sejumlah cabang lain yang juga ditargetkan merebut emas masih perlu diungkit lagi kekuatannya untuk bisa sungguh-sungguh menjadi yang terbaik di Asia.
Ketiadaan nomor-nomor ibu olahraga (mother of sport), seperti atletik, renang, dan senam, dalam cabang target medali emas perlu menjadi catatan pembinaan olahraga kita. Tiga cabang mother of sport itu memiliki banyak nomor sehingga jumlah medali yang diperebutkan juga tidak sedikit.
Keunggulan di ketiga cabang itu, atau salah satunya saja, bakal berimbas positif pada mengalirnya keping-keping medali bagi Indonesia. Konsekuensinya, harus dibangun pembinaan sistemik pada cabang-cabang mother of sport dan tentu cabang-cabang prioritas Indonesia lainnya, terutama yang masuk daftar Desain Besar Olahraga Nasional.