RPJPN 2025-2045, Mengangkat Martabat yang Terlupakan
Sepuluh tahun mendatang, dunia diprediksi akan dipenuhi kelompok wirausaha yang jumlahnya sebanding dengan luasnya peluang yang diberikan dunia usaha. Apakah RPJPN 2025-2045 telah merancang juga pendidikan kewirausahaan?
Menjadikan Indonesia sebagai negara maju adalah harapan bersama dan sebuah keniscayaan. Membangun negeri harus dimulai dengan mencerdaskan manusianya lebih dahulu.
Banyak contoh di mana negara-negara yang starting point waktu pembangunannya relatif sama dengan Indonesia pasca-Perang Dunia II— seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan India—berusaha sejak awal meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) berbasis pendidikan, sekaligus memandang pembangunan pendidikan adalah investasi. Mereka meyakini, membangun negeri harus dimulai dengan mencerdaskan manusianya terlebih dahulu.
Hasilnya, kemajuan yang berarti. Bahkan dalam beberapa hal telah berada di depan negara maju. Ini menjadi dasar penulis mengatakan memajukan Indonesia setara dengan negara maju lainnya adalah keniscayaan. Syaratnya, pendidikan diprioritaskan.
Visi-misi RPJPN 2025-2045
Periode Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 akan berakhir. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah menyiapkan draf RPJPN 2025-2045. Meski dibuat pada 2023, rancangan ini akan bermanfaat sebagai pedoman kerja para presiden terpilih hingga empat periode ke depan, beserta kabinet bentukan masing-masing.
RPJPN 2025-2045 di bawah panji Indonesia Emas 2045 tersebut memiliki visi: Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan.
Filosofi RPJPN ibarat sebuah misi besar pendakian gunung, yang keberhasilannya ditandai dengan berkibarnya bendera merah-putih di puncaknya.
Baca juga : Merancang Pembangunan yang Bermartabat
Untuk misi ini perlu perencanaan dan persiapan saksama agar tak banyak aral melintang. Rute dan waktu pendakian perlu direncanakan. Semua faktor penghambat harus dapat dieliminasi agar waktu jelajah, ketahanan, keutuhan, dan kesolidan tim dapat dipertahankan sampai di puncak pendakian.
Demikian pula pencapaian RPJPN 2025-2045 dalam arus megatrend yang kuat dipengaruhi teknologi digital: teknologi informasi, teknologi robotika, teknologi industri, dan perubahannya yang demikian cepat. Ibarat cuaca, sulit diprediksi. Bisakah kita bayangkan situasi disrupsi teknologi 20 tahun mendatang?
Para ahli pun sulit mengatakannya, kecuali memberi ciri-cirinya, bahwa teknologi robotika akan menggantikan tugas besar dan pekerjaan rutin manusia. Pada saat itu, manusia bekerja tetap berkeringat, tetapi kualitas pekerjaan mereka ibarat 10 banding 1.
Jika sebuah pekerjaan saat ini perlu dikerjakan 10 tenaga manusia, nanti pekerjaan itu cukup dilakukan seorang saja. Jika penyelesaian satu pekerjaan saat ini butuh waktu sepuluh jam, kelak cukup dikerjakan satu jam saja. Gambaran modernitas 20 tahun ke depan, dunia dipenuhi orang-orang yang menguasai saintek dan keahlian-keahlian spesifik. Indonesia pun bisa, caranya dengan segera membenahi pendidikannya.
Pada sepuluh tahun mendatang, dunia juga diprediksi akan dipenuhi kelompok wirausaha (entrepreneur) yang jumlahnya sebanding dengan luasnya peluang yang diberikan dunia usaha global. Kelompok wirausaha global ini akan masuk juga ke Indonesia mencari celah bisnis dan berusaha melakukan transaksi yang menguntungkan.
Akan saling menguntungkan (win-win) jika kedua belah pihak memiliki keahlian kewirausahaan (entrepreneurship) seimbang, tetapi ketidakseimbangan keahlian dapat merugikan SDM Indonesia dalam banyak hal.
Pertanyaannya, seberapa dipentingkannyakah pendidikan kewirausahaan dalam RPJPN 2025-2045? Pembekalan apa yang akan diberikan kepada generasi penerus dalam balutan visi Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan? Ini yang harus terjawab dalam RPJPN 2025-2045.
Tahun 2045 adalah puncak pendakian bagi RPJPN 2025-2045. Pencapaian 100 tahun kemerdekaan, yang akan merupakan tahun emas Indonesia.
Saat itu bangsa Indonesia diproyeksikan telah menjadi negara maju dan cita-citanya masuk lima besar negara di dunia dengan ekonomi terkuat. Sebuah usaha mulia, tetapi perlu disikapi dengan serius dan kerja keras.
Generasi yang akan mewarnai Tahun Emas 2045 adalah anak-anak yang pada 2023 ini duduk di bangku sekolah, mulai dari PAUD/TK, SMP, hingga SMA.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, ada 44,19 juta pelajar (tingkat TK, SD, SMP, SMA) pada tahun ajar 2022/2023. Jumlah yang sangat besar dan dominan jika diproyeksikan sungguh-sungguh untuk menguasai saintek dan keahlian spesifik. Sayangnya, dari 44 juta pelajar, yang lulus SMA hanya 3,6 juta per tahun, dan yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya sekitar 1,3 juta.
Data BPS 2022 menyebutkan, 55,43 persen angkatan kerja di dominasi lulusan SMP ke bawah, dan 39,10 persen tenaga kerja didominasi tamatan SD ke bawah. Masih didominasi generasi yang teronggok di pendidikan rendah. Ini menyebabkan kapasitas dan peluang pekerjaan mereka terbatas pada pekerja kasar dan buruh. Itu persoalan yang harus segera dibenahi.
Pertanyaannya, seberapa dipentingkannyakah pendidikan kewirausahaan dalam RPJPN 2025-2045?
Pembenahan itu perlu serius. Jumlah guru (TK/SD/SMP/SMA) bersertifikat, misalnya, masih di bawah 50 persen. Harus segera ditingkatkan. Demikian juga disparitas partisipasi pendidikan kota-desa, ibu kota provinsi-daerah yang masih tinggi. Masih ada 302 kecamatan belum tersedia SMP/MTs, sebanyak 727 kecamatan tanpa ketersediaan SMA/MA, dan 27.363 sekolah tanpa internet, bahkan 3.639 sekolah tanpa listrik.
Isu pendidikan lainnya: World Population Review 2021 menempatkan mutu pendidikan Indonesia di peringkat ke-54 dari 78 negara. Cukup rendah. Global Human Capital Report menempatkan pendidikan Indonesia di peringkat ke-65 dari 130 negara karena kurangnya minat belajar dan literasi.
Riset UNESCO-Global Education Monitoring (GEM) Report 2016 menempatkan mutu pendidikan di Indonesia pada urutan ke-9 dari 14 negara berkembang lain. Adapun indeks kecakapan bahasa Inggris, berdasarkan Survei Education First (EF) terhadap 2,1 juta orang dari 111 negara menempatkan Indonesia di urutan ke-81.
Apresiasi Bappenas
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo, ”Cita-cita kita di tahun 2045 pada satu abad Indonesia merdeka mestinya Indonesia telah keluar dari jebakan negara berpendapatan kelas menengah. Kita memiliki peluang besar untuk menjadi negara ekonomi terkuat, bisa masuk lima besar negara ekonomi terkuat di 2045”.
Jadi, bukan saja sudah keluar dari jebakan negara dengan pendapatan menengah, melainkan juga bisa termasuk dalam lima besar negara dengan ekonomi terkuat. Penulis sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo. Optimisme penting. Tidak ada yang tidak mungkin jika dilakukan dengan strategi tepat yang didukung kesiapan lainnya.
Ilustrasi
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa juga mengatakan, pembangunan dalam 20 tahun ke depan harus menggunakan paradigma baru.
Menurut Suharso, ”Reformasi saja tidak cukup. Indonesia harus melakukan transformasi secara menyeluruh berdasarkan kolaborasi seluruh elemen bangsa dalam mendorong kemajuan.”
Negara Nusantara Berdaulat, Maju, Berkelanjutan
Dengan semangat transformasi itu, dibentuklah Visi RPJPN 2025-2045: Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, yang penjabarannya, sebagai berikut.
Negara kepulauan yang memiliki ketangguhan politik, ekonomi, keamanan nasional, dan budaya/peradaban bahari sebagai poros maritim dunia. Memiliki kemandirian dan kewenangan penuh untuk mengatur sendiri seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di wilayahnya.
Indonesia sebagai negara maju, ekonominya mencapai posisi nomor lima terbesar dunia, berbasiskan pengetahuan dan inovasi yang berakar pada budaya Nusantara. ”Maju” juga dimaknai sebagai negara berdaya, modern, tangguh, inovatif, dan adil. Sebagai negara yang berkomitmen untuk terus menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi seimbang dengan pembangunan sosial, keberlanjutan, sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup, serta tata kelola yang baik.
Dalam penjabaran visi ini, ada tiga kali kata ekonomi diketengahkan, yaitu dalam penjelasan tentang Negara Nusantara, Maju, dan Berkelanjutan. Dari situ, sudah cukup menggambarkan ke mana sasaran RPJPN 2025-2045.
Penulis mengapresiasi Bappenas yang telah bekerja keras menyusun RPJPN 2025-2045 dan memperhatikan masukan-masukan yang berarti dari para pemangku kepentingannya didasari semangat kepentingan nasional.
Rancangan akhir RPJPN 2025-2045 tampak sangat concern pada prestasi pembangunan fisik dan ekonomi. Proyeksinya masuk dalam lima besar negara dengan ekonomi terkuat dunia. Menjembatani cita-cita itu, penulis ingin menguatkan melalui bidang pendidikan.
Indonesia sebagai negara maju, ekonominya mencapai posisi nomor lima terbesar dunia, berbasiskan pengetahuan dan inovasi yang berakar pada budaya Nusantara.
Konsepsi RPJPN 2025-2045 tampaknya lebih meyakini bahwa pembangunan manusia akan berjalan seimbang dengan pencapaian kemajuan ekonomi (lihat pengertian ”berkelanjutan”: seimbang dengan pembangunan sosial). Jadi, kemajuan pendidikan mengikuti kemajuan ekonomi. Ada kesan kurang diyakininya peran pendidikan sebagai landasan utama pembangunan.
Hal ini juga tampak dari pengelompokan bidang pendidikan dengan bidang kesehatan dan penuntasan kemiskinan. Ketiganya dikelompokkan dalam tajuk bernama ”modal sosial”, ”pembangunan sosial”, dan ”transformasi sosial”.
Lalu dimunculkanlah tujuan/misi bidang kesehatan: sehat; misi bidang pendidikan: cerdas dan terpelajar; dan misi penuntasan kemiskinan: terlindungi dan sejahtera.
Penulis berpandangan, tujuan/misi ”cerdas dan terpelajar” menunjukkan level semangat yang masih normatif. Transformasinya belum tampak. Menurut penulis, transformasi bidang pendidikan menghadapi arus globalisasi, perlu mengemban misi SDM Berakhlak Mulia, Berkarakter Unggul, Berdaya Saing. Misi ini akan mengarahkan bangsa dan negara Indonesia jadi bermartabat.
Cerdas dan terpelajar tanpa akhlak mulia tidaklah cukup untuk membangun martabat.
Pengembangan bidang pendidikan harus dipandang sebagai landasan pembangunan bangsa dan negara, yang karenanya pembangunan pendidikan harus dipandang sebagai investasi.
Perlakuannya perlu diprioritaskan agar persoalan bidang pendidikan tuntas dulu dalam sepuluh tahun mendatang (2025-2035) sehingga sepuluh tahun selanjutnya (2035-2045) menghasilkan SDM yang potensial mengungkit target pencapaian Indonesia Emas 2045.
Target pembangunan manusia dalam RPJPN 2025-2045 sebaiknya diulas secara khusus karena bersamaan dengan pendidikan agama dan pendidikan karakter untuk mengembangkan akhlak dan keunggulan.
Pengembangan pendidikan masa depan harus dilengkapi dengan pendidikan keterampilan, kewirausahaan, dan penguasaan bahasa asing yang sangat diperlukan oleh generasi pelanjut negeri untuk penguatan daya saing.
Investasi pendidikan
Manfaat utama investasi pendidikan adalah membangun pendidikan yang kuat karena pendidikan itu sendiri landasan utama pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan yang kuat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Sudah banyak studi empiris dan bukti tentang keterkaitan antara pendidikan dan kemajuan ekonomi. Romer (1985, 1990, 1994) menjelaskan investasi pendidikan dan akumulasi modal manusia yang mendorong pertumbuhan dari dalam (endogenous growth) sebagai penentu dan pendorong pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang.
H Asep Saefuddin Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Guru Besar FMIPA IPB, Ketua Tim RPJPN ICMI Bidang Pendidikan