Waspadai Kata ”Eksisting” dan ”Katering” yang Kuminggris
Membiasakan patuh pada kaidah bahasa bukan perkara mudah. Tak heran jika muncul kata-kata Indonesia rasa Inggris, seperti ”eksisting” dan ”katering”.
Dalam rubrik Ulas Bahasa edisi 10 September 2022 pernah dibahas penggunaan akhiran -ing yang melekat pada kata dasar. Akhiran -ing di sini tentu adalah -ing yang merupakan akhiran dari bahasa Inggris. Umpamanya saja kata ranking, yang berarti ’pemeringkatan’, tetapi kerap dipakai pengguna bahasa sebagai peringkat. Peringkat lebih tepat dipadankan dengan rank.
Dalam tulisan itu, pengguna bahasa juga diharapkan menyiasati kemunculan kata berunsur -ing mengingat -ing adalah akhiran yang tidak ada dalam akhiran bahasa Indonesia.
Salah satu jalan untuk menyiasatinya adalah dengan menggunakan imbuhan yang sepadan dengan -ing, yakni pe-an. Kata marketing (market + -ing), umpamanya, bisa dipadankan dengan pemasaran (pe- + pasar + -an).
Salah satu jalan untuk menyiasatinya adalah dengan menggunakan imbuhan yang sepadan dengan - ing, yakni pe-an.
Kata berunsur -ing yang juga sering dipakai dalam berbahasa adalah eksisting, dari existing. Di banyak media, berbeda dengan kata marketing dan ranking yang ditulis seperti bahasa aslinya dan miring (italic), kata eksisting ditulis secara gado-gado dan tegak.
Dikatakan gado-gado karena akhiran -ing pada existing tetap dibiarkan hidup, sedangkan kata exist-nya diubah menjadi eksis. Eksis yang digabungkan dengan -ing (eksisting) itu barangkali digunakan pengguna bahasa karena sudah tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Dalam laman sebuah majalah mingguan, misalnya, tertulis ”Hingga saat ini, sebanyak lima kontraktor kontrak kerja sama eksisting telah mengajukan perpanjangan kontrak kerja sama kepada pemerintah”.
Media yang sama menulis, ”Pabrik rokok eksisting akan mengakuisisi pabrik rokok skala kecil dan menengah beberapa tahun mendatang”.
Baca juga: Perlukah Memakai Kata Berimbuhan ”-ing”?
Ada pula contoh dari media lain yang menyatakan dalam beritanya, ”Serapan dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan cepat terealisasi jika menggunakan program eksisting dan memiliki validasi”.
Dari ketiga tulisan itu, kita dapati frasa kontrak kerja sama eksisting, pabrik rokok eksisting, dan program eksisting.
Jika kita cek kata existing dalam bahasa Inggris, kata ini merupakan bentuk turunan dari exist ’ada’ atau ’berwujud’. Merriam-Webster memaknainya sebagai ’memiliki wujud nyata, baik material maupun spiritual’.
Untuk kata dengan -ing (existing), kamus ini memberi contoh: the hungry existing from day to day (kelaparan yang ada dari hari ke hari). Terjemahan bebasnya bisa juga ”kelaparan/rasa lapar yang terjadi/berlangsung dari hari ke hari”.
Berpatokan pada itu, mestinya kata eksisting pada kalimat-kalimat contoh di atas dapat kita ganti pula dengan ’yang ada’. Maka, frasa kontrak kerja sama eksisting, pabrik rokok eksisting, dan program eksisting bisa diubah menjadi kontrak kerja sama yang ada, pabrik rokok yang ada, dan program yang ada.
Jika kita ingin mempertahankan kata dengan -ing, ada baiknya ditulis seperti orang Inggris menulis kata tersebut, existing, tetapi dengan karakter miring jika digunakan di media massa kita yang berbahasa Indonesia.
Perlakuannya sama seperti kita selama ini menulis marketing, auditing, atau monitoring, dengan karakter miring. Ketiga kata ini sudah memiliki padanan masing-masing, yakni pemasaran, pengauditan, dan pemonitoran atau pemantauan.
Baca juga: Beragamnya Panggilan Orangtua Zaman Sekarang
Tak patuh pada kaidah
Kenyataannya, agak susah membiasakan pengguna bahasa patuh pada kaidah berbahasa, apalagi jika kata yang tidak sesuai dengan kaidah penyerapan itu marak digunakan di media massa, dan juga sudah masuk dalam KBBI. Kata eksisting, meski belum masuk KBBI, sudah lama digunakan media massa dan ditulis tegak.
Kompas, misalnya, dalam terbitan 4 November 1994, menulis ”Syarat lain adalah, kepadatan bangunan eksisting masih rendah atau kepadatan bangunan tinggi, tetapi termasuk dalam program peremajaan kota”.
Demikian pula dalam terbitan belakangan (12 April 2023): ”Beberapa poin perbaikan itu ialah sinkronisasi penataan SJUT dengan trotoar, validasi data untuk penyediaan kapasitas eksisting dan baru agar tepat sasaran....”
Hampir sama dengan eksisting, kata katering juga banyak digunakan di media massa. Namun, tidak seperti eksisting, kata katering sudah menjadi warga KBBI, meski masih dianggap cak (bahasa percakapan). Kata ini dalam bahasa Inggris ditulis catering (dari cater + -ing). Padanan untuk catering adalah jasa boga.
Cater menurut Merriam-Webster adalah to provide a supply of food (menyediakan persediaan makanan). Adapun catering dimaksudkan sebagai to supply what is required or desired (menyediakan apa yang dibutuhkan atau diinginkan). Contohnya adalah catering to middle-class tastes (pelayanan/melayani selera kelas menengah).
Secara lebih spesifik, kamus lain, misalnya Oxford Learner’s Dictionaries, mengartikan cater sebagai to provide food and drinks for a social event (menyediakan makanan dan minuman untuk kegiatan sosial). Adapun catering diartikan sebagai the work of providing food and drinks for meeting or social events. Makna dari kata turunan cater ini lebih tertuju pada pekerjaannya.
Silakan berseluncur di media daring, niscaya di sana akan ditemukan banyak kata katering yang juga merupakan bentuk Indonesia rasa Inggris. Kater sudah ada dalam bahasa Indonesia, tetapi tidak merujuk ke cater versi bahasa Inggris. Kater dalam KBBI bermakna ’sayap di kiri kanan perahu untuk menjaga keseimbangan’.
Baca juga: Mempertanyakan Penulisan Nama Media Digital
Dalam kedua kasus di atas, baik eksisting maupun katering, pilihan akhirnya ada pada pengguna bahasa. Kata fisikawan yang juga ahli bahasa Liek Wilardjo, dalam hal kosakata, pengguna bahasa adalah rajanya. Meski menyalahi kaidah, katanya, dan sudah berkali-kali diluruskan, mayoritas pengguna bahasa emoh melakukan pembetulan itu.
Jika pilihan jatuh pada kedua kata itu (eksisting, katering), kita harus siap-siap menerima kata yang sejenis dengan itu di media massa kita. Sebut saja training (pelatihan), kamping/kemping (dari camping; perkemahan, berkemah), bloking (dari blocking; pengeblokan), netting/neting (kok mengenai net), boxing/boksing (tinju), dan seterusnya.
Kata fisikawan yang juga ahli bahasa Liek Wilardjo, dalam hal kosakata, pengguna bahasa adalah rajanya.
Tentu saja kita juga harus siap menerima kata-kata tersebut ditulis dengan huruf tegak dalam media massa kita. Artinya, kita sudah menganggap kata-kata tersebut adalah kata bahasa Indonesia. Oh ya, beberapa kata yang disebut itu sudah masuk dalam KBBI.
Pilihan lain adalah dengan menggunakan padanan kedua kata itu dalam berbahasa (yang ada, jasa boga). Barangkali ini pilihan yang amat bijak. Toh, pilihan terhadap padanannya itu bukan merupakan pilihan yang buruk. Alih-alih meminimalkan bentuk keinggris-inggrisan alias kuminggris (eksisting, katering), pemilihan padanan yang rasa Indonesia menjadikan kita (mudah-mudahan) lebih bermartabat.
Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas