Fenomena iklim ekstrem dampak El Nino menyimpan bahaya laten terhadap resiliensi pertanian ke depan. Ancaman gagal panen di depan mata. Informasi yang akurat dan tepat waktu dapat membantu langkah mitigasi petani.
Oleh
MARANATHA BERNARD FERRYAL
·5 menit baca
Nelayan Amerika Latin menyematkan nama El Nino atau Sang Putra Kecil untuk fenomena unik menghangatnya suhu muka air di Samudra Pasifik. Fenomena iklim ini memicu kemarau yang lebih panjang di Indonesia. Sistem peringatan dini Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Global Information and Early Warning System on Food and Agriculture (GIEWS), memprediksi kondisi kering di Indonesia berlangsung dari Juni 2023 hingga Januari 2024.
Penurunan curah hujan diperparah dengan kemunculan Indian Ocean Dipole (IPD) positif, menghangatnya muka air barat Samudra Hindia, yang diperkirakan muncul sepanjang Juni-September 2023. Kombinasi keduanya berpotensi menurunkan curah hujan secara ekstrem hingga 200 milimeter (mm) per bulan dan dapat berdampak kepada pertumbuhan produksi padi lebih dari minus lima persen.
Fenomena iklim yang mengelilingi kepulauan Indonesia ini menyimpan bahaya laten terhadap resiliensi pertanian ke depan. Kemarau yang berkepanjangan akan mengganggu produksi musim tanam padi pada April-Juli dan menggeser awal musim tanam utama November-Maret.
Curah hujan pada Juni-Juli menjadi titik kritis dalam budidaya padi mengingat kebutuhan air yang tinggi dalam masa pengisian gabah. Jika terbatas, maka petani panen lebih awal dengan produktivitas rendah. Pun pada masa tanam berikutnya, petani harus menunggu hujan sebelum dapat menanam padi. Belum lagi ledakan hama dan penyakit yang akan berpotensi tinggi terjadi akibat munculnya anomali.
Peringatan dini
Ketidakpastian dalam budidaya sangat memengaruhi pendapatan dan kondisi ekonomi rumah tangga petani. Siklus pendapatan petani akan terganggu mengingat panen satu-satunya sumber penghasilan. Panen yang jauh lebih rendah berarti petani tidak dapat menutupi modal kerja.
Bukan tidak mungkin, daya beli petani akan jauh lebih rendah mengingat petani menanggung biaya hidup antar-waktu panen. Petani kemudian akan lebih rentan jatuh dalam kemiskinan seiring dengan biaya produksi yang tinggi dan pinjaman yang diambil oleh petani.
Arus informasi menjadi penting dalam menghadapi fenomena iklim ekstrem. Tidak boleh terjadi asimetri informasi pada seluruh rantai nilai pertanian, terutama kepada petani sebagai produsen pangan. Informasi yang akurat dan tepat waktu dapat membantu langkah mitigasi petani menghadapi kemarau panjang. Petani dapat memutuskan rencana budidaya, termasuk jenis tanaman, teknik irigasi dan pemupukan, pengendalian hama penyakit tanaman, bahkan akses finansial dan asuransi, jauh hari sebelum terjadinya kekeringan.
Informasi yang akurat dan tepat waktu dapat membantu langkah mitigasi petani menghadapi kemarau panjang.
Kewaspadaan yang digaungkan pemerintah dalam beberapa waktu terakhir tidak boleh berhenti di level antar lembaga/kementerian atau terbatas di media arus utama nasional. Perlu dibangun sistem peringatan dini bagi petani yang mudah diakses dan dipahami petani.
Pemerintah sudah membangun aplikasi Si-PERDITAN, tetapi nampaknya masih sulit dipahami bagi orang awam dan petani. Jangkauan peringatan dini dapat lebih luas dan efektif dengan bahasa yang lebih lugas dan sederhana melalui media yang akrab dengan petani seperti pesan singkat (SMS) dan radio.
Di saat bersamaan, petani membutuhkan rekomendasi dan akses teknologi yang tepat dalam menghadapi kondisi yang tidak normal. Ini tidak terbatas menjadi tanggung jawab pemerintah. Penyedia teknologi dan input pertanian beserta seluruh aktor berkepentingan di industri pertanian dan pangan perlu memberikan perhatian serius terhadap isu ini.
Gangguan terhadap produksi pangan pada akhirnya akan berdampak sistemik kepada sistem pangan dan ekonomi. Kelangkaan suplai pangan dapat mendorong kenaikan biaya produksi industri pangan olahan. Dalam skala makro, disrupsi cadangan pangan akan mempengaruhi inflasi apabila tidak disiasati dengan cermat.
Pertanian presisi yang adaptif iklim merupakan pendekatan untuk mengoptimasi sumber daya dalam budidaya pertanian. Asesmen kondisi aktual lingkungan dan pemberian input secara presisi sesuai kebutuhan menjadi aktivitas kunci dalam pertanian presisi. Penyuluh pemerintah, swadaya, maupun agronomis swasta dapat memperkenalkan dan memastikan kesediaan varietas tanaman tahan kering.
Rekomendasi untuk mengganti jenis tanaman ke yang lebih sedikit membutuhkan air, seperti kacang-kacangan, dapat juga dilakukan. Tentu juga dengan mempertimbangkan suplai dan pasar panennya nanti. Solusi ini dapat disampaikan melalui medium peringatan dini sebagai rekomendasi pascaperingatan bahaya iklim.
Mengingat pentingnya suplai air, pemerintah perlu memperkuat regulasi yang menjaga kelestarian dan kualitas air dalam jangka panjang. Selain itu, pembangunan waduk dan jaringan irigasi harus diperluas berfokus pada pusat produksi pertanian atau lokasi yang berpotensi tinggi sebagai wilayah baru pusat pertanian.
Penyediaan infrastruktur waduk dan irigasi yang telah dibangun pemerintah perlu disertai pemeliharaan untuk memastikan kelancaran operasinya dalam masa kering nanti. Peran perangkat pemerintah daerah hingga tingkat desa memeriksa kesiapan sistem pengairan di wilayahnya menjadi sangat krusial saat ini.
Rekomendasi untuk mengganti jenis tanaman ke yang lebih sedikit membutuhkan air, seperti kacang-kacangan, dapat juga dilakukan.
Penyediaan infrastruktur pengairan yang mumpuni patut diimbangi dengan manajemen pengairan di tingkat petani. Petani padi, misalnya, bisa memanfaatkan teknik pengairan berselang (AWD) yang menurunkan penggunaan air sampai dengan 25 persen dan menghemat biaya pengairan sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca metana sekitar 30 persen.
Pada pertanian hortikultura dan bernilai tinggi, di sisi lain, dapat memanfaatkan teknik drip irrigation yang telah banyak dimanfaatkan di kawasan Timur Tengah dan negara produsen utama pangan, seperti Amerika Serikat, China, dan Eropa. Teknik tersebut mampu menghemat air sebesar 30-60 persen dan bahkan berpotensi mendorong produktivitas hingga 90 persen.
Akses finansial dan jaring pengamanan sosial
Upaya mitigasi dan akses terhadap penerapan teknologi dalam menghadapi dampak El Nino nampaknya akan terhambat dengan kondisi ekonomi petani. Berbagai studi dan proyeksi menunjukkan kesejahteraan petani akan sangat terganggu dengan kondisi kekeringan. Petani umumnya bergantung kepada sumber pendapatan tunggal, bertani. Sebesar 10,95 persen merupakan petani gurem yang mengelola lahan kurang dari 0,5 hektar.
Selama 2022 saja, penduduk miskin di desa meningkat dari 12,29 persen menjadi 12,36 persen. Padahal selama 2022 produktivitas pertanian, dari padi hingga kelapa sawit, meningkat sebagai dampak La Nina. Oleh karena itu, patut diwaspadai bagaimana profil tingkat kemiskinan di desa saat terjadinya efek El Nino.
Pemerintah nampaknya perlu mengkalkulasi kembali rumah tangga petani yang berada dalam borderline miskin dan miskin ekstrem pada paruh kedua 2023. Desain program dan anggaran jaring pengamanan sosial petani yang tepat dapat menjaga daya beli petani dan bantalan di tengah ketidakpastian produksi pertanian. Bantuan khusus juga dibutuhkan untuk dapat mengakses dan menerapkan teknologi menghadapi kekeringan, seperti benih tahan kekeringan, sistem irigasi modern, suplai pestisida dan pupuk yang cukup, dan peningkatan kapasitas dalam budidaya ramah iklim.
Pemerintah bersama-sama seluruh pelaku pertanian harus menggiatkan penerapan asuransi dalam usaha tani. Asuransi adalah salah satu instrumen penting dalam menghadapi ketidakpastian yang tinggi dalam pertanian. Negara-negara maju telah berhasil menerapkan asuransi pertanian. Pemerintah perlu mendorong perbankan ataupun asuransi secara bertahap memperluas skema asuransi di bidang pertanian.
Tentu saja dengan paparan risiko yang khas, perlu dicarikan model asuransi yang tepat sehingga meningkatkan minat perusahaan asuransi dalam menyediakan skema asuransi usaha pertanian. Pelaku hilir pertanian, di sisi lain, dapat berpartisipasi dengan menanggung premi asuransi atau menginternalisasi dalam skema kontrak taninya.