Introspeksi Diri
Memeriksa proses dan aktivitas yang terjadi saat subyek mengalami dunia di sekitar mereka pada gilirannya akan memungkinkan seseorang menguasai emosi mereka serta mendapatkan kepuasan dan rasa bertujuan.
Introspeksi atau mawas diri sangat dianjurkan untuk dilakukan secara rutin dan berkala agar kita dapat mengingat kekurangan/kesalahan yang telah dilakukan dan tidak mengulanginya serta memperbanyak perbuatan baik kita. Tampaknya dalam periode pra-Paskah dan masa menjalani ibadah puasa saat ini, ada baiknya jika mencobakan juga kegiatan ini.
Wilhelm Wundt, yang dikenal sebagai Bapak Psikologi Eksperimental, menggunakan metode ilmiah yang dia sebut introspeksi sebagai pengamatan diri dari pikiran kita. Selama eksperimennya, dia meminta para subyek penelitiannya untuk merenungkan apa yang terjadi saat kini, bukan masa lalu.
Gagasan introspeksi Wundt dalam eksperimennya adalah untuk mengamati bagaimana pikiran memproses emosi dan pikiran serta mengungkap maknanya. Menurut dia, memeriksa proses dan aktivitas yang terjadi saat subyek mengalami dunia di sekitar mereka pada gilirannya akan memungkinkan seseorang menguasai emosi mereka serta mendapatkan kepuasan dan rasa bertujuan.
Tchiki Davis (2021), seorang pakar teknologi kesejahteraan mental, mengatakan bahwa introspeksi memainkan peran penting dalam kesehatan mental. Misalnya, jika kita tidak dapat mengidentifikasi emosi, bagaimana kita bisa memahami atau mengelolanya? Atau, jika kita tidak mampu memperhatikan pikiran yang menimbulkan emosi negatif, bagaimana kita mengubah pikiran tersebut untuk menciptakan pikiran yang lebih bahagia?
Dengan menenangkan pikiran, kita membiarkan diri untuk mengamati, belajar, dan mendapatkan wawasan tentang cara kerja batin.
Melalui introspeksi, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang cara kerja batin kita. Pengetahuan ini dapat membantu kita meningkatkan kehidupan kita.
Beda introspeksi dan refleksi
Emma Smith (2023), seorang jurnalis yang menulis berbagai artikel, menjelaskan bahwa kedua istilah ini tampaknya sama, tetapi sebenarnya berbeda jika digunakan sesuai dengan artinya. Refleksi adalah melihat ke dalam diri sendiri, tetapi tidak termasuk mengevaluasi diri sendiri, sementara introspeksi adalah mempertanyakan diri sendiri, menilainya untuk mengubah diri, dan menjadikan waktu lebih produktif.
Menurut definisi introspeksi, seseorang meluncur ke dalam kondisi mentalnya dan mulai mengamati proses mentalnya. Kita menjadi tahu apa yang sedang terjadi dalam kondisi mental pikiran kita, dan pikiran akan memperhatikan setiap perubahan. Ada tiga tahapan dalam metode introspeksi, yaitu mengamati diri sendiri, menganalisisnya, kemudian memperbaiki kekurangan.
Refleksi menunjukkan kepada kita hasilnya, meskipun itu salah kita, tetapi tidak membuat kita merasa bersalah, sedangkan introspeksi membuat kita menyadari bahwa itu adalah kesalahan kita dan jika kita tidak melakukannya, kesalahan itu tidak akan terjadi.
Refleksi adalah kesadaran diri, sedangkan introspeksi adalah evaluasi diri. Refleksi tidak dapat mengubah pikiran atau tindakan kita, sementara introspeksi membantu kita memperbaiki diri.
Para ahli mempunyai beberapa metode introspeksi yang dapat kita gunakan jika kita ingin melakukannya secara efektif. Saya rangkumkan beberapa pandangan berikut ini.
Pemantauan diri (Tchiki Davis, 2021)
Pemantauan diri merupakan pemindaian sederhana yang berupa sekadar memperhatikan apa yang terjadi di pikiran kita. Jika ini tepat, akan membutuhkan usaha yang relatif sedikit dan kemungkinan besar dapat dibantu oleh teknik psikologis, seperti meditasi atau mindfulness.
Baca juga: "Repareting" (2)
Meditasi adalah praktik kuno yang melibatkan pencapaian keadaan kesadaran netral, di mana Anda dapat mengamati pikiran dan lingkungan dengan kesadaran yang tenang dan tidak menghakimi. Dengan melakukan itu, Anda mungkin dapat mempelajari lebih lanjut tentang konsep dan emosi yang biasanya melayang di benak Anda tanpa disadari. Dengan mempraktikkan proses ini secara teratur, Anda mungkin dapat memanfaatkan kesadaran ini dengan lebih mudah sepanjang hari. Akibatnya, Anda mungkin menemukan diri memiliki kekuatan untuk melihat reaksi emosional yang terjadi saat itu. Satu studi menunjukkan bahwa meditasi, terutama modalitas berbasis alam, bahkan dapat mengurangi perenungan dan gejala depresi serta meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan (dalam https://www.betterhelp.com/diakses 23 Maret 2023).
Mindfulness adalah teknik yang melibatkan pengamatan tanpa penilaian. Pikiran, emosi, dan informasi lainnya mengalir melalui pikiran dan kita langsung menyadarinya. Anda mungkin juga membayangkan pikiran-pikiran ini melayang seperti awan di langit. Dengan menenangkan pikiran, kita membiarkan diri untuk mengamati, belajar, dan mendapatkan wawasan tentang cara kerja batin.
Menyiapkan lingkungan yang ideal terdengar seperti masalah yang sangat besar di dunia sekarang ini. Anda memerlukan ruang yang tenang tanpa gangguan atau stimulasi di mana Anda dapat menyendiri, damai, dan tidak terganggu. Jika sulit memiliki waktu sendiri yang menenangkan, Anda dapat bangun pagi 30 menit lebih awal, duduk di teras, di dalam mobil, atau bahkan saat mandi adalah pilihan yang tepat untuk menjalani latihan. Jika Anda mengalami kesulitan untuk duduk diam, bisa melakukan jenis meditasi apa saja, bisa juga sambil berdiri atau berjalan.
Mindfulness selama 30 menit membantu melatih kita untuk hening agar tenang. Saat diam, Anda bersama diri sendiri dan Anda dapat berlatih memperhatikan pikiran, suara, dan sensasi. Anda jauh dari keramaian masyarakat dan pikiran Anda penuh dengan inovasi dan dapat meremajakan diri sendiri.
Ajukan pertanyaan pada diri sendiri (Tasha Eurich, 2017)
Eurich mendalilkan bahwa pertanyaan ”mengapa”, seperti ”Mengapa saya merasa seperti ini?” sering kali kurang efektif dibanding pertanyaan ”apa”, seperti ”Apa yang saya rasakan saat ini?” Mengajukan pertanyaan ”apa” sering kali mendorong seseorang menyebutkan dan memahami emosinya, suatu teknik yang telah terbukti untuk meningkatkan kesadaran diri. Sebaliknya, pertanyaan ”mengapa” sering menimbulkan jawaban yang tidak membantu, mungkin justru mendorong jawaban yang tidak spesifik dan emosional, seperti ”Karena saya orang yang negatif.”
Beberapa contoh pertanyaan bagi diri sendiri yang lebih efektif adalah:
- Siapa saya?
- Saya ingin menjadi siapa?
- Apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup?
- Bagaimana perasaan saya sebenarnya tentang diri saya sendiri?
Baca juga: Introspeksi
- Apa keyakinan saya?
- Apa yang saya hargai?
- Apa yang paling penting bagi saya?
- Apa langkah selanjutnya yang tepat untuk saya?
Setelah mengajukan setiap pertanyaan, duduk saja dengan pertanyaan itu dan coba perhatikan, tanpa menghakimi, pikiran apa yang muncul di benak Anda. Jika jawabannya membantu, Anda mungkin juga ingin mendapatkan jurnal untuk mencatat pemikiran Anda.
Membuat jurnal (Tchiki Davis, 2021)
Journaling saat ini menjadi sangat diperlukan mungkin karena memiliki banyak manfaat. Selain meningkatkan kesadaran, journaling juga meningkatkan rasa percaya diri, daya ingat, kemampuan komunikasi, kemampuan memecahkan masalah, dan ekspresi diri. Di samping itu, journaling juga membantu kita teratur, sesuai jalur, dan termotivasi. Hal terpenting adalah kita bisa mengecek diri sendiri dan bagaimana kondisi kita saat berada di tahap masing-masing, apa yang tengah saya lalui, tantangannya, dan pembelajaran yang saya pelajari. Hal ini membuat kita berkembang, memahami bagaimana kita berkembang, dan dapat membayangkan grafik perkembangannya di kepala kita.
Selamat berpuasa dan menyambut Paskah!
Agustine Dwiputri, Psikolog; Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia