Kerja menjaga kearifan lokal butuh dukungan pemerintah kabupaten, provinsi, dan negara.
Oleh
Ninuk M Pambudy
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kolam Segaran, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Senin (22/10/2018).
Ratusan warga Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, berbaris dengan aneka riasan. Anak-anak, remaja, orang dewasa, dan warga lanjut usia ikut arak-arakan, menyeberang Jalan Totok Kerot menuju ke punden Mbah Sumbersari, yang diyakini sebagai pendiri dusun.
Arak-arakan pada Minggu (5/3/2023) itu menandai berakhirnya ruwat bersih bumi Dusun Jatisumber, yang digelar setiap tahun menjelang bulan Ramadhan. Setiap dusun di Desa Trowulan menyelenggarakan ruwatan, untuk membersihkan hati dan laku, serta mengucap syukur kepada Tuhan. Sebelumnya, mereka melaksanakan ritual keliling desa.
Tumpeng berisi aneka makanan sebagai pusat iring-iringan dibawa masuk ke kompleks punden. Mereka yang meyakini ajaran Kejawen berdoa. Gunungan buah tetap berada di luar. Sementara anak-anak bersiap berebut buah-buahan itu.
Malam sebelumnya, di tepi Kolam Segaran di Trowulan, berlangsung ruwat doa untuk kelestarian peninggalan Kerajaan Majapahit. Berbagai situs di Trowulan menunjukkan desa itu pusat Kerajaan Majapahit. Hingga kini masih ditemukan berbagai peninggalan Majapahit.
KOMPAS/ NINUK M PAMBUDY
Ruwat doa untuk kelestarian peninggalan Kerajaan Majapahit di tepi Kolam Segaran di Trowulan, Jawa Timur, Sabtu (4/3/2023).
Ruwat yang dimulai pukul 20.00 itu diinisiasi oleh Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI/ Indonesian Heritage Trust), Komunitas Gulo Klopo Trowulan, dan mitra pelestari. Suasana magis ditingkah nyala lilin kecil dan asap dupa. Di langit, sinar bulan hampir purnama penuh tersaput awan mendung. Tari ritual dari Bali dan India tampil diiringi tabuhan rindik, disusul tari topeng Panji oleh Nanang Muni, Koordinator Gulo Klopo.
Di Jero Tumbuk, Banjar Dinas Santi, Kabupaten Karangasem, Bali, sore menuju bulan purnama penuh pada Senin (6/3), puluhan anak perempuan dan laki-laki menampilkan tarian dan musik tetabuhan.
Mereka murid kelas III-VIII. Ini bagian dari upaya pendiri Yayasan Bali Kuna Santi, I Gusti Lanang Muliarta, dan istrinya, Catrini Pratihari Kubontubuh, melestarikan seni budaya. Bukan komoditas pariwisata saja, melainkan juga bekal menghadapi masa kini dan masa depan.
IGAA Devika Naeya Adiartha (12) belajar musik tabuhan rindik dan menulis aksara Bali di atas lontar di Jero Tumbuk. Dia beberapa kali menjuarai lomba tingkat kabupaten. Ia melihat sisi eko- nomi menulis aksara Bali. ”Ada turis asing minta dituliskan namanya di daun lontar,” tutur Devika.
KOMPAS/ NINUK M PAMBUDY
Puluhan anak menari di Di Jero Tumbuk, Banjar Dinas Santi, Kabupaten Karangasem, Bali, Senin (6/3/2023) sore saat menuju bulan purnama penuh.
Perubahan di Trowulan
Komunitas di Trowulan atau Desa Santi tersebar di negeri ini. Desa mereka berubah mengikuti pertumbuhan ekonomi. Dusun Banjarsari di Trowulan, misalnya, terpaksa ”dibelah” jalan raya yang dilalui truk besar pengangkut pasir, hasil bumi, atau barang dagangan lain.
Syamsuli Akub, Koordinator Mandala Majapahit, menyebut jalan raya tidak mengganggu hubungan fisik antarkerabat. ”Hanya para sepuh takut saat akan menyeberang. Buat warga umum, jalan raya mempermudah akses ke luar desa, terutama saat bepergian ke luar kota,” jelas Syamsuli, pematung, Rabu (15/3). Mandala Majapahit Trowulan, unit kebudayaan Yayasan Arsari Djohohadikusumo, bergiat dalam pelestarian budaya, khususnya budaya Majapahit.
Warga Desa Trowulan kini waswas mendengar rencana Pemerintah Kabupaten Mojokerto membangun Majapahit Park, yang akan berisi replika peninggalan Majapahit. Sebagian warga menolak rencana pembangunan theme park di sebelah Kolam Segaran, kolam air peninggalan Majapahit.
Menurut Syamsuli dan Nanang Muni, warga khawatir pembangunan di zona penyangga akan merusak situs warisan Majapahit. Bagi warga Trowulan, peninggalan Majapahit tak sekadar tumpukan batu. Di sana asal-usul leluhur dan hidup spiritual mereka. Saat menutup ritual doa di Kolam Segaran, Ketua BPPI Catrini Kubontubuh meminta agar rencana membangun Majapahit Park ditinjau kembali.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto aerial Gapura Bajang Ratu atau juga disebut Candi Bajang Ratu di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (9/6/2019). Gapura setinggi 16,5 meter yang terbuat dari batu merah dan batu andesit ini diduga pintu masuk ke dalam bangunan suci sebagai peringatan wafatnya Raja Jayanegara pada tahun Saka 1250 atau 1328 Masehi.
Di Karangasem, warga berupaya menjaga tradisi di tengah kuatnya pembangunan pariwisata. Bali kerap menjadi contoh keberhasilan warga menyelaraskan adat budaya dalam industri pariwisata.
Namun, ada ancaman lain yang tidak mudah ditangani oleh warga Bali sendirian, yaitu alih fungsi lahan dan perubahan iklim yang mengancam sistem pengairan sawah, subak. Subak adalah wujud hubungan harmonis antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan yang disebut Tri Hita Karana. Tahun 2012, UNESCO mengakui subak sebagai warisan budaya dunia.
Kerja menjaga kearifan lokal butuh dukungan pemerintah kabupaten, provinsi, dan negara.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Aktivitas petani di Desa Selat, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Bali, ketika didokumentasikan pada Senin (13/12/2021). Sistem tata kelola pertanian irigasi tradisional di Bali dikenal sebagai subak.