Demokratisasi investasi membuat siapa pun dapat mulai berinvestasi, termasuk pekerja muda yang bergaji setara UMR DKI Jakarta. Investasi bisa dilakukan dengan menyisihkan dana yang tak lebih mahal dari sebungkus rokok.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
SALOMO
Joice Tauris Santi
Lulus kuliah dan memperoleh pekerjaan layak tentu menjadi impian banyak orang. Ada yang berhasil mendapatkan gaji cukup besar, ada pula yang mendapatkan gaji setara upah minimum regional. Berapa pun gaji yang diperoleh, semuanya merupakan proses dan patut disyukuri.
Setelah mendapatkan gaji, hidup dapat lebih mandiri dan tidak tergantung lagi kepada orangtua, bahkan mungkin dapat membantu membayar kuliah adik. Selain memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, tidak sedikit para first jobber yang ingin berinvestasi. Di sisi lain, banyak pula yang ragu untuk mulai berinvestasi karena merasa pendapatannya belum cukup untuk.
Tetap saja langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengisi terlebih dahulu dana darurat. Misalnya, dengan gaji Rp 4,9 juta dan belum memiliki tanggungan, setidaknya dana darurat yang harus dikumpulkan sebesar 3 kali pengeluaran atau sekitar 3 x Rp 3,9 juta, yakni Rp 11,7 juta dengan asumsi besar pengeluaran setara 80 persen gaji.
Dana ini dapat dikumpulkan terlebih dahulu, misalnya, dengan menyisihkan 20 persen pendapatan atau dalam contoh ini sebesar Rp 980.000 per bulan. Dengan demikian, untuk mengumpulkan dana darurat sebesar Rp 11,7 juta tersebut, diperlukan waktu hingga satu tahun.
Artinya, baru pada tahun kedua setelah bekerja, berinvestasi dapat mulai dilakukan. Itu pun jika asuransi, seperti BPJS kesehatan, sudah ditanggung perusahaan.
Dengan gaji Rp 4,9 juta, berapa dana investasi yang dapat disisihkan? Jika pada satu tahun pertama dapat menyisihkan dana sebesar Rp 980.000 per bulan, kebiasaan baik ini tinggal dilanjutkan saja. Alokasikanlah dana untuk investasi dari yang semula disisihkan untuk dana darurat.
Mahasiswa hadir pada acara edukasi saham untuk anak muda yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia Jateng dan Otoritas Jasa Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022). Edukasi pasar modal ini diberikan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang pengelolaan keuangan dan investasi.
Investor pemula biasanya takut untuk berinvestasi pada aset yang berisiko tinggi meskipun berpotensi memberikan imbal hasil tinggi pula. Dengan demikian, produk investasi yang dapat dicoba investor pemula adalah aset yang rendah risiko. Misalnya, reksa dana pasar uang atau obligasi ritel.
Reksa dana pasar uang dapat dibeli dengan minimal dana sebesar Rp 100.000. Bahkan, beberapa agen penjual daring mematok minimal investasi hanya Rp 10.000. Jadi, dengan memiliki penghasilan setara UMR pun sudah dapat berinvestasi.
Sementara obligasi ritel dapat diperoleh dengan minimal investasi sebesar Rp 1 juta. Gaji sebesar Rp 4,9 juta yang disisihkan sebesar 20 persen pun sudah dapat digunakan untuk berinvestasi obligasi ritel.
Demokratisasi investasi telah membuat siapa pun dapat mulai berinvestasi, termasuk para pekerja muda yang memiliki gaji setara UMR di DKI Jakarta. Investasi dapat dilakukan dengan hanya menyisihkan dana yang tidak lebih mahal dari harga sebungkus rokok. Dengan demikian, tidak ada alasan lagi bahwa gaji kecil menjadi hambatan dalam berinvestasi.
Sebenarnya, kebiasaan berinvestasi sejak dini, misalnya sejak tahun-tahun awal mulai bekerja, akan memberikan banyak keuntungan di kemudian hari, seperti terbiasa menyisihkan dana, mengatur pengeluaran dan pemasukan, dan mengumpulkan pengalaman dalam berinvestasi, yang belum tentu diajarkan oleh buku investasi sekalipun.
Jadi, untuk yang masih bergaji setara UMR, tidak ada alasan untuk menunda investasi, ya….