Satu demi satu, bahan mentah tak lagi dijual Indonesia apa adanya, tetapi dalam bentuk olahan atau produk industri. Ada nilai tambah yang diperoleh.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Ekspor bauksit mentah akan dihentikan mulai Juni 2023. Keputusan pemerintah yang melarang ekspor semua biji bauksit mentah, termasuk biji yang dicuci, itu diikuti dengan upaya mendorong industri pemurnian dan pengolahan bauksit di dalam negeri. Semua bijih bauksit mesti diproses di Indonesia, yang akan menghasilkan produk turunan bernilai jual lebih tinggi, antara lain berupa alumina dan aluminium.
Langkah hilirisasi bauksit ini menyusul langkah serupa yang diberlakukan pada nikel. Meskipun untuk kasus nikel, Indonesia sedang dalam tahap banding ke Badan Banding Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa WTO terhadap gugatan Uni Eropa. Indonesia melarang ekspor bijih nikel sejak 2020. Bijih nikel diolah untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri.
Untuk mendukung pemurnian bijih bauksit di dalam negeri, pemerintah menyebutkan, saat ini setidaknya ada empat fasilitas pemurnian atau smelter bauksit berkapasitas 4,3 juta ton. Adapun cadangan bauksit yang dimiliki Indonesia diperkirakan 3,2 miliar ton.
Dalam program hilirisasi, Indonesia diarahkan untuk tak lagi menjadi pengekspor bahan mentah. Sebaliknya, Indonesia bisa menghasilkan barang setengah jadi yang diperlukan industri di dalam negeri dan luar negeri serta barang jadi yang diperlukan konsumen di dalam dan luar negeri. Produk yang sudah diolah bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan produk asal atau mentah. Nilai tambahnya bisa berkali-kali lipat.
Contohnya, alumina, hasil olahan dan pemurnian bijih bauksit, bernilai delapan kali lipat dibandingkan dengan nilai bijih bauksit. Adapun jika ditingkatkan menjadi aluminium, nilainya akan meningkat 30 kali lipat dibandingkan dengan nilai bijihnya.
Hilirisasi bukan hanya pada mineral dan pertambangan. Di sektor kelautan dan perikanan, misalnya, ada rumput laut yang kini sedang dibahas rencana hilirisasinya. Jika direalisasikan, nilai ekspor produk turunan rumput laut akan lebih besar. Lebih besar dari nilai ekspor rumput laut Indonesia pada 2021 yang sebesar 345 juta dollar AS atau sekitar Rp 5 triliun.
Tak mudah untuk mengubah kebiasaan dari sekadar menjual bahan mentah menjadi produk olahan. Ada proses tambahan yang harus dilalui sebelum ”mengubah” barang menjadi uang, di antaranya tahap pemurnian dan pengolahan. Diperlukan investasi tambahan untuk menghasilkan produk setengah jadi dan produk jadi. Investasi ini bisa menjadi daya tarik baru bagi investor untuk terlibat dalam proses produksi. Investasi tambahan juga bisa menyerap tenaga kerja atau modal untuk ditanamkan di Indonesia. Pada akhirnya, produk antara atau produk jadi memberi nilai ekstra.
Bagi yang ingin segera mencecap hasil penjualan bahan mentah, sabarlah. Mari, membangun industri demi hasil yang lebih baik dan bernilai tambah.