Tiadanya garis demarkasi India dan China di Himalaya akan terus meninggalkan bara. Selain menahan diri, kedua negara harus merawat dialog dan komunikasi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
PRESS INFORMATION BUREAU VIA AP
Perdana Menteri India Narendra Modi menyapa tentara negaranya dalam kunjungan ke Nimu, area Ladakh, wilayah perbatasan antara India dan China, 3 Juli 2020.
Bentrokan fisik antara pasukan penjaga perbatasan India dan China di wilayah Himalaya kembali terjadi. Insiden ini diungkapkan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh dalam sidang parlemen, Selasa (13/12/2022). Insiden itu terjadi pada 9 Desember di ujung timur perbatasan Himalaya, sektor Tawang, Negara Bagian Arunachal Pradesh, India timur laut.
Lokasi bentrokan sama-sama diklaim oleh kedua pihak sebagai wilayah teritorialnya. Dari sudut pandang China, area itu berada di perbatasan selatan. Insiden tersebut merupakan yang pertama kali sejak baku hantam antara pasukan India dan China tahun 2020 di ujung barat perbatasan Himalaya, yang menewaskan 20 tentara India dan 4 tentara China.
Skala bentrokan kali ini jauh lebih kecil daripada tahun 2020. Di hadapan anggota parlemen, Singh menyebut personel pasukan kedua pihak mengalami luka-luka, tak ada korban serius. Meski demikian, insiden seperti itu tak boleh dianggap sepele. Isu perbatasan di wilayah tersebut pernah meletupkan perang besar pada 1962 di ujung barat perbatasan di Himalaya, Aksai Chin, dan ujung timur Arunachal Pradesh.
AP/MUKHTAR KHAN
Konvoi kendaraan tentara India melaju di wilayah Ladakh, India, 20 September 2022.
Perlu dicatat, sengketa perbatasan itu terjadi di antara dua negara raksasa Asia. Keduanya sama-sama memiliki senjata nuklir. Eskalasi konflik yang tak terkendali di antara mereka tidak hanya akan mengguncang kawasan, tetapi juga global. India terhubung dalam aliansi keamanan dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Australia (Quad). Aliansi ini disatukan oleh keprihatinan atas makin menguatnya pengaruh China.
Tak sulit memahami, mengapa area perbatasan di kawasan Himalaya itu kerap memercikkan api konflik. Area sepanjang 3.500 kilometer di wilayah terpencil, dengan medan berat, dan kerap berselimut salju tersebut memang tidak memiliki garis perbatasan atau demarkasi yang jelas. Dulu Pemerintah kolonial Inggris merasa tidak perlu menetapkan garis demarkasi resmi lantaran terpencilnya area tersebut.
Saat merdeka dari Inggris, India belum pernah mencapai kata sepakat dengan China mengenai garis perbatasan wilayah mereka. Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control), demikian sebutan area yang kerap menjadi lokasi bentrokan pasukan penjaga perbatasan kedua negara tersebut.
AP/MUSTAFA QURAISHI
Pemandangan sebuah ruas jalan menuju Garis Kontrol Aktual (Line of Actual Control) di wilayah perbatasan India-China di Tawang, Negara Bagian Arunachal Pradesh, India timur laut, 30 Oktober 2006.
Mengingat tak ada garis perbatasan yang disepakati, entah disengaja atau tidak, pasukan kedua negara bisa memasuki wilayah yang diklaim sebagai teritorial pihak lain. Tak jarang, mereka berpapasan hingga memicu perkelahian—kesepakatan tahun 1993 menetapkan senjata api tidak boleh digunakan dalam bentrokan fisik—seperti terjadi pada 9 Desember lalu.
Melihat situasi tersebut, wilayah itu seperti bara. Jika bisa dikelola dengan dialog dan komunikasi, bara tersebut bisa diredam dan tak sampai membesar. Syukurlah, itu yang terjadi setelah insiden 9 Desember. Namun, jika gagal dikelola, bara api di kaki Himalaya itu bisa menjadi api konflik.