Sebagaimana biasanya, saat peringatan Hari Pahlawan, pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada beberapa tokoh (Kompas, 8/11/2022).
Masih di berita Kompas, lima tokoh dari sejumlah daerah Indonesia mendapat gelar tersebut berkat perjuangan dan pengorbanan mereka dalam ranah kemanusiaan, pembangunan, dan juga integrasi dengan Negara Kesatuan RI di awal masa kemerdekaan.
Tokoh-tokoh tersebut menambah deretan pahlawan nasional, orang-orang yang besar jasanya bagi bangsa dan negara Indonesia. Gelar tersebut dianugerahkan melalui prosedur dan proses berjenjang yang saksama.
Seperti harapan sejarawan Anhar Gonggong, gelar itu bisa mendorong generasi muda meneladani perjuangan yang dicontohkan para pahlawan nasional (Kompas, 4/11/2022). Kita semua juga perlu belajar dan memetik keteladanan dari perjuangan dan pengorbanan mereka.
Tentu banyak orang yang memenuhi kriteria untuk dianugerahi gelar pahlawan nasional. Melalui prosedur dan proses yang disinggung di atas, mereka layak tampil dalam daftar pahlawan nasional, orang-orang yang mendarmabaktikan hidup bagi negeri.
Tokoh-tokoh seperti Marsekal TNI
(KSAU 1946-1962, ”Bapak Angkatan Udara RI”), Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso (Kapolri 1968-1971), Presiden ke-4 RI (1999-2001) Abdurrahman Wahid, dan masih banyak yang lain, rasanya sangat layak tampil dalam daftar tersebut.
Bung Karno pernah mengatakan, ”Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya”. Negeri kita sudah membuktikannya.
Eduard LukmanJl Warga, RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Belum Maksimal
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F02%2F06%2F3e36d51a-d96d-4466-9813-9f7f7eab43fa_jpeg.jpg)
Panorama Danau Toba, Sumatera Utara dilihat dari gardu pandang Tele yang berada di sisi barat danau, Jumat (22/7). Danau Toba yang memiliki luas 1.780 km2 terbentuk dari letusan Gunung Toba sekitar 73.000 tahun lalu.Kompas/Raditya Helabumi (RAD)22-07-2011Ekspedisi Cincin Api - Toba
Terkait penyelenggaraan G20, tahun lalu di Kota Parapat di kawasan Danau Toba, berlangsung pembukaan W20. Singkatan dari Women 20, kelompok ini dibentuk 2015 saat Presidensi G20 Turki. W20 bertujuan mengarusutamakan kesetaraan dan pemberdayaan jender dalam setiap kebijakan dan komitmen G20.
Danau Toba menjadi pilihan untuk mempromosikan wisata Danau Toba kepada dunia internasional. Hal ini juga selaras dengan program pemerintah Presiden Jokowi yang mengutamakan pembangunan beberapa obyek wisata, termasuk Danau Toba. Ada pembangunan pelabuhan, jalan, fasilitas penyeberangan.
Sayang, pemerintah daerah dan masyarakat belum sungguh-sungguh memperhatikan perawatan dan pengembangan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisata. Hal-hal kecil, seperti kebersihan danau, kebersihan desa-desa sekitar danau, ataupun tata kelola usaha wisata, belum sungguh-sungguh dilakukan,
Misalnya saja, Desa Tomok. Desa yang merupakan pintu gerbang utama mobilitas Samosir ini masih kurang kerapian dan kebersihannya. Ruko-ruko belum tertata rapi, kondisi perairan dan jalan di tepi danau sepanjang Desa Tomok juga masih dipenuhi sampah.
Memang benar bahwa Danau Toba sampai saat ini masih diminati banyak wisatawan domestik dan juga beberapa wisatawan mancanegara. Namun, kenyataannya, jumlah wisatawan mancanegara semakin berkurang.
Saya merasakan sendiri dan melihat hal ini ketika beberapa bulan lalu menjalani praktik pelayanan di salah satu gereja di Pulau Samosir, khususnya Desa Tomok. Selama hampir satu tahun di sana, saya melihat pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Samosir, belum sungguh-sungguh memperhatikan dan mengelola Danau Toba sebagai obyek wisata.
Hal ini masih ditambah lagi dengan masyarakat yang masih kurang peduli untuk merawat danau dan lingkungan desa. Bisa jadi, semua itu menjadi salah satu penyebab wisatawan mancanegara belum menjatuhkan pilihan untuk berlibur ke Danau Toba.
Anselmus CA BangunJl Gotongroyong, Sinaksak, Pematangsiantar, Sumut