Eksplorasi Teknologi Elektronika Penerbangan, Respons Era Perang Modern
Perkembangan teknologi penerbangan khususnya militer telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan. Faktor penentu keunggulannya adalah pada sistem elektronika. Lalu bagaimana kemampuan elektronika penerbangan TNI AU ?
Oleh
FADJAR PRASETYO
·4 menit baca
”Kekuatan pertahanan udara di masa mendatang memiliki tantangan sangat luar biasa. Untuk itu, TNI harus mampu menghadapi sistem perang udara yang terus mengalami perubahan seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi saat ini.”
Petikan pernyataan Menteri Pertahanan RI Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto ini disampaikan saat berbicara pada seminar nasional TNI AU, 8 November 2022. Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa TNI AU, khususnya, dan TNI, pada umumnya, dituntut mampu mewujudkan pertahanan negara di udara yang kuat dan dapat menghadapi tantangan yang terus berubah dengan cepat.
Harus diakui, perkembangan teknologi penerbangan, khususnya pada aspek militer, telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan dengan lompatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Sejumlah negara telah melengkapi Angkatan Udara (AU)-nya dengan pesawat tempur generasi keempat.
Bahkan, beberapa negara maju juga telah memiliki pesawat tempur generasi kelima, seraya mulai memperkenalkan prototipe pesawat tempur generasi keenam. Sebut saja pesawat F-X, F-3 rancangan Jepang, pengembangan pesawat Su-57 oleh Rusia, BAE System Tempest dari Inggris, dan pesawat tempur Next Generation Air Dominance (NGAD) milik AS.
Berbicara kecanggihan pesawat tempur, faktor penentu keunggulannya adalah pada sistem elektronika yang dimiliki.
Sistem elektronika ini secara khusus berfungsi dalam mendukung dan meningkatkan berbagai kapabilitas pesawat, mulai dari kemampuan terbang, komunikasi, manuver, navigasi, persenjataan, dan berpengaruh juga terhadap sistem komando dan kendali.
Harus diakui, perkembangan teknologi penerbangan, khususnya pada aspek militer, telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan dengan lompatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
Kerangka berpikir strategis
Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, dengan posisi geografis di tengah- tengah kawasan Asia-Pasifik dengan dinamika geopolitik yang sangat tinggi dan stabilitas keamanan yang sangat dinamis. Kondisi tersebut dipengaruhi pula oleh negara-negara di kawasan yang terus mengembangkan kekuatan udaranya.
Bagi TNI AU, adalah sebuah ”kewajiban” untuk terus beradaptasi dan mengantisipasi kemungkinan munculnya berbagai bentuk ancaman yang disebabkan oleh kemajuan teknologi penerbangan tersebut.
Mencermati situasi di kawasan dengan segala fenomenanya sebagai akibat perkembangan teknologi elektronika penerbangan, tidak ada pilihan lagi bagi TNI AU selain mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan operasi yang memadai. Hal ini fundamental guna menghadapi setiap kemungkinan bentuk ancaman dan gangguan, khususnya yang datang melalui udara.
Dihadapkan pada situasi ini, kesamaan pemahaman dan kerangka berpikir strategis semua pemangku kepentingan kedirgantaraan adalah keharusan. Ini sangat signifikan dalam mewujudkan kesatuan usaha (unity of effort) dalam membangun kekuatan udara nasional.
Di sini pentingnya segenap pencinta kedirgantaraan di Tanah Air—baik dari pemerintahan, industri pertahanan, maupun akademisi—untuk turut mengeksplorasi dan menentukan strategi, dalam memenuhi teknologi elektronika penerbangan yang dapat diterapkan di TNI AU. Langkah ini sangat penting dan strategis.
Penting karena seluruh komponen bangsa dalam aspek kedirgantaraan perlu memiliki pemahaman dan konstruksi berpikir yang sama dan saling membangun. Dengan demikian, upaya membangun dan menyiapkan sistem pertahanan udara negara yang kapabel selalu jadi salah satu prioritas nasional.
Langkah tersebut juga strategis, dalam rangka membangun konsepsi dan pemahaman dalam menghadapi dinamika masa depan. Melalui eksplorasi teknologi elektronika penerbangan, dapat dilakukan perbandingan kapabilitas electronic warfare yang telah dikuasai TNI AU saat ini, dihadapkan dengan kondisi perkembangan teknologi elektronika yang sedang berkembang di kawasan.
Simbologi supremasi
Belajar dari konflik Ukraina-Rusia, khususnya dari sudut pandang strategi militer dan teknologi kedirgantaraan, dapat diambil pelajaran bahwa faktanya kekuatan pesawat nirawak (UAV) yang memiliki kemampuan membawa persenjataan presisi mematikan dan dapat melakukan serangan ke titik-titik pertahanan lawan adalah game changer yang sangat menentukan.
Indonesia perlu menguasai taktik yang dihasilkan oleh teknologi dan kemampuan drone, bersamaan dengan ekosistem sistem pendukungnya.
Perang modern dengan berbekal kemajuan teknologi elektronika penerbangan akhirnya telah menghasilkan perang elektronik (electronic warfare/EW) dengan gaya baru. Aksi militer di dalam mengeksploitasi spektrum elektromagnetik tersebut juga mampu memproyeksikan kekuatan tempur dengan efektif, sekaligus untuk meningkatkan kewaspadaan situasional dalam pertempuran.
Bahkan, beberapa negara maju juga telah memiliki pesawat tempur generasi kelima, seraya mulai memperkenalkan prototipe pesawat tempur generasi keenam.
Lalu bagaimana kemampuan elektronika penerbangan TNI AU saat ini? Pada akhirnya, bangsa Indonesia tentu menginginkan dan sepakat bahwa sang ”Sayap Tanah Air” perlu memiliki kapasitas ofensif dan defensif di dalam kekuatan elektronika.
Pembangunan kekuatan matra udara tentu terus kita laksanakan secara bertahap, dengan mengacu pada rencana strategis yang telah disusun dan disesuaikan dengan dukungan anggaran yang ada, sekaligus selalu diselaraskan dengan kebijakan pertahanan negara.
TNI AU senantiasa membutuhkan dukungan segenap pemangku kepentingan untuk melanjutkan pembangunan kekuatan matra udara tersebut, khususnya pada aspek kemampuan elektronika penerbangan yang semakin mumpuni.
Dengan demikian, pengembangan kekuatan elektronika TNI AU dan kemampuan Sistem Pertahanan Udara Nasional tetap sejalan dengan kebijakan negara yang bermanfaat luas untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.