Republikan diperkirakan merebut mayoritas atas total 435 kursi DPR (House of Representatives) dalam pemilu kali ini. Hal serupa diperkirakan terjadi pada Senat AS.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Pemilu pertengahan di AS pada 8 November tidak bermakna besar. Pemilu hanya untuk kepentingan Demokrat atau Republikan, tidak menyentuh rakyat dan global.
Dalam pemilu kali ini, Republikan diperkirakan merebut mayoritas atas total 435 kursi DPR (House of Representatives). Hal serupa diperkirakan terjadi pada Senat dengan kursi yang diperebutkan sebanyak 35 dari 100 kursi. Namun, perkiraan itu tetap bisa berubah di lapangan.
Jika itu terjadi, Presiden AS Joe Biden harus berjuang keras mengegolkan pagu utang baru 2,5 triliun dollar AS untuk mendukung anggaran pemerintah. Republikan menyuarakan penolakan karena akan menaikkan total utang AS yang sudah sebesar 31,1 triliun dollar AS. Namun, persoalan serupa sudah menjadi tradisi. Debat setengah kamar bisa menyelesaikan masalah. Penimbunan utang adalah tradisi pemerintahan AS, siapa pun yang berkuasa.
Namun, Biden tetap mencoba membujuk pemilih. Saat kampanye di Yonkers, New York, 6 November lalu, Biden mengatakan, jika Republikan menang, demokrasi akan melemah. Donald Trump menyuarakan akan bertarung pada pemilu 2024. Kemenangan Republikan membuka pintu.
Masalahnya popularitas Biden rendah karena inflasi di atas 8 persen dan pengetatan moneter AS melesukan ekonomi. Ini menjadi ancaman walau Biden tetap berkuasa hingga 2024.
Jika Republikan menang kali ini dan menang lagi pada pemilu presiden pada 2024, tak akan ada perubahan. Republikan di bawah Trump juga memicu inflasi yang terjadi sekarang. Stimulus ekonomi di era Trump menaikkan utang sebesar 7 triliun dollar AS. Program ”America First” dengan janji mendatangkan investasi ke AS tidak terwujud.
Biden sejak menjabat awal 2021 juga tidak mengubah status quo Trump. Biden menekan China lewat perang chips untuk memandirikan industri chips AS. Biden melarang chips AS memasuki pasar China. Kesempatan korporasi AS menikmati pasar China juga turun. Perang chips akan gagal.
”Kebijakannya seragam,” kata Stephen E Biegun, Wakil Menteri Luar Negeri AS di era Trump, seperti dikutip The New York Times, 24 Juli lalu. Trump lebih jago soal Rusia. Invasi Rusia ke Ukraina terjadi di era Biden, yang disebut Presiden Vladimir Putin sebagai operasi militer khusus, tetapi bertujuan menantang Biden.
Bagi warga AS dan kepentingan pamor AS di luar negeri, Biden dan Trump (Republikan) sama saja. Di dalam negeri, Demokrat dan Republikan hanya tergoda menaikkan utang dan bukan membuat ekonomi AS berdaya saing di dunia.
Presiden dari Demokrat dan Republikan sekarang ini tidak beranjak lebih jauh dan mudah terjebak menjadi presiden populis. ”Kita jauh dari demokrasi,” kata Steven Levitsky dari Universitas Harvard (The New York Times, 17/9/2022).
Demokrat dan Republik menjadi partai mirip entitas bisnis dan tidak berfungsi, kata Profesor Michael Porter lewat makalah berjudul ”Can America Compete” di Harvard Magazine edisi Juli-Agustus 2021.