Stasiun terminus Bogor adalah satu-satunya stasiun yang beratapkan langit. Saat hujan, penumpang, termasuk warga lansia dan ibu hamil, harus berlari-lari menuju peron.
Oleh
Soegio Sosrosoemarto
·5 menit baca
KOMPAS/PRADIPTA PANDU MUSTIKA
Kondisi tempat pejalan kaki di Stasiun Bogor yang dibatasi pagar stasiun dan jalan raya, Selasa (1/8). Sempitnya tempat untuk pejalan kaki di Stasiun Bogor dengan lebar 1,5 meter membuat beberapa pejalan kaki terlihat kurang nyaman karena harus berdesakan.
Dalam rangka optimalisasi aset, PT KAI menawarkan hak penamaan (naming rights) untuk 10 stasiun. Ini mencakup Stasiun Pasar Senen, Jatinegara, Tanah Abang, Tebet, Cikini, Sudirman, Juanda, Manggarai, Gondangdia, dan Palmerah. Sangat kreatif dan produktif.
Seperti nama beberapa stasiun MRT, nama stasiun sebelumnya akan ditambah dengan nama mitra yang mendapatkan hak penamaan.
Akan lebih bagus lagi jika sebelum menawarkan hak penamaan stasiun, PT KAI bersama-sama Ditjen Perkeretapian juga melakukan uji tuntas atas aspek keselamatan dan keamanan di semua stasiun persinggahan dan stasiun terminus KRL Commuter Line Jabotabek.
Salah satunya terkait dengan kepatuhan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api. Bahwa celah/gap peron dengan pintu kereta maksimum adalah 20 sentimeter, baik untuk celah/gap vertikal maupun celah horizontal.
Yang berikutnya stasiun terminus Bogor, satu-satunya stasiun yang beratapkan langit. Saat hujan, penumpang, termasuk warga lansia dan ibu hamil, harus berlari-lari menuju peron.
Sementara itu, menurut Permenhub No 63/2019, stasiun harus berkanopi.
Shalahuddin HCilendek Barat, Kota Bogor
Membangun dengan Baik
Saya mengapresiasi pembangunan fisik dan fasilitas umum yang gencar dilaksanakan, termasuk yang saya lihat di Semarang dan sekitarnya. Akan lebih baik lagi jika saat membangun dan memperbaiki fasilitas umum bisa diatur sehingga tidak mengganggu masyarakat.
Beberapa contoh bisa saya sampaikan. Misalnya, pemasangan pipa di Kalibanteng, Semarang, serta pemasangan talud dan perbaikan sisi di Jalan Tol Jatingaleh, Semarang, yang membuat arus lalu lintas tersendat.
Yang lebih parah lagi adalah pembangunan jembatan ke arah Demak. Ada satu jembatan yang dibongkar sehingga akhirnya menggunakan satu jembatan bergantian. Sangat melelahkan, membuang energi dan waktu yang tidak sedikit. Semarang ke Demak bisa dua jam, bahkan lebih.
Apakah kita memang masih dalam tahap membangun fasilitas, tetapi merepotkan? Bisakah kita naik level, yakni membangun tanpa merepotkan?
Saya tidak tahu kepada siapa pertanyaan ini ditujukan. Namun, sebagai rakyat biasa, saya merasakan dampaknya. Pengalaman saya tentu beda dengan pejabat yang saat lewat menggunakan pengawalan dan ada nguing-nguing di depan, yang dengan mudah menyibak kemacetan tanpa merasa kelelahan.
Sri HandokoTugurejo, Semarang
Keluhan Warga
Kota Medan membutuhkan banyak perbaikan karena tertinggal banyak gara-gara sepanjang 2005-2020—tiga periode berturut-turut—wali kota harus berhenti di tengah jalan karena korupsi.
Wali Kota Medan yang baru menjabat setahun saat ini berupaya mewujudkan berbagai perbaikan. Untuk pelayanan publik, masyarakat merasakan banyak kemajuan. Pengurusan surat dan administrasi pemerintahan jadi lebih cepat, mudah, dan tidak meminta biaya tambahan. Hal ini patut diapresiasi.
Pada bidang infrastruktur jalan juga banyak perbaikan. Salah satunya perbaikan drainase. Saat ini sedang ada perbaikan drainase di Jalan Sei Bengawan, tempat saya tinggal, setelah lebih dari 40 tahun tidak ada perbaikan. Saluran drainase itu sudah menyempit dan mendangkal.
Perbaikan dengan memasang beton pracetak U-ditch. Beton ini berat sehingga perlu alat berat (mobile crane) untuk memindahkannya.
Mengingat jalan yang dilalui alat berat ini jalan lingkungan permukiman, jalan yang dilalui tidak kuat dan jadi turun. Akibatnya, jembatan di atas selokan yang menghubungkan rumah tinggal saya dengan jalan retak dan pecah.
Kerusakan sudah disampaikan kepada petugas pemborong (Bapak Hutabarat). Perbaikan dilakukan dengan menyemen. Saya minta diganti karena sudah pecah. Namun, sampai tulisan ini dibuat, belum ada realisasi.
Penerangan jalan di lingkungan Sei Bengawan juga sudah lebih dari tiga tahun padam. Warga sudah menyampaikan keluhan ini kepada RT/RW yang lalu meneruskan ke Dinas Pertamanan Kota Medan. Namun, sampai saat ini belum ada perbaikan.
Pangeran Toba P HasibuanSei Bengawan, Medan
Yang Diberkati
Kompas (6/9/2022) memuat berita dari tiga kantor berita asing bahwa Paus Yohanes Paulus I ditetapkan sebagai beato oleh Paus Fransiskus di Vatikan, 4 September 2022. Beato berasal dari bahasa Latin beatus, artinya yang ’berbahagia’.
Yohanes Paulus 1 hanya 33 hari menjadi paus, salah satu paus dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah kepausan. Ia meninggal karena sakit jantung pada 29 September 1978 dalam usia 66 tahun.
Buku In God’s Name oleh David A Yallop menuturkan, meninggalnya Paus Yohanes Paulus 1 banyak menimbulkan pertanyaan. Karena itu, banyak pihak mendesak agar Yohanes Paulus 1 diotopsi.
Namun, Vatikan menolak otopsi dan tidak menanggapi pendapat tentang kemungkinan overdosis obat yang berdampak pada jantung Paus Yohanes Paulus I.
Nama aslinya Albino Luciani, lahir 17 Oktober 1912. Ia dikenang sebagai ”Il Papa del Sorriso” (Paus Tersenyum) dan ”Il Sorriso di Dio” (Senyum Allah). Albino Luciani, seperti yang ditulis dalam buku tersebut, mempunyai pemikiran yang ”reformis”. Sebagai paus, ia berencana mengganti beberapa pejabat teras Vatikan.
Salah satu ucapan Albino
Luciani sebagaimana ditulis dalam buku tersebut—yang kiranya patut dibaca oleh para pemegang kekuasaan—adalah seperti yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia di bawah ini, ”Saya datang tanpa 5 lira dan ingin pergi tanpa 5 lira.”
Saya bertanya pada diri: apakah tidak sebaiknya di sini digunakan kata (Il) papa, bukan paus sebagai sebutan untuk pemimpin tertinggi umat Katolik. Paus dari bahasa Belanda. Il papa bahasa Italia yang juga bahasa orang-orang di Vatikan.
Lagi pula ”paus” di Indonesia adalah sebutan untuk mamalia laut besar, yang dalam bahasa Jawa disebut iwak lodan.
Soegio SosrosoemartoJalan Kepodang I, Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang 15412