Kata ”pesimis” dan ”optimis” kerap salah dipakai dalam penggunaan bahasa. Kedua kata ini sering tertukar penggunaannya dengan ”pesimistis” dan ”optimistis”.
Oleh
Priskilia Sitompul
·4 menit baca
Kesalahkaprahan dalam menggunakan kata, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam karya tulis, masih sering terjadi. Kekurangcakapan memilih kata atau diksi dapat mengakibatkan salah kaprah dalam menyampaikan gagasan, ide, atau pesan.
Apakah yang dimaksud dengan salah kaprah? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah kaprah berarti ’kesalahan yang umum sekali sehingga orang tidak merasakan sebagai kesalahan’. Salah kaprah berawal dari kurangnya pemahaman penutur/penulis terhadap kata yang digunakannya.
Kesalahkaprahan muncul karena kesalahan itu terjadi secara berulang-ulang sehingga yang salah itu dianggap seolah-olah benar dan sudah terbiasa. Akibatnya, orang tidak menyadari bahwa hal itu salah.
Contoh salah kaprah tersebut dapat dijumpai pada berita-berita di media massa, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, salah kaprah itu pun dilakukan oleh pemimpin atau pejabat negara saat menyampaikan suatu pernyataan.
Beberapa kata yang sering digunakan secara salah kaprah adalah pesimis dan optimis. Dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari, kata optimis dan pesimis lebih populer dibandingkan dengan optimistis dan pesimistis.
Penutur atau penulis menggunakan kata-kata tersebut tanpa menyadari bahwa makna optimis berbeda dengan optimistis; makna pesimis berbeda dengan pesimistis.
Kita cermati contoh judul dan kalimat di bawah ini.
1. Dampak Setelah Kenaikan Harga BBM, Haruskah Menangis atau Optimis?
2. Menpora: Jangan Pesimis Piala Dunia U20 Tak Jadi Digelar di Indonesia
3. Sidang perdana dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat Paniai itu disikapi secara pesimis oleh keluarga korban dan sejumlah elemen masyarakat sipil.
4. Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara optimis mampu mewujudkan ibu kota berkelas dunia.
Menurut KBBI, pesimis bermakna ’orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya); orang yang mudah putus (tipis) harapan’.
Sebaliknya, pesimistis bermakna ’bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik atau mudah putus harapan; bersikap tidak mengandung harapan baik; (sikap) ragu akan kemampuan atau keberhasilan suatu usaha’.
Masih menurut KBBI, optimis bermakna ’orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal’. Adapun optimistis berarti ’bersifat optimis; penuh harapan (tentang sikap)’.
Berdasarkan makna tersebut, pilihan kata optimis dan pesimis pada contoh 1, 2, 3, dan 4 tidak tepat. Sebab, pada contoh-contoh di atas, kata optimis dan pesimis tidak merujuk kepada orang, tetapi kepada sikap, pandangan, atau sifat.
Apabila diperbaiki, judul dan kalimat 1, 2, 3, dan 4 menjadi sebagai berikut.
1. Dampak Setelah Kenaikan Harga BBM, Haruskah Menangis atau Optimistis?
2. Menpora: Jangan Pesimistis Piala Dunia U20 Tak Jadi Digelar di Indonesia
3. Sidang perdana dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat Paniai itu disikapi secara pesimistis oleh keluarga korban dan sejumlah elemen masyarakat sipil.
4. Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara optimistis mampu mewujudkan ibu kota berkelas dunia.
Dengan demikian, jika yang dimaksud adalah sifat, sikap, atau pandangan, gunakan kata optimistis atau pesimistis. Namun, jika yang dimaksud adalah orang yang bersikap pesimistis atau orang yang berpandangan optimistis, pilihlah kata pesimis atau optimis.
Kata pesimis dan optimis dapat digunakan dalam kalimat yang menunjukkan bahwa si pelaku memiliki sikap/sifat atau pandangan pesimistis atau optimistis.
Kata pesimis dan optimis dapat digunakan dalam kalimat yang menunjukkan bahwa si pelaku memiliki sikap/sifat atau pandangan pesimistis atau optimistis. Pada kalimat paman optimis, misalnya, paman memiliki sikap optimistis. Paman adalah orang yang optimistis.
Bangun kalimat ini setara dengan bangun kalimat paman pemarah, misalnya. Dalam kalimat ini pemarah, yang berarti ’orang yang memiliki sifat/sikap atau lekas (mudah) marah’, menjelaskan sifat paman yang lekas marah.
Contoh kalimat yang tepat dengan menggunakan pesimis dan optimis dalam bahasa Indonesia sangat sulit ditemukan. Penyebabnya, ya itu tadi, banyak pengguna bahasa telah salah menggunakan kedua kata itu.
Berikut beberapa contoh kalimat yang menggunakan pesimis dan optimis yang tepat dalam kalimat. Karena kedua kata itu merupakan serapan dari bahasa Inggris, contoh yang tepat memang kebanyakan dari kalimat bahasa Inggris.
1. Seorang optimis selalu melihat kesempatan dalam kesempitan (An optimist sees an opportunity in every calamity).
2. Sebagai pesimis sejati, dia selalu berprasangka buruk (She is a natural pessimist, she usually expect the worst).
3. Mengapa Kita Menemukan Pesimis Lebih Cerdas? (Why We Find Pessimists to be More Intelligent?)
Bandingkan dengan penggunaan pesimistis dan optimistis berikut.
1. Dia memiliki sikap sangat negatif dan pesimistis (He has an extremely negative and pessimistic attitude).
2. Dia optimistis terkait peluangnya memenangi medali emas (He is optimistic about her chances of winning a gold medal).
3. Apakah Pasar Terlalu Pesimistis? (Is The Market Too Pessimistic?)
Perhatikan pula bahwa kata pesimis dan optimis, juga pesimistis dan optimistis, dapat menempati fungsi predikat dalam kalimat. Yang membedakan ialah bahwa pesimis dan optimis merupakan kata benda, sedangkan pesimistis dan optimistis merupakan kata sifat.
Yang membedakan ialah bahwa pesimis dan optimis merupakan kata benda, sedangkan pesimistis dan optimistis merupakan kata sifat.
Upaya-upaya perbaikan agar terhindar dari salah kaprah harus terus dilakukan. Kecermatan memilih kata dan memahami maknanya sangat diperlukan dalam membuat kalimat.
Upaya itu salah satunya dilakukan melalui media massa, yang dalam pemberitaannya sebaiknya menggunakan dan memilih kata yang sesuai dengan KBBI dan konteksnya. Sebab, media massa menjadi salah satu rujukan masyarakat dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.