Hari Proklamasi Ke-77
Atmosfer kegembiraan terasa di tempat tinggal saya. Pengajian ibu-ibu diawali dengan menyanyikan lagu ”Indonesia Raya” dan ”Hari Merdeka 17 Agustus 1945” dengan semangat dan ada pawai warga berbaju daerah. Sabtu 20

Peserta mengenakan pakaian tradisional saat upacara bendera Peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI di lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB di Mataram, Rabu (17/8/2022). Peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI diharapkan menjadi momentum bagi Indonesia untuk bangkit pascapandemi Covid-19.
Kendati masih pandemi Covid-19, peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-77 Republik Indonesia, tahun 2022, terasa sangat semarak. Di Istana Merdeka Jakarta, suasananya amat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Ada bagian yang formal khidmat seperti biasanya, tetapi ada segmen yang santai, meriah, dan menggembirakan.
Media (termasuk Kompas, 18/8/2022) menggambarkan suasana ini juga terjadi di berbagai penjuru negeri. Beragam golongan dan lapisan masyarakat ikut serta memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Ke-77 dengan penuh gairah, semangat, dan sukacita.
Saya pun merasakan atmosfer ini di daerah tempat tinggal saya. Pengajian rutin oleh ibu-ibu diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” dan ”Hari Merdeka 17 Agustus 1945” dengan semangat.
Sabtu 20 Agustus, di depan rumah melintas pawai warga yang dikoordinasi pemerintah setempat. Saya terharu menyaksikan wanita, pria, tua, muda, anak-anak mengenakan aneka pakaian daerah, membawa Sang Merah Putih sambil menyanyikan lagu-lagu nasional.
Ini pertanda bahwa negeri yang dirintis, didirikan, ditegakkan, dan dikawal dengan perjuangan serta pengorbanan luar biasa tetap dicintai dan dibanggakan rakyatnya, sekalipun berbagai persoalan dan tantangan masih harus dihadapi. Sebuah modal utama kita untuk ”Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Insya Allah.
Eduard LukmanJl Warga, RT 014 RW 003, Pejaten Barat, Jakarta 12510
Diskriminasi Budaya
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F08%2F17%2Fc5610812-fe0a-49e1-8c74-3bbe0a8f989d_jpg.jpg)
Sejumlah pelajar mengenakan seragam hingga pakaian adat saat mengikuti Upacara Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Stadion Madya Bima, Cirebon, Rabu (17/8/2022).
Kompas (Rabu, 10/8/2022) menyuguhkan dua foto berita yang bertolak belakang.
Anggota Aliansi Mentawai Bersatu menggelar aksi damai di depan Kantor Gubernur Sumatera Barat, di Kota Padang, Selasa (9/8/2022).
Aliansi merasa Mentawai tidak diakui sebagai bagian dari Sumatera Barat karena UU Nomor 17/2022 tidak menyebut budaya Mentawai sebagai salah satu karakteristik masyarakat provinsi itu. Demikian berita foto Kompas di halaman 15.
Pada halaman 5 (Humaniora) ada foto Peringatan Hari Anak Nasional dengan judul ”Ribuan Anak Asmat Padati Lapangan Yos Sudarso”. Mempertunjukkan foto anak-anak suku Asmat menggunakan pakaian adat long march di depan Bupati Asmat dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Memperingati Hari Kemerdekaan Ke-77 Republik Indonesia, izinkan saya mengingatkan, terutama kepada para pemimpin daerah dengan otonomi daerahnya, untuk menyimak kembali pidato bapak bangsa kita, Soekarno.
”Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.”
”Musuh terberat itu adalah rakyat sendiri, rakyat yang mabuk akan budaya luar, yang kecanduan agama, yang rela membunuh bangsa sendiri demi menegakkan budaya asing. Jangan mau diperbudak oleh semua itu. Tetaplah bersatu padu membangun negeri ini tanpa pertumpahan darah.”
Merdeka!
Djoko Madurianto Sunarto Jl Pugeran Barat, Yogyakarta 55141
Dirgahayu TVRI

Profil TVRI Infografik
Pada 24 Agustus 2022, TVRI genap berusia 60 tahun. Perjalanan cukup panjang telah dilalui TVRI sebagai lembaga penyiaran publik.
Perubahan TVRI kini jauh lebih baik dengan kehadiran siaran televisi digital, yang menghadirkan keberagaman Indonesia dalam layar kaca. Empat saluran TVRI di siaran televisi digital, seperti TVRI Nasional, TVRI Stasiun Daerah, TVRI Sport, dan TVRI World, mengantarkan stasiun televisi pelat merah ini ke arah kemajuan signifikan.
Satu hal yang menjadi tanya besar saya, yaitu pada Station ID TVRI terbaru. Lazimnya, masyarakat mengeja TVRI dengan ”teve”. Namun, Station ID yang dirilis bertepatan dengan HUT Ke-60 TVRI itu, terdengar seperti ”tivi”. Ejaan tersebut sering digunakan pada stasiun televisi swasta.
Apakah ini bagian dari era baru TVRI, atau justru ini bagian dari kekeliruan dalam penyebutan nama yang selama ini dikenal masyarakat? Mau tidak mau masyarakat harus mengubah pengejaan TVRI dari ”teve” menjadi ”tivi”.
Semoga TVRI terus maju dan menjadi media pemersatu bangsa. Dirgahayu TVRI.
KaliandraJl Sidomukti, Bandung
Penguji IELTS
Pada 12 Agustus 2022 putri saya untuk pertama kalinya ikut ujian IELTS. Ia ujian di IELTS-IDP Pondok Indah Test Centre, Jalan Margaguna Raya, Jakarta, dengan membayar Rp 3,4 juta.
Sepulang ujian, dia mengeluhkan penguji speaking skill, Mr Handra. Ia datang terlambat 25 menit. Seharusnya mulai pukul 12.20, tetapi baru datang pukul 12.45 dengan berlari-lari.
Selama ujian, bukannya mendengarkan jawaban dan menilai kemampuan bicara bahasa Inggris putri saya, dia lebih sering menginterupsinya dengan kata why.
Contoh pertanyaan itu adalah, ”Do you like sitting on the floor?” Dijawab putri saya dengan, ”Yes, I like it because it is cold.” Namun, masih dia timpali dengan why.
Begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan tidak bermutu lainnya. Putri saya pun merasa tidak nyaman dan menjadi sedikit gugup, khawatir nilainya tidak bagus.
Tidak berlebihan jika putri saya menargetkan dapat minimal nilai 8 (skala 1-9) untuk speaking dan listening karena dia belajar di salah satu sekolah internasional terbaik di Jakarta selama 9 tahun. Dari kelas IV hingga kelas XII dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Seluruh tugas dan pengajaran berlangsung dalam bahasa Inggris.
Dia juga sudah lulus IGCSE saat kelas X dengan First Language English sebagai satu dari delapan mata ujian dan memegang ijazah IB Diploma saat kelas XII. Satu dari enam subyek yang diambilnya adalah English A (Language and Literature). Dengan bekal itu, dia diterima langsung di tiga universitas Eropa: University of Amsterdam, Utrecht University, dan Erasmus University tanpa diminta nilai IELTS atau TOEFL. Namun, dia memilih FEB UI jalur undangan.
Sebagai pengajar bahasa Inggris di LIA/PPIA Jakarta tahun 1987-1990, saya paham belajar bahasa Inggris sebagai bahasa pertama tidak sama dengan belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, seperti di Malaysia dan Filipina, apalagi sebagai bahasa asing seperti di sekolah negeri dan swasta di sini. Oleh karena itu, saya menyekolahkan dia di sekolah internasional.
Putri saya termotivasi dapat nilai IELTS lebih tinggi dari ayahnya yang hanya belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing di SMP dan SMA negeri. Saya pernah mengikuti tes IELTS ketika mendaftar untuk beasiswa S-2 di Australia, 1996. Saya dapat nilai 9 untuk speaking dan 7,625 (dibulatkan menjadi 7,5) untuk keseluruhan. Namun, kemampuan bicara, diksi, dan spontanitas bahasa Inggris putri saya jauh lebih baik dari saya karena pendidikannya. Sayang, pengujinya tidak mampu melihat dan menangkap itu.
Pada 19 Agustus 2022 putri saya mendapatkan hasil tes dengan nilai keseluruhan 7,5, yaitu 6,5 untuk speaking, 7 untuk writing, 7,5 untuk reading, dan 8,5 untuk listening. Dia menerima tiga nilai lain, tetapi tidak untuk speaking karena sikap pengujinya.
Kami menemui pemimpin kantor IELTS untuk memohon tes ulang dengan penguji lain untuk speaking, mereka mengenakan fee yang sama seperti ujian keseluruhan. Kami bermaksud meminta atasan penguji mendengarkan hasil rekaman wawancara ujian dan memberikan pandangannya, tetap ada biaya 50 persen dari biaya ikut ujian yang harus dibayarkan.
Agar ujian IELTS lebih obyektif dan tidak merugikan peserta ujian, mohon libatkan minimal dua penguji untuk speaking skill agar pengalaman putri saya tidak terulang.
Prof Budi FrensidyPesona Khayangan, Depok
IKN, Lanjutkan!

infografik Zonasi IKN Nusantara
”Pembangunan ibu kota negara harus dijaga keberlanjutannya,” ucap Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, 16 Agustus 2022.
”Keberlanjutan” berarti batu pertama telah diletakkan dan pembangunan akan terus berlangsung meski Presiden Joko Widodo tidak lagi menjabat presiden setelah 2024.
Bisakah pembangunan IKN dihentikan atau dibatalkan oleh penguasa baru? Ini bisa jadi pertanyaan teoretis saja, tetapi tentunya baik juga dipertanyakan kepada calon presiden saat debat visi dan misi calon presiden 2024
Dalam sejarah Indonesia modern, pemindahan ibu kota negara pernah terjadi, tetapi karena ”dipaksa” oleh peperangan. Dari Jakarta ke Yogyakarta, ke Bukittinggi, dan siap-siap ke Koetaradja (sekarang Banda Aceh).
Sebelum proklamasi kemerdekaan, di Pulau Jawa pernah terjadi perpindahan ”ibu kota” dari Demak ke Pajang, ke Kartasura dan kemudian ke Surakarta, yang dibangun di atas dusun Sala, tahun 1745.
Dusun ini pilihan Paku Buwono II dari tiga dusun yang dicalonkan, atas nasihat tiga ahli nujum. Surakarta kebalikan dari Kartasura; konon terinspirasi nama Jayakarta dengan ”karta” di belakang tidak di depan.
Menurut penujuman tersebut, Surakarta akan menjadi kota yang makmur dan perang-perang yang sering terjadi sebelumnya akan berhenti. Dua pohon beringin ikut dipindahkan ke Surakarta, masing-masing diberi nama Dewandaru dan Jayandaru.
Di luar negeri tidak sedikit terjadi perpindahan ibu kota. Misalnya dari Petersburg ke Moskwa (Rusia), dari Istanbul ke Ankara (Turki), dari Karachi ke Islamabad (Pakistan), dan dari Rio de Janeiro ke Brasilia (Brasil).
Rio de Janeiro terletak di pantai ramai dengan hiburan dan bisnis. Brasilia adalah kota buatan baru di pedalaman, 1.000 kilometer arah utara.
Di Republik Afrika Selatan, pusat pemerintahan administratif Pretoria, parlemen di Capetown, pengadilan (yudikatif) di Bluefounteine.
IKN terletak di Kalimatan Timur, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam. Kebetulan belaka, ada paku tajam bagi para penjahat ekonomi, penjahat keamanan, dan lain-lain.
Saya sendiri pernah berkhayal tentang nama IKN: Nusa Kambang (bukan Nusakambangan) yang berarti pulau yang terapung (tidak pernah tenggelam). Semoga Nusantara berarti pulau-pulau yang berdiri kokoh tidak tenggelam meski diempas gelombang.
Seperti moto kota Paris: Fluctuat Nec Mergitur: diempas ombak gelombang, tetapi tidak tenggelam.
Maju terus IKN!
Soegio SosrosoemartoKepodang I, Bintaro Jaya Sektor 2, Tangsel 15412