Partai besar sekalipun harus tetap realistis apakah memungkinkan untuk tetap mendorong seorang tokoh yang ternyata tidak dikehendaki rakyat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Mural presiden Republik Indonesia dari masa ke masa tergambar di kawasan Curug, Depok, Jawa Barat, Minggu (19/6/2022).
Seorang mantan ketua umum partai besar, minggu lalu, berkata, ”Hanya Tuhan yang tahu apakah seseorang dapat menjadi presiden atau tidak.”
Manusia boleh berencana, tetapi tetap Tuhan yang menentukan. Demikian kira-kira pendapat mantan ketua umum partai besar itu saat ditemui dalam peluncuran buku biografi Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI 2012-2014, terkait siapakah yang pada tahun 2024 dapat memenangi pemilihan presiden.
Meski pengalamannya begitu banyak sebagai seorang politikus senior, ia tidak mau asal tebak nama. Untuk memberi gambaran, beberapa hasil survei, di antaranya yang dilakukan secara independen oleh Litbang Kompas, kemudian mencoba memotret suara rakyat. Rakyat yang akan memilih dalam Pemilihan Presiden 2024.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas yang dilakukan pada 26 Mei-4 Juni 2022, tiga nama dengan elektabilitas tertinggi tidak berubah posisinya. Prabowo Subianto memimpin dengan elektabilitas 25,3 persen, Ganjar Pranowo di urutan kedua dengan elektabilitas 22 persen, sementara Anies Baswedan memiliki tingkat keterpilihan 12,6 persen.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar seusai pertemuan di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (18/6/2022).
Sejumlah nama muncul pada elektabilitas bakal capres papan tengah, walaupun hanya dua tokoh yang mengalami peningkatan elektabilitas, yakni Ridwan Kamil dan Erick Thohir.
Tentu saja, masih ada cukup waktu yang memungkinkan terjadinya perubahan. Seandainya ada tokoh yang mau mati-matian turun ke lapangan, mungkin saja elektabilitasnya dapat melesat. Meski seberapa pun kerja keras yang dilakukan, untuk beberapa tokoh yang tidak tergolong ”darah biru” partai, maka maju atau tidaknya mereka tetap bergantung pada adakah partai pengusungnya.
Hasil survei ini tentu tidak bermaksud menyederhanakan perhelatan pemilu yang sungguh tidak sederhana. Kita paham, masih terbuka kemungkinan ada bakal capres atau cawapres yang cukup populer kemudian akhirnya harus gigit jari karena tidak mendapat ”tiket”. Sesuai jadwal tahapan Pemilu 2024, kepastiannya dengan demikian baru akan diketahui pada Oktober-November 2023.
Walau demikian, ketika proporsi suara rakyat ini diketahui, partai atau siapa pun yang hendak berlaga pada Pilpres 2024 dapat lebih baik dalam mempersiapkan diri. Strategi baru juga dapat disiapkan demi menggapai kemenangan. Tidak hanya disiapkan oleh capres atau cawapres, tetapi juga oleh partai.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyeberang jalan saat menuju tempat rapat koordinasi (rakor) kepala dan wakil kepala daerah dari PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (16/6/2022).
Di sisi lain, mungkin sudah saatnya ada pihak-pihak yang mencoba untuk realistis. Partai besar sekalipun harus tetap realistis apakah memungkinkan untuk tetap mendorong seorang tokoh yang ternyata tidak dikehendaki rakyat. Ingat pula bahwa hari-H Pilpres 2024 pun semakin dekat sehingga strategi harus segera dieksekusi.
Dari pengalaman-pengalaman di masa silam, termasuk saat pemilu dan pilpres, jangan abaikan pula fakta bahwa ”suara rakyat adalah pula suara Tuhan”, vox populi, vox dei.