Sejumlah negara mulai mempertimbangkan vaksinasi bagi anak balita. Hal itu dilakukan karena ancaman varian Delta yang sangat menular dan memicu gejala berat serta untuk mencegah kluster baru jelang sekolah tatap muka.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
AFP/JOAQUIN HERNANDEZ
Dalam foto yang diambil pada 31 Maret 2021 ini, perawat Xiomara Rodriguez menunjukkan calon vaksin Soberana 2 Kuba untuk diberikan kepada sukarelawan selama uji coba di Havana.
Kuba akan mulai vaksinasi Covid-19 untuk anak usia dua tahun ke atas. Sebelumnya, negara itu memvaksinasi anak usia 13-17 tahun bersama vaksinasi orang dewasa. Itu sebagai upaya menyiapkan anak-anak kembali sekolah dan adanya lonjakan kasus pada anak akibat varian Delta.
Kuba merupakan negara pertama yang memberikan vaksin Covid-19 kepada anak usia dini. Negara lain, seperti Chile, mulai memvaksinasi anak-anak berusia enam tahun ke atas. Sedangkan China dan Uni Emirat Arab kini memvaksinasi anak-anak usia tiga tahun.
Sektor bioteknologi Kuba sangat maju lewat dukungan Fidel Castro. Negara itu memproduksi delapan dari 11 vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasionalnya. Ilmuwan Kuba menyatakan, vaksin Covid-19 buatan mereka aman dan efektif. Semua calon vaksin: Abdala, Soberana 1, Soberana 2, Soberana Plus, dan Mambisa, merupakan vaksin berbasis protein subunit, seperti vaksin Novavax. Pemerintah Kuba kini dalam proses meminta persetujuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk vaksinnya.
Pusat Pengendalian Obat dan Alat Kesehatan Kuba melaporkan, efikasi Abdala dengan tiga dosis adalah 92 persen. Sementara uji klinis pada orang dewasa dan uji terbatas pada anak-anak menunjukkan, efektivitas vaksin Soberana 2 dengan booster Soberana Plus mencapai 91 persen. Namun, data dari uji klinis itu belum dipublikasikan di jurnal internasional yang ditinjau oleh rekan sejawat.
AFP/EVARISTO SA
Seorang perempuan menerima vaksin Covid-19 dari CoronaVac di pos vaksinasi di Brasilia, Brasil, 13 September 2021.
Meski demikian, Argentina, Meksiko, Jamaika, dan Vietnam tertarik membeli vaksin dari Kuba. Bahkan, Iran mulai memproduksi Soberana 2 setelah menjalankan uji klinis fase III pada Januari lalu.
Data WHO, kasus Covid-19 pada anak-anak di bawah usia 18 tahun relatif kecil, yakni 8,5 persen dari kasus yang dilaporkan. Umumnya tanpa gejala atau gejala ringan karena reseptor ACE2 tempat SARS-CoV-2 menempel pada anak lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa. Hanya sedikit yang mengalami gejala berat atau meninggal.
Namun, pada sejumlah anak, respons imun memicu sindrom peradangan multisistem yang bisa berujung pada kematian. Kajian data retrospektif di sejumlah negara di Benua Eropa, Asia, dan Amerika, mencatat adanya anak-anak yang dirawat dengan gejala demam, peradangan di berbagai organ, gangguan saluran cerna, gangguan jantung, dan hampir setengahnya mengalami syok. Sebanyak 62,3 persen terbukti pernah atau sedang terinfeksi Covid-19. Kasus serupa dilaporkan di Bandung dan Jakarta. Karena itu, vaksinasi pada anak balita dan usia sekolah dasar—jika vaksin terbukti aman dan efektif—akan lebih baik untuk melindungi mereka.
Pada sejumlah anak, respons imun memicu sindrom peradangan multisistem yang bisa berujung pada kematian.
Di beberapa negara, termasuk Indonesia, dilakukan vaksinasi untuk anak mulai usia 12 tahun. Pelaksanaan pembelajaran tatap muka dalam waktu dekat dan orangtua mulai masuk kerja di kantor menyebabkan risiko paparan Covid-19 pada anak balita dan usia sekolah dasar makin tinggi.
Masalah di Indonesia, pasokan vaksin untuk dewasa dan orang lanjut usia hingga kini belum merata, terutama di luar Jawa. Selain itu, vaksin yang masuk di Indonesia belum ada yang diuji untuk anak balita. Karena itu, vaksinasi bagi mereka masih perlu waktu tunggu lebih lama. Satu-satunya cara untuk melindungi adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan bagi semua.