Hari ulang tahun Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2021 hendaknya menjadi momentum bagi bangsa ini untuk bangkit bersama, menguatkan kembali barisan, serta bahu-membahu melawan serangan Covid-19.
Oleh
Redaksi
·4 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Tabung oksigen sedang diisi ulang secara gratis di halaman Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, 6 Agustus 2021. Beberapa waktu sebelumnya, di Kota Semarang dan sekitarnya, terjadi peningkatan kebutuhan tabung oksigen akibat lonjakan jumlah kasus Covid-19.
Pandemi Covid-19 adalah yang terburuk dalam 100 tahun terakhir. Mata rantai ekonomi pun lumpuh. Akan tetapi, kita tak boleh menyerah.
Krisis kesehatan yang ditimbulkan pandemi Covid-19 memang menusuk-nusuk hati kita. Lebih dari 206 juta penduduk bumi jatuh sakit, meregang nyawa, bahkan 4,3 juta di antaranya direnggut jiwanya, termasuk di negeri ini.
Pikiran terasa penat, perut terasa mual seperti diaduk-aduk karena setiap saat kita bisa mendapat kabar banyaknya korban yang berjatuhan, mulai dari keluarga dekat, tetangga, kerabat, hingga rekan di kantor atau teman sepergaulan.
Persoalan ekonomi berkepanjangan yang ditimbulkan pun tidak kalah meletihkan. Bahkan, hal ini telah memorakporandakan keyakinan para ekonom terhadap masa depan perekonomian. Terjadinya pemulihan yang relatif cepat (V-shape) atau terjadi resesi berulang dan kemudian pulih (W-shape) mulai banyak yang meragukannya.
Kompas/Priyombodo
Warga membawa beras bantuan bagi warga RW 08, Kelurahan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, 31 Juli 2021. Bantuan Sosial Non Tunai dalam bentuk beras 10 kilogram dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini diberikan untuk membantu kelompok masyarat yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi yang sudah menjangkiti selama 1,5 tahun lebih ini kian memunculkan keyakinan terjadinya pola U-shape. Penurunan tajam akan diikuti perlambatan yang cukup panjang, setelah itu baru bangkit kembali. Kemungkinan lain, ekonomi akan naik kembali, tetapi tidak akan pernah kembali ke posisi semula. Ada pula pandangan pesimistis, yakni penurunan ekonomi yang tajam ini tidak akan pernah diikuti pemulihan kembali (L-shape).
Dalam keseharian, sedih rasanya karena makin banyak orang di sekitar kita yang kesulitan mendapatkan uang untuk sekadar membuat dapurnya mengepul. Ada yang tiba-tiba kehilangan pekerjaan karena kontraknya tidak diperpanjang atau dirumahkan. Mereka yang bergerak di sektor informal lebih sulit lagi mendapatkan penghasilan harian. Begitu ada penderma yang membantu, air mata mengucur, melepas tekanan penderitaan yang mengimpitnya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Tukang becak memasang miniatur bendera merah putih di Jalan Medika, kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/8/2021). Tukang becak dan pekerja informal sangat terpukul akibat pembatasan mobilitas yang diterapkan guna menekan penularan Covid-19.
Merespons situasi yang sulit dan berkepanjangan ini, tidak sedikit pula yang sudah mengibarkan bendera putih, tanda menyerah. Ada juga yang melampiaskan kemarahan di dunia maya ataupun nyata dengan menuding siapa saja yang bersalah. Pemerintah menjadi sasaran terempuk.
Tak mudah
Mencermati perkembangan Covid-19 di 25 besar negara berpenduduk terbanyak di dunia, mulai dari China yang berpenduduk 1,38 miliar orang hingga Myanmar yang berpenduduk 54,4 juta orang, terjelaskan bahwa penanganan pandemi Covid-19 sangatlah tidak mudah.
Selain China, banyak negara yang tergolong maju tidak kuasa mengatasinya. Data harian kasus Covid-19 terkonfirmasi per 1 juta penduduk terlihat sangat fluktuatif. Saat ini, angka teratas ditempati Iran (444,85) kemudian disusul Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Thailand, dan Turki. Posisi Indonesia berada di urutan ke-13. Sebelumnya, sejumlah negara maju juga pernah menempati posisi teratas. Sebut saja Italia, AS, Korea Selatan, Rusia, Brasil, Perancis, Inggris, dan Turki.
JOHN HOPKINS UNIVERSITY
Jumlah kasus baru Covid-19 harian di sejumlah negara.
Persoalan terberat yang kini dihadapi Indonesia adalah tingginya rasio angka kematian. Per 13 Agustus 2021, Indonesia berada di posisi kedua di antara 25 negara berpenduduk terbanyak dunia, yaitu 5,79 per 1 juta penduduk. Posisi teratas ditempati Iran, yaitu 6,22 per 1 juta penduduk. Posisi ketiga, keempat, dan kelima adalah Afrika Selatan, Rusia, dan Myanmar.
Terkait persentase warga yang telah divaksin minimal satu kali, Indonesia ada di posisi ke-14 terbanyak, yaitu mencapai 19,24 persen. Peringkat teratas ditempati Inggris yang mencapai 69,55 persen. Setelah itu diikuti Perancis, Italia, Jerman, dan AS yang memproduksi vaksin.
JOHN HOPKINS UNIVERSITY
Jumlah kematian harian akibat Covid-19 di sejumlah negara.
Pekerjaan rumah terbesar bagi Indonesia adalah peningkatan jumlah pengetesan dan pelacakan. Indonesia sangat jauh tertinggal di belakang. Beberapa minggu terakhir ini, di bawah komando Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, upaya testing (tes) dan tracing (pelacakan) digenjot dengan melibatkan TNI/Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), organisasi kemasyarakatan, dan kampus. Namun, dalam tataran pelaksanaan, lagi-lagi tidak mudah. Ada kendala sumber daya manusia, sumber dana, teknologi, dan kondisi geografis.
Pantang menyerah
Kompleksnya persoalan bukan berarti membuat kita menjadi lelah kemudian menyerah. Hari ulang tahun Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2021 hendaknya justru menjadi momentum bagi bangsa ini untuk bangkit bersama, menguatkan kembali barisan, serta bahu-membahu melawan serangan virus SARS-CoV-2 yang lebih dari 1,5 tahun membombardir negeri ini.
Sejarah panjang negeri ini, mulai dari masa penjajahan, prakemerdekaan, hingga pascakemerdekaan, jelas menunjukkan bahwa bangsa ini bukan bangsa lembek yang mudah menyerah. Pada abad lampau, bangsa ini bahkan merupakan bangsa yang pernah gilang-gemilang. Demikian tulis Mohammad Hatta dalam salah satu pidatonya.
Semangat pantang menyerah itu juga telah ditunjukkan banyak pihak, mulai dari jajaran pemerintahan pusat hingga daerah, dunia usaha, hingga berbagai lapisan masyarakat. Terlebih para dokter dan tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan dalam mengatasi pandemi di hilir.
Demikian pula dengan aparat keamanan dan ketertiban yang mendisiplinkan warga untuk taat protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas. Meskipun pekerjaan itu melelahkan dan berisiko tinggi bagi kesehatan mereka, semua melakukannya dengan penuh totalitas.
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Polisi memberi penjelasan kepada seorang sopir mengenai kebijakan penyekatan, di pintu keluar tol Pejagan-Pemalang, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 16 Juli 2021. Penyekatan atau pembatasan mobilitas bertujuan menekan penularan Covid-19.
Hatta dalam pidatonya pada Juni 1945 pun mengatakan, ”Syarat pertama untuk menjadi suatu bangsa yang merdeka ialah keinsafan bahwa kita adalah satu bangsa yang bersatu padu, yaitu bangsa Indonesia, yang bertanah air Indonesia. Lenyapkanlah dalam hati perasaan termasuk ke dalam satu golongan kecil yang mempunyai kepentingan sendiri. Kepentingan semuanya harus didahulukan daripada kepentingan sebagian-sebagian.”
Semangat Merah Putih-lah yang menyatukan kita semua. Merah melambangkan ”keberanian”, putih simbol ”kesucian”. Sejak zaman Majapahit, perang melawan penjajahan, hingga perjuangan kemerdekaan, panji dan bendera Merah Putih selalu dikibarkan. Tak terkecuali dalam melawan pandemi.