Saya ingin mengucapkan terima kasih dan selamat kepada para dokter serta tenaga kesehatan atas pelayanan yang ramah, cepat, teratur, dan penuh disiplin sesuai dengan protokol kesehatan.
Oleh
Dra Subaktina Partiwi
·4 menit baca
Membaca harian Kompas tanggal 3 dan 4 Maret 2021 tentang vaksinasi warga lansia, saya ingin berbagi pengalaman. Saya adalah warga lansia berusia 76 tahun dan telah mendapat layanan vaksinasi Covid-19.
Pada Selasa, 2 Maret 2021, saya datang ke Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Kementerian Kesehatan di Jalan Hang Jebat, Jakarta Selatan. Pada pukul 08.00 sudah terjadi antrean panjang. Petugas di jalan yang berpakaian dinas menyampaikan bahwa pada hari itu vaksinasi khusus dijadwalkan untuk warga lansia dari Kecamatan Kebayoran Baru dan Cilandak.
Maka, dari BBPK Kemenkes, saya pun melanjutkan perjalanan ke Puskesmas Pancoran di Jalan Potlot, Warung Buncit, Jakarta Selatan. Ternyata, saat sampai di sana, saya diberi tahu pada hari itu vaksinasi hanya untuk undangan dari kelurahan. Meski demikian, saya tetap mendaftarkan identitas saya untuk vaksinasi Covid-19 warga lansia di puskesmas tersebut.
Atas inisiatif saya pribadi, pada 3 Maret 2021, hari Rabu, saya berusaha sepagi mungkin berangkat menuju Puskesmas Pancoran. Saya tiba di puskesmas pukul 07.00, kemudian diarahkan ke ruangan SMAN 55. Sekolah ini berlokasi di seberang Puskesmas Pancoran dan memang sudah disiapkan untuk vaksinasi.
Bangku-bangku sekolah sudah diatur sesuai dengan protokol kesehatan. Kira-kira pada pukul 08.30, ibu dokter dibantu dua tenaga kesehatan—semua dengan pakaian hazmat lengkap—menjelaskan dengan rinci mengenai vaksinasi Covid-19 ini.
Kemudian, saya mendapatkan ”kalung” yang bertuliskan nomor urut 09 dan selanjutnya saya dipanggil sesuai nomor urut. Sebelum vaksinasi, saya menjalani screening untuk diukur tekanan darah, nadi, gula darah sewaktu, dan suhu badan. Seusai pengukuran, saya diwawancarai untuk mengetahui apakah ada komorbid atau alergi terhadap beberapa jenis obat-obatan tertentu. Hasil wawancara di-input ke komputer beserta identitas diri saya.
Setelah prosedur itu selesai, berat badan saya ditimbang dan kemudian saya divaksinasi. Seusai vaksinasi, saya diminta menunggu 30 menit untuk mengetahui apakah ada alergi atau efek samping yang muncul.
Setelah menunggu 30 menit, saya mendapat kartu yang menyatakan bahwa saya telah divaksinasi dan kartu identitas diri (KTP) saya dikembalikan.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan terima kasih serta selamat kepada para dokter dan tenaga kesehatan atas pelayanan yang ramah, cepat, teratur, dan penuh disiplin sesuai dengan protokol kesehatan. Semoga para dokter dan tenaga kesehatan dilindungi Tuhan sehingga dapat terus memberikan pelayanan terbaik, terutama dalam hal melanjutkan vaksinasi untuk warga lansia.
Dra Subaktina Partiwi
Bintaro Sektor 6, Tangerang Selatan
Oh, Sukabumi
Mohon kepada pihak-pihak terkait agar membuka lagi akses ke Jalan Ahmad Yani Sukabumi menuju kantor pos dan sekitarnya, dari Jalan Perintis Kemerdekaan, Sukabumi.
Semenjak akses ditutup, kami pengguna kendaraan yang hendak ke daerah tersebut ”dipaksa” melewati Jalan RE Martadinata yang sering padat di depan Toserba Yogya.
Kemudian melewati perempatan Jalan Zaenal Zakse dan Jalan Stasiun Timur yang sering dipakai angkot ngetem, bahkan berbalik arah.
Setelah itu masih ada area Supermall yang padat dan banyak motor melawan arus.
Mohon pertimbangan pihak terkait. Terima kasih.
A Kuntadi
Sukabumi
Klaim Asuransi
Istri saya, Amelinda Frederica, nasabah asuransi Allianz nomor polis 000059116204. Pertengahan Oktober 2020, mata kirinya bermasalah.
Pada 26 Oktober 2020, dia periksa ke RS JEC Kedoya, Jakarta Barat. Oleh dr Referano, istri saya didiagnosis retinopati diabetik.
Dokter mengatakan, mata kiri harus segera dioperasi dan mata kanan harus dilaser. Istri saya pun dirawat di RS JEC dengan fasilitas Allianz.
Pada 14 November 2020, agen Allianz menginformasikan bahwa penyakit retinopatik diabetik termasuk salah satu penyakit kritis (CI) yang bisa diklaim polis istri saya.
Saya segera melengkapi berkas-berkas dan mengirimkannya. Pada 2 Februari 2021, saya mendapat informasi bahwa klaim ditolak dengan alasan ada keterangan dokter bahwa diagnosisnya bukan retinopati diabetik, melainkan vitreous hemorragic. Padahal, dalam lampiran kondisi diabetik retinopati dicantumkan.
Saya mengajukan banding dan pada 18 Februari 2021 saya mendapat jawaban untuk melengkapi berkas. Sambil melengkapi, saya komplain ke call center. Pada 22 Februari dengan Ibu Novi dan 26 Februari dengan Bapak Fadli.
Pada 2 Maret 2021, saya ke kantor Allianz, WTC 6, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Saya bertemu Ibu Lisa, dia mengatakan masih kurang beberapa formulir.
Setiap kali saya komplain selalu ada formulir baru yang harus saya urus. Sampai dengan 4 Maret 2021, sudah lebih dari tiga bulan sejak pertama kali saya mengajukan klaim, belum ada kejelasan.
Saya merasa diulur-ulur, dipersulit, dan dirugikan.