Mengungkap Pola Perilaku Pemudik dari Status Ekonomi
Perilaku bepergian warga selama momen mudik Lebaran 2022 ditentukan oleh kemampuan keuangan. Biaya yang dianggarkan menentukan pilihan moda transportasi dan jumlah hari yang dihabiskan untuk mudik.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F05%2F432fa28f-1679-49b3-ae3a-5f74febf4167_jpg.jpg)
Seorang anak bereaksi saat mengantre bersama ribuan pemudik sepeda motor lainnya di pelabuhan Merak, Cilegon, Banten (30/4/2022) pagi.
Perilaku bepergian warga selama momen mudik Lebaran 2022 ditentukan oleh kemampuan dalam membelanjakan anggaran perjalanan. Biaya yang dianggarkan menentukan pilihan moda transportasi dan jumlah hari yang dihabiskan untuk mudik.
Pola perilaku publik saat bepergian selama mudik Lebaran 2022 ini dapat diamati dari pengeluaran biaya mudik. Hasil jajak pendapat Kompas 10-13 Mei 2022 lalu menangkap lebih dari separuh responden (59,6 persen) mengeluarkan biaya hingga Rp 3 juta selama mudik Lebaran. Bahkan ada 11,9 persen responden yang hanya membelanjakan uang kurang dari Rp 1 juta.
Anggaran minim tidak menjadi kendala untuk melakukan mudik. Bagi sebagian masyarakat, mudik sudah menjadi bagian dari tradisi merayakan hari raya Idul Fitri. Kemeriahan Lebaran bersama keluarga merupakan hal yang dinantikan. Apalagi sudah dua tahun pemerintah membatasi kegiatan mudik akibat pandemi Covid-19.
Di luar mayoritas responden tersebut, terdapat 3 dari 10 responden lainnya yang mampu mengeluarkan uang senilai Rp 3 juta hingga Rp 7 juta untuk perjalanan balik kampung. Selain itu masih ada 10,9 persen responden yang menghabiskan lebih dari Rp 7 juta dalam anggaran mudiknya. Ragam kemampuan anggaran mudik ini memengaruhi setidaknya dua aspek dalam pola perjalanan pemudik yaitu sisi durasi mudik dan pilihan moda transportasi.
Aspek yang pertama yaitu durasi mudik. Kelompok responden yang mudik dan membelanjakan biaya perjalanan hingga Rp 3 juta mayoritas menghabiskan 3 hingga 5 hari untuk pulang kampung. Sementara itu, responden yang beranggaran mudik lebih dari Rp 3 juta bepergian dengan durasi lebih lama, yaitu antara lima hingga tujuh hari, bahkan ada yang lebih dari tujuh hari.

Dari temuan data tersebut dapat dimaknai bahwa semakin besar anggaran mudik, maka kesempatan untuk bepergian lebih panjang waktunya. Selain durasi mudik, nilai anggaran juga memengaruhi jenis transportasi yang dapat dijangkau dengan biaya yang sudah disiapkan.
Secara berurutan, moda transportasi yang paling banyak dipilih oleh para responden untuk mudik tahun ini di antaranya adalah mobil pribadi (30,8 persen), sepeda motor (26,3 persen), bus atau travel (22,6 persen), pesawat terbang (13,5 persen) serta kereta api (6,8 persen). Lebih terperinci, pemilihan kendaraan sesuai kemampuan ekonomi masyarakat dapat dibedakan ke dalam empat kategori, yaitu berdasarkan kelas sosial ekonomi atas, menengah atas, menengah bawah, serta kelas bawah.
Hasil jajak pendapat mengungkap bahwa masyarakat dengan kemampuan ekonomi kelas atas mayoritas memilih mobil pribadi sebagai transportasi saat mudik (60 persen). Pada kelompok ekonomi menengah atas paling banyak (40,9 persen) memilih moda transportasi pesawat terbang, disusul oleh mobil pribadi (31,8 persen).
Dari kalangan sosial menengah bawah, sebanyak 37,9 responden memilih mobil pribadi sebagai kendaraan mudik. Masih dari kelas sosial yang sama, sepeda motor (22,7 persen) menjadi pilihan kedua terbanyak sebagai kendaraan andalan perjalanan mudik. Terakhir, responden dari kalangan bawah mayoritas memilih sepeda motor (36,7 persen), selain itu kendaraan umum yang jadi pilihan utama yaitu bus serta travel.

Mobil dan kereta api
Tidak dapat dipungkiri bahwa kendaraan pribadi masih menjadi andalan enam dari 10 responden ketika melakukan perjalanan mudik Lebaran. Keunggulan kendaraan pribadi ada pada keleluasaan pengendara yang dapat menentukan waktu perjalanan, rute, hingga tujuan sesuai keinginan. Kini mudik dengan menggunakan mobil pribadi bukanlah hal yang istimewa, sebab dari hasil jajak pendapat terungkap bahwa moda transportasi tersebut menjadi pilihan berbagai kalangan baik masyarakat kelas atas hingga menengah bawah.
Merujuk dari hasil survei Kementerian Perhubungan sebelum periode arus mudik, mobil pribadi merupakan kendaraan pilihan sekitar 21 juta pemudik. Di samping itu ada juga sekitar 6 juta pemudik yang mengendarai mobil sewaan saat pulang kampung. Persewaan mobil membukakan akses pada kelompok masyarakat yang tidak memiliki mobil sehingga dapat mudik dengan mobil bersama keluarga.
Ditinjau dari biaya mudik yang dibelanjakan, pemudik dengan kendaraan mobil pribadi berada di dua rentang biaya. Kelompok pertama yang menghabiskan uang sejumlah Rp 1 juta hingga Rp 3 juta dapat diasosiasikan sebagai pemudik bermobil dari kalangan menengah bawah. Terdapat 50 persen responden pemudik bermobil pribadi yang membelanjakan uang dalam rentang nilai tersebut.
Selain itu juga terdapat 40 persen responden pemudik bermobil pribadi dengan rentang pengeluaran Rp 3 juta hingga Rp 7 juta. Kelompok responden ini bisa disebut sebagai pemudik dengan kelas sosial ekonomi menengah atas. Data tersebut mengukuhkan temuan bahwa mudik dengan mobil merupakan pilihan hampir semua kalangan masyarakat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F08%2F27252c86-dd53-43ad-bd99-49d61d743744_jpg.jpg)
Penumpang kereta api tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Minggu (8/5/2022). Kedatangan penumpang dai daerah lain tujuan Daop 1 Jakarta mulai terdapat peningkatan. Sekitar 40.900 penumpang tiba di sejumlah stasiun Daop 1 Jakarta pada hari Minggu (8/5/2022). Dari jumlah tersebut 14.900 penumpang tiba di Stasiun Gambir, 15.200 penumpang di Stasiun Pasar Senen, 4.200 penumpang di Stasiun Bekasi, 3.800 penumpang di Stasiun Jatinegara dan 2.800 penumpang lainnya di Stasiun Cikampek, dan Jakarta Kota. KOMPAS/AGUS SUSANTO (AGS) 8-5-2022
Profil nilai belanja perjalanan mudik pada penumpang kereta api serupa dengan mobil pribadi. Terdapat 4 dari 10 responden yang menghabiskan biaya pada rentang Rp 1 hingga Rp 3 juta. Selain itu terdapat 45,4 persen responden penumpang kereta api yang membelanjakan uang senilai Rp 3 juta hingga Rp 7 juta untuk perjalanan mudik.
Saat ini kereta api menjadi salah satu alternatif kendaraan Lebaran yang dapat diandalkan. Pelayanan yang diberikan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) kepada para penumpang dapat dikatakan sangat nyaman. Tersedianya gerbong kereta dari kelas ekonomi, ekonomi premium hingga eksekutif memberikan pilihan harga tiket yang dapat dijangkau oleh masyarakat dengan rentang kemampuan ekonomi yang beragam. Tiket kereta bisa didapatkan mulai dari harga Rp 100.000-an hingga Rp 1 juta. Dapat dikatakan bahwa kereta api bisa diandalkan oleh hampir semua lapisan masyarakat.
Sepeda motor dan bus
Moda transportasi favorit yang kedua yaitu sepeda motor. Dari hasil jajak pendapat ditemukan bahwa 4 dari 10 responden yang mudik dengan bersepeda motor membelanjakan uang senilai Rp 1 hingga Rp 3 juta untuk biaya pulang kampung. Selain itu ada juga 30 persen responden dengan berkendaraan sepeda motor yang pengeluarannya kurang dari Rp 1 juta. Dapat dikatakan bahwa sepeda motor menjadi pilihan utama pemudik dari kalangan sosial ekonomi menengah bawah dan bawah.
Beranjak pada moda transportasi berikutnya yaitu bus serta travel. Corak biaya mudik pada moda kendaraan ini serupa dengan pemudik pesepeda motor. Nilai pengeluaran berkisar antara kurang dari Rp 1 juta hingga Rp 3 juta rupiah. Layanan bus dan travel masih menjadi andalan kelompok masyarakat ekonomi bawah. Pilihan rute yang sangat beragam serta harga tiket yang relatif lebih terjangkau menjadi alasan popularitas moda transportasi ini tetap diperhitungkan.
Layanan rute bus mengisi kekosongan rute transportasi umum kereta api misalnya. Sebagai ilustrasi, bagi pemudik yang berasal dari DKI Jakarta dan hendak menuju wilayah Jawa Timur bagian selatan seperti Kabupaten Pacitan tidak dapat terlayani kereta api. Pilihan kendaraan umum yang dapat mengantarkan sampai ke tujuan hanya bus atau travel.

Dilihat dari polanya, ada kedekatan pengguna antara moda transportasi pribadi dengan kendaraan umum. Kelompok responden pengguna mobil pribadi memiliki kedekatan pola konsumsi dengan penumpang kereta api. Kelompok ini dapat dinyatakan sebagai pemudik dengan kemampuan ekonomi yang relatif lebih kuat dibandingkan kelompok pemudik kedua.
Kelompok pemudik yang kedua yaitu pengguna sepeda motor dan penumpang bus atau travel. Kelompok masyarakat ini bisa diasosiasikan dengan pemudik berkemampuan ekonomi bawah. Berpijak dari fenomena tersebut, pemerintah perlu terus memberikan perhatian kepada pemudik dengan moda transportasi sepeda motor.
Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN tahun ini menyediakan mudik gratis, termasuk bagi pemudik bermotor. Harapannya, semua lapisan masyarakat dapat mudik dengan lebih nyaman dan lebih aman di kesempatan Lebaran 2023 mendatang.
Baca juga: Catatan di Balik Apresiasi Penyelenggaraan Mudik 2022
Momen Lebaran tahun ini dirayakan secara istimewa, sebab sudah dua tahun mudik ditiadakan atau dilarang oleh pemerintah Indonesia dalam rangka penanganan pandemi Covid-19. Mudik Lebaran adalah hajatan setiap lapis masyarakat tanpa mengenal status sosial dan status ekonomi. Mulai dari kalangan ekonomi kuat hingga lemah, semuanya mengupayakan perjalanan balik ke kampung halaman untuk bersilaturahmi.
Setiap kelas sosial ekonomi tentu memiliki modal perjalanan dan kemampuan yang berbeda-beda. Minimnya anggaran berpengaruh pada pilihan moda transportasi umum yang lebih banyak digunakan pemudik. Di luar gencarnya pembangunan infrastruktur jalan, ketersediaan layanan transportasi umum yang nyaman dan terjangkau juga menjadi harapan publik untuk melakukan perjalanan mudik Lebaran di masa mendatang. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Libur Lebaran Dorong Kebangkitan Industri Perhotelan