Emas PON Pembuktian Talenta Sepak Bola Jatim
Emas PON 2024 bukan hanya mengakhiri paceklik emas sejak PON 2008. Itu pun pembuktian hasil pembinaan sepak bola Jatim.
Tim sepak bola Jawa Timur keluar sebagai peraih emas PON Aceh-Sumut 2024 usai menang 1-0 atas Jawa Barat dalam laga final di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Rabu (18/9/2024). Bukan hanya mengakhiri paceklik emas sejak PON Kaltim 2008, raihan emas itu sekaligus pembuktian talenta muda Jatim yang konsisten melahirkan pesepak bola di Tanah Air.
”Sesungguhnya, persiapan kami tidak mudah untuk menuju PON 2024. Kami hanya memiliki waktu dua bulan untuk mempersiapkan tim dan sempat kehilangan enam pemain karena memilih mundur guna bergabung dengan klub Liga 2 dan Liga 1. Akhirnya, kami harus mencari pemain pengganti dan berusaha membentuk lagi kekompakan antara pemain lama dan baru,” ujar Pelatih Jatim Fakhri Husaini usai laga tersebut.
Dalam laga itu, Jatim sempat dikagetkan dengan permainan Jabar yang terus menekan dengan determinasi tinggi. Bahkan, sepanjang babak pertama, Jatim nyaris tidak mampu mengembangkan permainan dan menciptakan peluang emas. Beruntung, meski lebih agresif, lini depan Jabar tidak cukup tajam untuk menyelesaikan peluang yang ada.
Baca juga: Atlet Muda Paling Dirugikan dari Indikasi Kecurangan PON
Memasuki babak kedua, Jatim coba meningkatkan intensitas serangan. Namun, Jabar menunjukkan perlawanan alot sehingga permainan cenderung ketat hingga pertengahan babak kedua. Arah permainan mulai berubah tatkala gelandang Jabar, Abdan Hanif Musthafa, menerima kartu kuning kedua pada menit ke-64 usai melakukan tekel keras terhadap gelandang Jatim, M Alwi Furqon.
Sejak Jabar bermain dengan 10 pemain itulah, Jatim bisa mengembangkan permainannya. Akhirnya, setelah serangan demi serangan, Jatim mendapatkan hadiah penalti menit ke-71. Hadiah tendangan dari titik 12 pas itu berawal dari lolosnya penyerang sayap kanan mereka, Achmad Dwi Firmansyah, ke dalam kotak penalti. Saat akan berhadapan satu lawan satu, Dwi dijatuhkan oleh kiper Jabar, Sujarmin.
Hadiah penalti itu diambil oleh gelandang Jatim, Rano Jutati Karenano, menit ke-74 dan berhasil dieksekusi dengan sempurna. Keunggulan 1-0 membawa Jatim berada di atas angin. Lagi pula, Jabar mulai kehilangan pola permainan kolektif mereka yang rapi nan displin. Sejak tertinggal, Jabar lebih banyak melepaskan umpan-umpan lambung ke arah pertahanan Jatim tetapi terlalu mudah untuk diredam.
Meski Jatim akhirnya ikut kehilangan seorang pemain, yakni ketika penyerang sayap kiri mereka, Wigi Pratama diusir keluar karena kartu kuning kedua pada menit ke-90+4, Jabar tetap tidak bisa berbuat banyak untuk menyamakan kedudukan. Sewaktu wasit meniupkan peluit panjang tanda laga berakhir, para pemain, pelatih, dan ofisial Jatim pun berhamburan merayakan kemenangan mereka.
Fakhri mengatakan, mereka bersukacita atas kemenangan itu karena sukses mengakhiri paceklik emas Jatim di sepak bola PON sejak terakhir kali membawa pulang emas pada PON Kaltim 2008. Terlepas dari itu, emas PON 2024 membuktikan bahwa semangat Jatim untuk melakukan pembinaan sepak bola tidak pernah padam.
”Jujur, tidak begitu sulit untuk saya menangani tim ini. Sebab, Jatim memiliki sangat banyak pemain muda bertalenta. Dengan begitu, saya tinggal konsentrasi untuk menyatukan mereka dalam sebuah tim, menjadikan mereka sebagai tim yang kompak,” tegas Fakhri, pelatih kelahiran Kota Lhokseumawe, Aceh.
Jujur, tidak begitu sulit untuk saya menangani tim ini. Sebab, Jatim memiliki sangat banyak pemain muda bertalenta. Dengan begitu, saya tinggal konsentrasi untuk menyatukan mereka dalam sebuah tim, menjadikan mereka sebagai tim yang kompak.
Gudangnya pemain potensial
Bagi Fakhri, Jatim adalah gudangnya pemain muda potensial di Indonesia. Sejarah pun mencatatnya. Berdasarkan data Kompas, pemain dari Jatim konsisten menjadi bintang sepak bola Indonesia dan tak sedikit menjadi andalan timnas. Siapa yang tidak kenal Hendro Kartiko, dia adalah kiper asal Jatim yang pernah menjadi bintang di bawah mistar gawang persepakbolaan nasional sepanjang 1990-an hingga awal 2000-an.
Kemudian, ada nama Aji Santoso, bek kiri asal Jatim yang dipercaya menjadi kapten timnas di era 1990-2000. Selain itu, ada bek Charis Yulianto yang menjadi kapten timnas medio 2008-2010, bek Hansamu Yama yang menjadi kapten timnas pada 2018, hingga gelandang Evan Dimas yang menjadi bintang lini tengah sekaligus kapten timnas 2021-2022.
Selebihnya, ada penyerang Risdianto dan Budi Sudarsono yang masuk daftar 10 pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah timnas. Hingga kini, nama-nama pemain asal Jatim masih menghiasi skuad timnas di tengah dominasi pemain naturalisasi, seperti kiper Nadeo Argawinata, bek Rizky Ridho, dan penyerang Dimas Drajad.
Salah satu kunci resep Jatim bisa melahirkan banyak pemain hebat adalah pembinaan ataupun kompetisi internal yang tidak pernah putus, antara lain yang dilakukan oleh Persebaya Surabaya, klub perserikatan kebanggaan Jatim yang telah menjelma sebagai klub profesional.
”Sampai sekarang, saya rasa Jatim tidak pernah kekurangan pemain muda berbakat. Tinggal bagaimana Asprov PSSI Jatim dan PSSI pusat bagaimana mengelola bakat-bakat yang ada agar bisa terus berkembang, antara lain dengan menyelenggarakan kompetisi usia muda yang berjenjang secara berkualitas,” kata Fakhri yang sering berseberangan pendapat dengan PSSI.
Terkait anak didiknya saat ini, Fakhri turut berpesan agar tidak salah memilih klub demi perkembangan karier mereka. Di sisi lain, para pemain tidak boleh cepat puas ataupun terbuai dengan raihan emas PON edisi XXI tersebut. Sebab, emas PON tak lebih sebagai batu loncatan untuk mereka menatap karier yang lebih tinggi.
Baca juga: Jaminan Wasit Berkualitas Tumbuhkan Semangat Jatim-Jabar di Final
”Agar tidak cepat menghilang alias layu sebelum berkembang, mereka tidak boleh terbuai dengan emas PON, terlebih mengalami star syndrome. Setelah PON, mereka pasti menjadi lebih populer, terutama mendapatkan lebih banyak pengikut di media sosial. Itu sebenarnya wajar dalam dunia olahraga, tetapi jangan sampai itu menjadi bumerang yang menghancurkan karier mereka lebih dini,” kata Fakhri.
Sepakat dengan saran Fakhri, Wigi, yang menjadi salah satu pemain Jatim paling bersinar selama PON 2024, menuturkan, dirinya akan berjuang lebih keras untuk bisa mencapai karier lebih cemerlang. Setidaknya, sehabis PON, pemain kelahiran Muaro Bungo, Jambi, 29 Juli 2004 itu akan memulai pertualangan baru dengan bergabung bersama klub Deltras FC yang berkompetisi di Liga 2.
”Saya paham bahwa PON adalah sarana untuk menempa mental pemain muda, seperti saya. Karier yang sesungguhnya baru akan dimulai saat saya bergabung ke klub profesional, yang saat ini Deltras FC. Saya akan berjuang mendapatkan menit bermain yang banyak agar pengalaman saya lebih matang untuk membuka jalan bermain di kompetisi lebih besar, serta bermain untuk timnas suatu hari kelak,” ujar Wigi yang baru akan memulai debut di Liga 2.
Jabar kecewa
Anggota Exco PSSI Jabar, Herman, menyampaikan, pihaknya agak kecewa dengan kinerja wasit dalam laga tersebut. Paling tidak, kartu kuning kedua yang diberikan wasit kepada Abdan dinilai terlalu berlebihan. Abdan seharusnya diberikan peringatan terlebih dahulu, bukan malah langsung diganjar kartu kuning kedua. ”Kehilangan satu pemain membuat laga menjadi lebih sulit untuk kami, sebaliknya sangat menguntungkan lawan,” ungkap Herman.
Walau demikian, Herman mengapresiasi perjuangan para pemain Jabar. Menurut dia, para pemain sudah mengeluarkan semua kemampuan terbaik. Dia pun percaya masa depan pemain Jabar akan lebih baik ketimbang perak yang direbut mereka dalam PON edisi perdana yang dihelat di Aceh tersebut.
Pihaknya juga berkomitmen untuk merawat para talenta terbaik Jabar tersebut, antara lain mengarahkan mereka untuk meneruskan jenjang karier secara tepat. Menurut rencana, PSSI Jabar akan berkoordinasi dengan sejumlah agen sepak bola untuk menyalurkan pemain ke klub-klub Liga 2 ataupun Liga 1.
Baca juga: Kontroversi di PON Aceh Mencoreng Sepak Bola Indonesia, Bagaimana Itu Terjadi?
”Yang jelas, PON 2024 bukan akhir segalanya untuk para pemain secara personal maupun Jabar secara tim. Bagi pemain, masa depan mereka masih panjang dan harus terus bekerja keras agar karier mereka bisa lebih cemerlang. Sebaliknya, untuk Jabar, kami akan melanjutkan roda pembinaan guna melahirkan pemain-pemain yang lebih bertalenta. Kami ingin meraih emas pada PON edisi berikutnya,” kata Herman.