Kehadiran PON berdampak pada ekonomi masyarakat di Aceh dan Sumatera Utara. Selain usaha hotel, UMKM pun diuntungkan.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO, REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Tenda bazar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa (17/9/2024). Peserta bazar mendapatkan keuntungan dari diselenggarakan pekan olahraga nasional.
Perhelatan PON memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di Aceh, tidak terkecuali di Sabang. Salah satu wilayah paling barat Aceh dan Indonesia turut mendapatkan manfaat dari perhelatan PON dengan meningkatnya kunjungan wisatawan.
Wisatawan yang sebagian besar merupakan bagian dari kontingen PON menyeberang ke Sabang untuk menikmati beragam destinasi, baik pantai maupun air laut yang biru. Di Sabang, ada pula Tugu Kilometer Nol yang menjadi simbol titik paling barat wilayah Indonesia.
Akis, penyedia jasa pembuatan sertifikat Kilometer Nol, mengatakan, peminat jasanya meningkat hingga sepuluh kali lipat selama PON. Dalam sehari, kata Akis, dia bisa mencetak hingga 300 sertifikat. ”Alhamdulillah meningkat, berkah PON. Biasanya saya paling mencetak rata-rata 30 sertifikat per hari,” ujarnya.
Sertifikat tersebut merupakan selembar kertas sebagai bukti dan kenang-kenangan bagi seseorang yang telah tiba di Kilometer Nol. Adapun biaya sertifikat tersebut adalah Rp 30.000.
Nurhayati, pemilik usaha Waroeng Rujak Aceh Kak Eti Kilometer Nol, juga merasakan manfaat serupa. Menurut Nurhayati, di luar masa PON, rata-rata dia menghabiskan tiga kilogram gula untuk bumbu rujak. Adapun selama PON, dia bisa membutuhkan hingga 10 kilogram gula.
Kehadiran PON juga berdampak pada ekonomi masyarakat di Sumatera Utara. Tak hanya hotel yang penuh, tetapi juga usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Mencari hotel di kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang sama sulitnya dengan mencari jarum dalam jerami. Banyak hotel di dua daerah tersebut, tetapi sangat sulit menemukan kamar kosong. Bahkan, untuk sekadar memambah kasur pun tak ada. Sebagian besar cabang olahraga dipertandingkan di Medan dan Deli Serdang. Para karyawan hotel mengatakan, seluruh kamar sudah digunakan oleh peserta PON.
Keuntungan juga dirasakan oleh Dede (33), penjual minuman segar di sekitar Stadion Madya Atletik Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara. Saat ditemui Selasa (17/9/2024), Dede yang berasal dari Deli Serdang mengikuti UMKM yang dikelola oleh pemerintah daerah Deli Serdang. Ia hanya buka saat akhir pekan dan hari libur. Ia bisa menjual sekitar 100 gelas per hari.
Jumlah tersebut belum digabung dengan perolehan di tempat penjualan sekitar Gedung Mixed Martial Arts yang jumlahnya lebih besar. Dede menjual minumannya per gelas antara Rp 10.000 sampai Rp 18.000.
Menurut Dede, kunci dagangannya laris karena ia menjual menimuannya dengan harga yang sama dengan tempat penjualan di luar stadion yang sudah dikenal oleh masyarakat Deli Serdang. Panasnya udara di sekitar Sumut Sport Center juga membuat minuman Dede banyak diminati pengunjung. “Kalau kita jual murah, dapat (keuntungan) sedikit, tetapi kelipatannya (banyak),” tuturnya.
Tidak hanya masyarakat Deli Serdang yang mendapatkan keuntungan. Njang Faisal (46), pedagang kaus dan suvenir asal Bandung, Jawa Barat menceritakan, sejak berdagang pada Rabu (4/9/2024), dari 5.000 buah kaus dan suvenir yang ia bawa, tinggal tersisa sekitar 1.000 buah. Dagangannya laku keras pada hari libur.
Njang secara khusus membuat desain kaus dan suvenir dengan tema PON. Ia menjual kaus seharga Rp 100.000 sampai dengan Rp 130.000. Sedangkan, suvenir seperti gantungan kunci seharga Rp 10.000.
Sesuai dengan tema kita jualan. Yang bikin mahal itu tema.
”Sesuai dengan tema kita jualan. Yang bikin mahal itu tema. Kalau baju saja di sini banyak,” kata pedagang yang sudah berjualan di empat kali penyelenggaraan PON tersebut.
Ia mengaku belum menghitung keuntungan yang diperolehnya karena hasil penjualan masih harus dikurangi dengan biaya produksi dan transportasi. Selain itu, ia harus membayar sewa tenda dan tempat berjualan sebesar Rp 3 juta selama PON berlangsung.
Nasib berbeda dialami Abay (21) yang juga asal Bandung. Ia berjualan kaus dan celana olahraga. Abay mengaku modalnya belum kembali. Abay mengeluhkan debu akibat proyek pembangunan stadion yang belum rampung dan tempat berjualan yang kurang nyaman. Padahal, saat berdagang di PON Papua 2021, dagangannya laku.
Ketua Bidang Media dan Humas Panitia Pengawasan dan Pengarah PON 2024 wilayah Sumut Raja Parlindungan Pane menyampaikan, ada sekitar 15.000 orang yang datang ke Sumut. Mereka adalah atlet, staf, perangkat pertandingan, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang sudah terdaftar. Jumlah itu belum termasuk keluarga dan pendukung atlet.
“Ini bukan sekadar PON lagi. Kan ada pariwisata, kuliner, UMKM. Ada juga dampak ekonominya,” tuturnya.