Horor Talang Ambrol, Trauma Telak untuk Petembak
Insiden talang ambrol hantui petembak di PON. Fokus dan konsentrasi saat membidik sasaran diganggu cemas dan trauma.
Hujan deras mengguyur atap Lapangan Tembak Rindam Iskandar Muda, Mata Ie, Aceh Besar. Suara angin pun kian nyaring pada Rabu (18/9/2024) siang itu. Air menetes dari plafon dan masuk lewat celah atap, hanya berjarak semeter dari arena perlombaan 10 meter running target PON Aceh-Sumut 2024.
Dalam sekejap, suasana berubah tegang. Beberapa orang bergegas meninggalkan area perlombaan 10 meter running target PON Aceh-Sumut 2024 tersebut. Beberapa lainnya bertahan sambil mencari tempat yang ”aman”.
Adapun Muhammad Sejahtera melihat plafon, matanya menyusuri bagian yang menjadi tempat talang air. Tera, sapaannya, tak bisa menyembunyikan wajah cemas. Setelah keluar-masuk gedung perlombaan, petembak 10 meter running target asal Jakarta ini sibuk mengamati keadaan dengan tatapan gelisah.
Petembak asal Aceh, Muhammad Badri Akbar, juga menunjukkan kegelisahan yang sama. Akbar bahkan mondar-mandir membawa keluar peralatan berlomba. ”Wah, bahaya ini,” ucapnya sambil menatap plafon dan menenteng senjata.
Kecemasan itu wajar. Sehari sebelumnya, di gedung yang sama, Tera dan Akbar menjadi saksi ambrolnya talang air karena cuaca ekstrem. Bersama beberapa petembak lain, Tera dan Akbar sedang pemanasan statis ketika talang ambrol.
Kakak-beradik ini hanya berjarak kurang lebih 2 meter dari tempat ambruknya talang di area 10 meter air pistol dan air riffle. Sedekat itu pula jarak antara selamat dan celaka.
”Serem, setelah air menetes seperti shower, ada suara krek-krek. Tidak lama, talang ambrol. Kami langsung lari sambil bawa peralatan. Saya takut gedungnya ikut ambruk,” tutur Tera.
Air yang mengalir deras dari talang itu membasahi tubuh dan peralatan menembak Tera dan atlet-atlet lainnya. Air juga menggenangi arena. Perlombaan pun ditunda dan dilanjutkan Rabu pagi. Namun, para atlet sudah tidak ”sama” lagi.
Baca juga: Arena Menembak PON Rusak Dihantam Hujan Badai
Insiden tersebut cukup mengguncang para atlet seperti Tera. Apalagi, kata Tera, itu merupakan pengalaman perdananya nyaris celaka saat hendak berlomba. Peraih dua medali emas Asian Games Hangzhou 2022 ini trauma.
”Traumanya bahkan kebawa sampai luar arena. Di hotel, saat mati listrik, saya bersiap buat menyelamatkan diri waktu ada suara-suara yang aneh. Saya waswas bakal kejadian yang sama lagi. Ternyata itu suara generator,” tuturnya.
Pada Rabu pagi, perlombaan 10 meter running target akhirnya digelar. Tera dan petembak lainnya memulai kualifikasi pertama untuk mata lomba standar sesi slow. Mereka bergantian dengan petembak putri.
Saat hujan deras dan angin kencang kembali muncul, para petembak putri sedang menjalani kualifikasi. Adapun petembak putra sedang beristirahat dan menunggu giliran kualifikasi mata lomba standar sesi fast.
Baca juga: Lapangan Tembak PON Aceh-Sumut 2024 Terendam, Pertandingan Ditunda
Sempat muncul keraguan apakah lomba dilanjutkan ketika cuaca ekstrem kembali melanda. Apalagi, lomba dilanjutkan persis di samping area yang sebelumnya ambrol. Tidak ada jaminan juga talang air bagian lain bisa menahan derasnya hujan.
Dituntaskan Rabu
Delegasi teknis menembak, Henry Oka, kemudian mengumpulkan para manajer untuk membicarakan rencana lomba. Mereka akhirnya sepakat untuk menuntaskan semua perlombaan 10 meter running target hari ini, termasuk nomor mix putra dan putri yang awalnya direncanakan digelar pada hari Kamis.
”Saat cuaca kami nilai aman, kami putuskan untuk melanjutkan perlombaan. Semua ingin cepat selesai karena semakin menunda, semakin kami tidak tahu cuaca seperti apa yang menanti. Apalagi, tidak ada waktu tersisa karena besok sudah hari terakhir perlombaan,” ucap Henry.
Meski demikian, kekhawatiran masih terpancar di wajah para petembak ketika hendak berlomba lagi. Tera, misalnya, masih berkali-kali menatap plafon saat sudah memasuki area lomba.
Baca juga: Arena PON Porak-poranda, Persiapan ”Kebut Semalam” Berbuah Simalakama
Padahal, menembak adalah olahraga yang butuh ketenangan dan fokus. Para petembak harus berada dalam kondisi rileks agar bisa membidik dengan tepat.
Muhammad Chuwaizam, yang juga nyaris celaka karena talang air ambrol, merasakan kegelisahan yang sama. Petembak yang membela Papua ini mengatakan, saat menjalani sesi slow pada pagi hari, konsenstrasinya sempat terganggu karena hujan tiba-tiba turun lagi.
Pada sesi ini, Izam pun ”hanya” bisa menorehkan skor 263 poin. Saat latihan, Izam bisa mencapai skor lebih dari 270 poin. Biasanya, peraih medali perak SEA Games Vietnam 2021 ini mencatatkan skor yang tidak terlampau jauh dari saat latihan.
Tidak sesuai ekspektasi
Di sisi lain, Izam mengamini bahwa perhelatan PON kali ini jauh dari kata ideal. Berkaca dari pengalamannya di Papua, Izam sudah bisa berlatih intensif dan mencoba arena lomba di ”Bumi Cendrawasih” sejak jauh-jauh hari. Ekspektasi serupa dibawanya ke Aceh.
Baca juga: Sibuk Berjibaku Menahan Atap Bocor di Arena Futsal PON
Ekspektasi kami ternyata benar-benar tidak sesuai realitas, ditambah dengan kejadian ambrol yang sangat horor itu.
Kontingen menembak Papua sudah tiba di Aceh sejak 5 September dengan tujuan bisa mencoba arena lebih dulu. Namun, baru sembilan hari setelahnya mereka bisa mewujudkan keinginan itu. Pada awal September, arena sama sekali belum tuntas pembangunannya.
”Awalnya, kami coba fokus ke tujuan awal kami ke sini adalah untuk lomba. Bagaimana pun kondisinya, kami tidak mau terlalu terganggu. Namun, ekspektasi kami ternyata benar-benar tidak sesuai realitas, ditambah kejadian ambrol yang sangat horor itu,” tutur Izam.
Rasa khawatir dan takut juga menghantui Dzakira Aulia Puteri, atlet cabor lain yang arena lombanya diterjang cuaca ekstrem. Pemanah divisi nasional asal Kalimantan Utara ini menyaksikan langsung kengerian angin kencang yang menerbangkan tenda-tenda kontingen di lapangan panahan, kompleks Stadion Harapan Bangsa, Banda aceh, Rabu siang.
Baca juga: Terenggutnya Kenyamanan Bertanding Para Atlet
Dampak terjangan cuaca ekstrem itu, perlombaan panahan pun dialihkan ke Kamis pagi. ”Semoga sebelum dimulai lagi besok, dipastikan semua sudah aman. Karena kami juga takut kalau ada kejadian yang sama dan kami jadi korban,” ucapnya.
Ketidaksiapan arena PON pada akhirnya membawa ”bencana”. Tidak hanya berupa kerusakan infrastruktur ketika terkena hantaman cuaca, tetapi juga trauma yang merugikan atlet yang seharusnya merayakan kebahagiaan berlomba.