Apakah Tottenham mampu memanfaatkan kondisi Arsenal yang sedang terluka atau kembali terjebak dengan rasa inferior?
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LONDON, SABTU — Kemenangan tandang amat jarang terjadi di derbi London Utara, tetapi Arsenal sudah dua kali beruntun pulang dengan poin penuh dari Stadion Tottenham Hotspur. Spurs bertekad mengembalikan dominasi tim kandang pada musim ini dengan kondisi Arsenal yang datang dengan ”bau darah”.
Sungguh malang nasib Arsenal. Mereka bertandang tanpa kekuatan terbaik saat laga terpenting dari sisi harga diri dalam setahun kalender, versus tim tetangga, pada Minggu (15/9/2024) malam WIB. Tidak tanggung-tanggung, tiga gelandang yang diproyeksikan untuk mengawal lini tengah sepanjang musim akan absen.
Terbaru adalah kapten tim Martin Odegaard yang menderita cedera engkel saat membela Norweigia pada awal pekan. Kondisi Odegaard, menurut manajer Mikel Arteta, tidak seburuk yang diperkirakan. Dia masih akan melakukan tes jelang laga. Adapun menurut tim dokter Norweigia, pemulihan butuh minimal tiga pekan.
Declan Rice yang menjadi starter sebanyak 37 kali dari 38 laga musim lalu dipastikan absen karena lanjutan sanksi kartu merah pada pekan sebelumnya. Arteta dibuat semakin pusing mengingat gelandang baru ”Si Meriam” Mikel Merino sudah cedera pada latihan perdana tim. Pilihan di lini tengah pun sangat terbatas.
Spurs, dengan bantuan pendukung dan skuad lengkap, bagai hiu yang mencium ”bau darah”. Terlebih, Pelatih Kepala Ange Postecoglou sudah paham betapa penting agenda itu setelah setahun di Inggris. Dia tersadar pada akhir musim lalu saat para pendukung berharap kalah dari Manchester City agar Arsenal tidak juara.
”Setiap derbi memiliki sedikit perbedaan. Jelas, yang satu ini Anda dapat melihat bahwa kedua klub cukup intens karena secara geografis terletak di bagian kota yang sama. Mereka mencoba mempertahankan wilayah itu. Kami tahu artinya laga itu untuk para pendukung dan klub,” kata Postecoglou.
Meskipun begitu, Postecoglou mengingatkan anak asuhannya agar tetap berhati-hati terhadap sengatan tim rival. Menurut dia, mentalitas Arsenal sudah jauh berbeda dalam dua tahun terakhir. Odegaard dan rekan-rekan kuat sebagai kesatuan tim, bukan hanya karena satu atau dua individu.
”Anda bisa lihat mereka selalu benar-benar gigih. Ada tim solid yang melewati banyak hal bersama dalam dua tahun. Mereka bisa menang di setiap pertandingan karena kepercayaan diri. Mereka akan jadi lawan tangguh, tetapi peluang kami cukup besar,” jelas Postecoglou yang belum pernah menang atas Arteta (1 kalah,1 seri).
Menambal Arsenal
Kehilangan Odegaard akan sangat berdampak terhadap Si Meriam. Sang kapten merupakan kreator utama serangan tim. Menurut Opta, tidak ada satu pun pemain di Liga Inggris yang lebih banyak terlibat dalam proses tembakan dari permainan terbuka sejak musim lalu dibandingkan dengan Odegaard (280 kali).
Odegaard juga merupakan inisiator utama dalam tekanan agresif lini terdepan Arsenal saat kehilangan bola. Dia mencatat 1.250 kali tekanan, berupaya mendekati pemain lawan untuk merebut bola dalam dua musim terakhir. Jumlah itu yang terbanyak di liga. Sebanyak 180 kali, penguasaan bola berbalik untuk Arsenal.
Arteta memiliki beberapa opsi darurat. Penyerang Kai Havertz bisa ditarik mundur ke posisi gelandang serang. Ada juga pilihan lebih berisiko dengan menurunkan pemain 17 tahun asal akademi Ethan Nwaneri. Keputusan mengubah posisi Havertz bergantung dari kondisi penyerang Gabriel Jesus yang baru sembuh dari cedera.
”Kami harus terbiasa untuk beradaptasi (dengan perubahan dalam tim) karena akan menghadapi situasi seperti ini sepanjang musim,” kata Arteta. ”Kami hanya harus menghadapi dan memanfaatkan peluang. Para pemain muda memberikan kami banyak harapan untuk mengandalkan mereka,” lanjutnya soal Nwaneri.
Soal Rice, Arsenal mungkin tidak akan terlalu merindukan pemain tim nasional Inggris itu, terutama jika melihat performa pada musim ini. Rice belum kembali ke performa terbaik seperti musim lalu, terutama dalam serangan. Dia juga mengakui performa yang masih di bawah standar itu ketika wawancara pada jeda internasional.
Arteta kemungkinan mengubah formasi dari 4-3-3 ke 4-2-3-1. Peran Rice digantikan gelandang jangkar Jorginho yang akan berduet dengan Thomas Partey. Jorginho, yang sering memberikan umpan terobosan, bisa menjadi senjata rahasia. Ini mengingat Spurs terkenal dengan garis pertahanan tinggi sejak era Postecoglou.
Arsenal hanya perlu lebih berhati-hati dalam transisi serangan balik lawan. Rice merupakan faktor terbesar kekuatan Si Meriam dalam transisi bertahan. Dia bisa kembali ke pertahanan dengan sangat cepat. Adapun kecepatan lari Rice mencapai 33,25 kilometer per jam, lebih dari Jorginho (28,9 km/j) dan Partey (31,94 km/j).
Di sisi lain, Arsenal membawa faktor ”X” dalam penyerang baru Raheem Sterling. Dia berpotensi menjalani debut di derbi nanti. Menurut Arteta, Sterling datang dengan motivasi berlipat. ”Saya bisa melihat rasa laparnya. Anda bisa merasakaan saat dia masuk, kami lebih baik bersamanya,” pungkas Arteta.