Di PON Aceh-Sumut 2024, belum ada kejutan berarti dari pemanjat tebing putri selain aksi impresif Rajiah Sallsabillah.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Tidak seperti PON Papua 2021 yang menampilkan wajah-wajah baru di podium panjat tebing nomor speed putri, PON Aceh-Sumut 2024 masih sepi kejutan dari pemanjat muda. Walakin, hasil apik ditorehkan bintang panjat tebing Indonesia, Rajiah Sallsabillah, yang menjalani musim cerah.
Rajiah Sallsabillah mengepalkan kedua tangan sambil berteriak setelah menyentuh tombol finis, di arena panjat tebing, kompleks Stadion Harapan Bangsa, Aceh, Rabu (11/9/2024). Selepas turun dari puncak dinding panjat, Rajiah bersujud sebagai tanda syukur. Atlet asal Banten ini memenangi final perlombaan panjat tebing nomor speed perorangan putri melawan Desak Made Rita Kusuma Dewi (Bali).
Mata Rajiah berkaca-kaca setelah medali emas PON tergantung di lehernya. Rajiah sebenarnya pernah meraih emas pada level lebih tinggi, seperti Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Namun, emas di PON tetap istimewa karena yang pertama baginya pada ajang multicabang Indonesia itu.
Di PON Papua 2021, Rajiah meraih perak setelah kalah dari Desak pada partai final. Dari segi catatan waktu pun, Rajiah menunjukkan perkembangan pesat. Saat itu, dia finis dalam waktu 8,151 detik, terpaut nyaris 1 detik dari Desak yang menorehkan 7,001 detik.
Ketika memastikan emas di PON Aceh-Sumut 2024, Rajiah sudah bisa mencatatkan waktu 6,22 detik. ”Yang paling berkesan dari kemenangan ini adalah saya bisa memecahkan rekor saya sendiri,” ucapnya.
Catatan waktu tersebut memang sangat impresif. Tidak hanya memecahkan rekor personalnya, Rajiah juga mencatatkan rekor nasional baru. Rekor nasional sebelumnya dipegang Desak dengan 6,364 detik saat Asian Games Hangzhou 2022. Selain itu, Rajiah pun menunjukkan peningkatan pesat setelah Olimpiade Paris 2024.
Sebelum Olimpiade, rekor personal Rajiah adalah 6,67 detik yang ditorehkan di Seri Kualifikasi Olimpiade di Budapest, Hongaria. Atlet berusia 25 tahun ini kemudian berkali-kali menajamkan catatan waktu tersebut di Olimpiade menjadi 6,58 detik, 6,54 detik, hingga 6,41 detik.
Artinya, hanya dalam waktu sebulan setelah Olimpiade, Rajiah sukses menajamkan waktunya hingga nyaris mencapai 0,20 detik. ”Memang sangat termotivasi, sih, setelah Olimpiade itu. Ada semacam rasa kesal karena belum bisa maksimal di sana. Pelan-pelan dibalas mulai dari sini,” tuturnya.
Keberhasilan meraih medali emas di PON melengkapi musim cerah Rajiah. Tahun ini, Rajiah berhasil merebut perak dan perunggu dalam seri kualifikasi Olimpiade. Hasil itu pula yang mengantarkannya lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Di Paris, Rajiah memang tidak berhasil meraih medali. Namun, dia berhasil melangkah hingga ke semifinal. Juara Piala Dunia Chamonix 2023 ini mampu mendorong dirinya melampaui catatan waktu terbaik dengan finis dalam 6,41 detik. Namun, lawannya di babak semifinal tersebut, Deng Lijuan (China), ternyata lebih cepat dengan 6,38 detik.
Adapun penampilan gemilang Rajiah di PON menjadi semacam oase dari minimnya kejutan dari panjat tebing nomor speed putri. Rajiah dan Desak, yang merupakan atlet pelatnas sekaligus wakil Indonesia di Olimpiade Paris 2024, mendominasi dalam dua edisi terakhir.
Pada PON Papua 2021, Rajiah dan Desak merupakan wajah baru yang menghiasi podium. Mereka mampu bersaing dengan Aries Susanti Rahayu, yang pernah dijuluki sebagai ”ratu” panjat tebing Indonesia. Aries saat itu meraih perunggu.
Podium panjat tebing putri PON Jabar 2016 merupakan milik Tita Supita (DKI Jakarta), Farina Handayani (Bangka Belitung), dan Ita Triana Purnamasari (Jawa Timur).
Meski demikian, Rajiah dan Desak sebenarnya sudah teruji pada ajang-ajang yang lebih tinggi. Rajiah sudah mencicipi panggung Piala Dunia Panjat Tebing sejak 2017, sedangkan Desak sudah mulai bersaing di level Asia yunior sejak 2018.
Beberapa atlet potensial itu sudah ada dalam radar, maka dari itu beberapa sudah diikutkan ajang-ajang internasional.
Tak mengherankan jika kemudian Rajiah dan Desak tak hanya menggeser nama-nama pemenang sebelumnya. Mereka juga mampu mempertahankan prestasinya pada edisi selanjutnya.
Nama yang tidak benar-benar baru, tetapi potensial di PON ialah Amanda Narda Mutia (Jawa Timur), yang finis pada urutan keempat di PON Papua 2021. Amanda berhasil meraih medali perunggu di PON Aceh-Sumut.
Dengan usia yang masih muda, 20 tahun, Amanda bisa menjadi salah satu pemanjat putri yang bisa menjadi pelapis Desak dan Rajiah. Amanda merupakan pemenang Kejuaraan Asia Remaja di Chongqing, China, pada 2018.
Amanda juga mengikuti seri kualifikasi untuk Olimpiade Paris 2024 di Budapest dan Shanghai. Dia berhasil finis pada posisi ke-8 dan ke-6.
”Beberapa atlet potensial itu sudah ada dalam radar, maka dari itu beberapa sudah diikutkan ajang-ajang internasional. Di PON ini, yang dilihat adalah konsistensi mereka,” tutur Pelatih Panjat Tebing Nasional Hendra Basir.