Setelah Odegaard cedera, bagaimana Arteta menghadapi ”krisis” di Arsenal, terutama untuk menghadapi Tottenham Hotspur?
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Sudah jatuh, tertimpa tangga, digigit anjing pula. Kesialan bertubi-tubi itu menggambarkan nasib Arsenal pada musim ini. Setelah dua pemain baru, Mikel Merino dan Riccardo Calafiori cedera, giliran kapten tim, Martin Odegaard, yang masuk ke ruang perawatan Arsenal.
Gelandang 25 tahun itu meringis kesakitan setelah ditekel pemain Austria, Christoph Baumgartner, pada menit ke-64 dalam laga Liga Nasional Eropa di Oslo, Norwegia, Selasa (10/9/2024) dini hari WIB. Ia berjalan dengan pincang ke pinggir lapangan, lalu digantikan.
Pelatih Norwegia Stale Solbakken mengatakan, Odegaard mengalami cedera engkel yang terlihat buruk. ”Dia tidak punya kans untuk melanjutkan laga. Engkelnya terkilir,” ujarnya.
Selanjutnya, kondisi Odegaard akan diperiksa oleh tim dokter Arsenal. Ia sudah kembali ke London menggunakan jet pribadi pada pagi hari seusai laga itu. Dia terlihat memakai kruk saat berjalan ke pesawat. Di kaki kiri, dia hanya menggunakan kaus kaki. Kaki itu juga diangkat, tidak menapak ke tanah.
Sosok yang paling pusing mendengar berita itu adalah Manajer Arsenal Mikel Arteta. ”Si Meriam” akan menjalani laga derbi London utara versus Tottenham Hotspur, akhir pekan ini. Odegaard hampir pasti absen. Dia harus menepi setidaknya satu sampai tiga pekan.
Lalu, apa solusi terbaik yang dimiliki Arsenal? Odegaard merupakan pengatur serangan utama tim itu. Dia juga menjadi pemain yang paling aktif bergerak dalam skema pertahanan blok tinggi Si Meriam. Gelandang nomine Ballon d’Or 2024 itu tidak tergantikan di sistem Arteta.
Sebetulnya Arteta sudah pernah kehilangan Odegaard pada musim lalu walaupun hanya dalam dua laga. Ketika itu, penyerang Kai Havertz ditugaskan sedikit mundur untuk mengisi peran Odegaard. Performa tim cukup baik walaupun tidak tecermin dalam hasil laga. Mereka sekali menang dan sekali kalah.
Kebetulan, Havertz—yang diplot sebagai penyerang tengah di Arsenal pada musim ini—berkesempatan melakukan adaptasi bersama tim nasional Jerman. Pelatih Jerman Julian Nagelsmann menugaskannya di posisi gelandang serang dalam kemenangan 5-0 atas Hongaria, Sabtu lalu. Ia tidak lagi menjadi penyerang tengah seperti di Piala Eropa 2024.
Masalah paling kompleks ada di gelandang kiri. Arsenal mengalami krisis di posisi tersebut.
Havertz juga lebih banyak beroperasi di lini kedua sebelah kanan. Wilayah itu adalah area operasi Odegaard di Arsenal. Odegaard sering menciptakan kombinasi bersama penyerang sayap, Bukayo Saka, di sisi itu. Adapun Havertz pernah bermain reguler sebagai gelandang serang ketika membela Bayer Leverkusen (2016-2020).
Nagelsmann menilai, Havertz adalah pemain serbaguna yang dibutuhkan semua tim. ”Dia punya potensi menjadi pemain kelas dunia di banyak posisi. Dia berlari sangat cepat dan menjadi kian pintar,” kata Nagelsmann.
Masalah lain
Arsenal menghadapi masalah lain. Jika Havertz ditarik mundur ke gelandang serang, posisi penyerang tengah akan kosong. Penyerang pelapis, Gabriel Jesus, belum pernah tampil sejak awal musim karena cedera. Maka, Arteta harus kembali menggunakan pilihan darurat.
Ia memiliki dua opsi. Pertama, memainkan penyerang sayap Leandro Trossard di tengah. Dia mengambil alih tanggung jawab itu ketika Odegaard dan Jesus cedera bersamaan pada musim lalu. Kedua, pemain baru, Raheem Sterling, bisa dicoba. Sterling bisa bermain di seluruh posisi di lini serang.
Masalah paling kompleks ada di gelandang kiri. Arsenal mengalami krisis di posisi tersebut. Declan Rice akan menjalani sanksi larangan bertanding akibat kartu merah di laga sebelumnya. Merino, yang didatangkan pada musim panas untuk mengisi posisi itu, juga belum bisa tampil karena cedera bahu.
Sebelum dijadikan striker tengah, Havertz lebih dulu mengisi gelandang sisi kiri. Namun, dia agaknya lebih diperlukan untuk mengisi kekosongan Odegaard. Arsenal bisa bermain dengan dua jangkar sekaligus, Thomas Partey dan Jorginho, dan mengubah formasi dari 4-3-3 ke 4-2-3-1. Mereka bisa bergantian maju untuk mengisi kekosongan Rice sebagai gelandang box to box. Pilihan lainnya memasang bek sayap Oleksandr Zinchenko yang sering menjadi gelandang di timnas Ukraina.
Pilihan terakhir adalah memaksimalkan gelandang akademi berusia 17 tahun, Ethan Nwaneri. Arteta melepas dua gelandang sekaligus pada musim panas, Emile Smith Rowe dan Fabio Vieira, agar bisa memberikan jam terbang ke Nwaneri. Maka, Arteta—yang sering dikritik karena kurang mempromosikan pemain akademi—bisa membuktikan diri.
Begitu banyak masalah Arsenal pada awal musim ini. Segudang masalah itu tidak terjadi pada musim lalu. Kedalaman dan kekuatan mental skuad pesaing gelar juara itu akan diuji dalam periode sulit ini. Meskipun begitu, seperti yang sering terjadi sebelumnya, selalu ada berkah di balik musibah. (AP/REUTERS)