Atas Nama N’golo Kante, Liga Arab Saudi Bukan Masalah
Kante membuktikan di timnas Perancis tak ada korelasi antara bermain di Liga Arab Saudi dan penurunan kualitas.
LYON, SELASA — Usia dan klub asal kembali terbukti bukan halangan untuk sang gelandang tim nasional Perancis, N’golo Kante. Walaupun sudah berusia 33 tahun dan bermain di Liga Arab Saudi bersama klub Al-Ittihad, Kante ternyata masih menjadi sosok terpenting di lini tengah ”Si Biru”. Dia tidak tergantikan saat ini.
Beberapa pelatih timnas tidak suka pemainnya pindah ke Arab Saudi. Liga itu dinilai kurang kompetitif dan hanya sebagai tempat mencari uang. Salah satunya Pelatih Belanda Ronald Koeman yang mencoret penyerang Steven Bergwijn dari skuad usai sang pemain pindah ke Al-Ittihad pada awal September 2024.
Teori itu tidak berlaku untuk Pelatih Perancis Didier Deschamps. Setelah menggunakan jasa Kante di Piala Eropa 2024, sang gelandang kembali dipanggil. Deschamps sama sekali tidak khawatir terhadap penurunan kualitas Kante yang sudah bermain di Arab Saudi sejak tahun lalu.
Kepercayaan Deschamps terbukti di Stadion Groupama, Lyon, setelah Perancis menang 2-0 atas Belgia dalam lanjutan Grup A2 Liga Nasional Eropa, Selasa (10/9/2024) dini hari WIB. Ditarik pada injury time paruh kedua, Kante mendapatkan standing ovation dari puluhan ribu pendukung tuan rumah.
Kante, kapten Perancis, sudah dinanti Deschamps di pinggir lapangan. Deschamps membuka lebar kedua tangan sambil tersenyum lebar, bersiap untuk memeluk anak asuhnya itu. Wajar saja, Kante pantas mendapatkan sambutan hangat seperti itu. Dia adalah pemain terbaik dalam kemenangan tim tuan rumah.
Kante mendapatkan tugas berbeda dibandingkan laga sebelumnya versus Italia, Sabtu (7/9/2024). Deschamps mengubah formasi dari 4-2-3-1 ke 4-3-3. Kante yang semula berperan sebagai gelandang jangkar ditugaskan lebih aktif maju ke depan. Mantan pemain Chelsea itu menjadi kreator peluang utama Si Biru.
Hasilnya mengesankan. Pemain bertubuh mungil itu berperan penting dalam proses dua gol Perancis. Salah satunya, pada gol kedua, dia turut menyumbang asis. Adapun Kante sukses menciptakan tiga peluang untuk rekan-rekannya sepanjang laga. Jumlah itu sama dengan catatan ”raja asis” Belgia, yaitu Kevin De Bruyne.
Menariknya, Kante juga bekerja keras membantu pertahanan. Dia tidak berhenti berlari selama 90 menit. Ia selalu terlibat aktif menekan dalam blok tinggi, tengah, dan rendah. Presensinya membantu Perancis keluar dari badai serangan tim tamu pada 20 menit pertama. Mereka sempat dipaksa lebih banyak bertahan.
Baca juga: Kecemburuan Belanda dan Jerman Bersilangan
Dengan pengalaman dan latar belakangnya, kami akan lebih kuat.
Pelatih Belgia Domenico Tedesco juga mengakui, lini tengah Perancis yang dipimpin Kante merupakan alasan utama timnya kalah. ”Anda bisa melihat mereka punya pemain yang bisa mengubah keadaan. Terutama pemain di lini tengah yang bisa memenangkan bola dan langsung maju menyerang. Terlalu sulit bagi kami,” kata Tedesco.
Kante merupakan pemain tertua dan salah satu dari lima pemain yang sudah di atas 30 tahun dalam skuad Perancis saat ini. Deschamps melakukan rejuvenasi di berbagai posisi. Seperti di lini tengah, ada gelandang 23 tahun asal AS Roma, Manue Kone. Namun, posisinya masih tetap aman sebagai pemain utama Si Biru.
Deschamps kembali memanggil Kante, setelah ”hilang” dua tahun, tepat jelang Piala Eropa. Pemanggilan itu mengejutkan banyak pihak karena Kante sudah tidak muda, terakhir tampil bersama Perancis pada medio 2022, dan berlaga di Arab Saudi. Belum lagi, riwayat cedera membuatnya sulit konsisten.
Meskipun begitu, kata Deschamps, hal terpenting adalah Kante berada dalam kondisi bugar. Jika syarat itu terpenuhi, faktor lain tidak menjadi masalah. Sang pelatih masih menilai, kemampuan Kante sama sekali belum menurun. ”Dengan pengalaman dan latar belakangnya, kami akan lebih kuat,” katanya ketika itu.
Baca juga: Bagaimana Spanyol Menang Telak Hanya dengan 10 Orang?
Gol kemenangan Perancis dicetak oleh penyerang Randal Kolo Muani dan Ousmane Dembele. Hasil itu memberikan kemenangan pertama Perancis di Liga Nasional Eropa. Sebelumnya, mereka banyak dikritik publik sendiri karena kalah dalam laga pembuka grup dari Italia 1-3. Adapun Deschamps sempat dicemooh sebagian penonton di Stadion Groupama.
”Lega? Tidak ada kelegaan. Saya sangat senang dengan reaksi pemain saya, dengan apa yang mampu mereka lakukan melawan tim Belgia yang kuat. Tim bereaksi dengan baik. Belgia menciptakan banyak masalah bagi kami, terutama dalam 25 menit pertama. Itu sulit karena berbagai alasan,” kata Deschamps.
Di sisi lain, De Bruyne kembali menunjukkan rasa frustrasinya dalam wawancara seusai pertandingan. Dia sudah berkali-kali terlihat kesal karena tidak puas dengan penampilan Belgia. Di Piala Eropa, gelandang Manchester City itu bahkan sempat memarahi seorang wartawan karena bertanya tentang generasi emas.
”Saya tidak bisa mengatakan di sini apa yang salah. Saya sudah menjelaskan itu kepada tim di babak pertama. Saya tidak bisa mengulanginya di media, tetapi itu harus lebih baik dalam segala hal. Jika standar yang ingin kita capai adalah yang terbaik, Anda harus memberikan segalanya. Jika tidak, semua berakhir,” ujar De Bruyne.
”Saya bisa menerima bahwa kami tidak sebagus tahun 2018. Saya yang pertama melihat itu, tetapi hal-hal lain tidak dapat diterima. Saya tidak akan mengatakan apa pun,” kata pemain yang mengantar Belgia ke semifinal Piala Dunia Rusia 2018 tersebut. (AFP/REUTERS)