Misteri Rizki Juniansyah dan Kepindahan ke Kelas 89 Kilogram
Rizki Juniansyah turun di kelas 89 kilogram di PON Aceh-Sumut 2024. Akankah kepindahan kelas ini permanen?
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Perpindahan kelas oleh lifter adalah hal yang umum dilakukan, terutama jika jarak kategori berat badannya berdekatan. Namun, Rizki Juniansyah ”meloncat” jauh dengan berpindah dari 73 kilogram ke 89 kilogram di PON Aceh-Sumut 2024. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan soal apakah perpindahan itu permanen mengingat di kelas 73 kg Indonesia punya dua ”mutiara”.
Kurang dari sebulan setelah tampil di kelas 73 kilogram dan menyabet medali emas Olimpiade Paris 2024, Rizki Juniansyah berlomba di kelas 89 kilogram PON Aceh-Sumut 2024, Sabtu (7/9/2024). Rizki, yang mewakili Banten, akan bersaing dengan enam lifter lainnya dalam perlombaan di GOR Seuramoe, kompleks Stadion Harapan Bangsa, Aceh, itu.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Sebenarnya bukan pertama kalinya Rizki berpindah kelas, apalagi Indonesia punya dua andalan di kelas 73 kg. Selain Rizki, Indonesia punya lifter terbaik dunia pada kelas tersebut, yaitu Rahmat Erwin Abdullah. Rizki dan Rahmat bisanya dipisah kelas dalam beberapa ajang internasional untuk menambah luas peluang Indonesia meraih emas.
Di SEA Games Vietnam 2021, misalnya, Rizki turun di kelas 81 kilogram, sedangkan Rahmat tetap di kelas andalannya. Pada ajang yang sama di Kamboja 2023, giliran Rizki yang tetap di kelas 73 kg dan Rahmat yang naik ke kelas 81 kg.
Dalam kategori berat badan perlombaan angkat besi internasional, kelas 81 kg memang hanya satu tingkat di atas kelas 73 kg. Maka, perpindahan pada kedua kelas itu tampak wajar. Berbeda jika loncatannya ke kelas yang lebih berat lagi, seperti yang dilakukan Rizki dengan tampil di kelas 89 kg.
Rizki dan Rahmat bisanya dipisah kelas dalam beberapa ajang internasional untuk menambah luas peluang Indonesia meraih emas.
Rizki mengatakan, awalnya sebenarnya akan tampil di kelas 81 kg. Artinya, dia hanya membutuhkan tambahan 8 kg dalam waktu singkat agar bisa berlomba di kelas tersebut. Namun, ada pertimbangan lain yang membuat Rizki akhirnya melompat ke kelas lebih berat lagi.
”Mas Tri (Triyatno, kakak ipar Rizki yang juga membela Banten), kan, turun di kelas 81 kg. Kalau aku sebenarnya di mana pun enggak masalah. Karena mas Tri di kelas 81 kg, ya sudah aku di kelas 89 kg biar peluang emas buat Banten jadi lebih banyak lagi,” tutur Rizki.
Dengan demikian, Rizki harus menambah berat badannya, yaitu hingga 16 kg, demi bisa tampil di kelas 89 kg tersebut. Dua hari sebelum lomba, lifter berusia 21 tahun ini masih kurang 2 kilogram lagi untuk bisa masuk ke kategori berat badan tersebut. Namun, dia yakin, berat badannya akan sesuai saat hari perlombaan.
Di PON, kelas 89 kg adalah kategori berat badan yang baru dilombakan. Pada PON Papua 2021, setelah kelas 73 kg dan 81 kg, kategori berat yang dilombakan langsung ke kelas 96 kg.
Sementara di Olimpiade Paris 2024, kelas 89 kg justru merupakan kategori berat badan yang dipertahankan setelah terjadi pemangkasan kelas. Dari 73 kg, kelas yang tersedia selanjutnya adalah 89 kg.
Alhasil, kepindahan Rizki ke kelas 89 kg di PON ini menimbulkan pertanyaan apakah akan selamanya dilakukan oleh sang lifter olimpian? Sebab, besar kemungkinan kategori berat badan yang sama akan tetap dilombakan di Olimpiade Los Angeles 2028.
Jika tidak ada perubahan aturan soal setiap negara hanya bisa mengirim satu wakil dan apabila Rizki tetap bertahan di kelas 73 kg, dia harus kembali bersaing dengan Rahmat untuk Olimpiade empat tahun lagi. Maka, wacana soal pemisahan kelas antara keduanya pun kembali mengemuka.
”Sebenarnya cuma untuk di sini saja (turun di kelas 89 kg), setelah itu aku bakal balik lagi ke 73 kg,” ucap Rizki.
Di ajang internasional, persoalan perpindahan ke kelas 89 kg bukan semata-mata berkaitan dengan harus menambah berat badan hingga 16 kg. Hal itu juga berkaitan dengan persaingan dengan lifter Eropa dan Amerika Selatan yang secara fisik lebih unggul dan kerap mendominasi kelas berat.
Walakin, Rizki sebenarnya tak keberatan jika harus pindah ke kelas 89 kg asalkan ada kepastian bahwa persiapan itu benar-benar dilakukan matang. Harus ada cukup waktu, minimal dua tahun, untuk menyiapkannya berlomba di kelas 89 kg secara permanen.
”Paling enggak, persiapannya harus lama. Aku sih mau-mau saja,” tuturnya.
Sementara Rahmat kemungkinan besar hanya akan tetap berkutat di kelas 73 kg dan 81 kg. Menurut ibu Rahmat, Ami Asun Budiono, tidak ada rencana untuk memindahkan Rahmat ke kelas yang jauh lebih berat.