Karisma Evi dan Saptoyogo menorehkan catatan waktu terbaik mereka di Stade de France, Paris.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·3 menit baca
PARIS, KOMPAS – Karisma Evi Tiarani memancarkan karismanya di Stadion Stade de France, Paris, Sabtu (7/9/2024), dengan memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri saat babak kualifikasi heat 2 nomor lari 100 meter putri klasifikasi T42. Evi akan berlari di babak final yang dimulai pukul 21.37 waktu Paris atau Minggu dini hari pukul 02.37 WIB.
Evi mencatatkan waktu 14,34 detik di Paris, lebih cepat 0,03 detik dari rekor dunia sebelumnya, 14,37 detik, pada Asian Para Games Hangzhou tahun 2023. Evi juga pemegang rekor Paralimpiade dengan waktu 14,38 detik yang diukir di Tokyo tahun 2021.
Pada ajang Paralimpiade Paris 2024, klasifikasi T42 (keterbatasan pada kaki tanpa kaki palsu) digabung dengan klasifikasi T63 (memakai kaki palsu). Evi harus bersaing dengan para pelari yang menggunakan kaki palsu berbentuk bilah dengan teknologi yang terus berkembang. Pelari dengan kaki palsu memiliki keuntungan saat mendekati finis karena biasanya kecepatannya kian meningkat. Sementara pelari tanpa kaki palsu biasanya mengalami penurunan kecepatan.
Dari 10 pelari yang mengikuti babak kualifikasi heat 1 maupun heat 2, hanya dua pelari, yaitu Evi, dan pelari Inggris, Ndidikama Okoh (14,69 detik), yang berlari tanpa kaki palsu atau murni klasifikasi T42.
Para pelari berkaki palsu bisa mencatatkan waktu lebih cepat dari Evi, antara lain trio Italia, Martina Caironi ( 14,31 detik), Monica Graziana Contrafatto (14,33 detik), dan Ambra Sabatini (14,33 detik).
Sabatini adalah pemegang rekor dunia 100 meter putri klasifikasi T63 dengan waktu 13,98 detik. Dia juga pemegang rekor Paralimpiade dengan waktu 14,11 detik. Adapun Caironi memiliki personal best 14,02 detik dan Contrafatto memiliki personal best 14,33 detik. Trio Italia itu adalah saingan terberat Evi di babak final.
”Saya minta doanya untuk bisa meraih medali. Tidak ada yang tidak mungkin,” kata Evi saat diwawancara Kompas di zona campuran (mixed zone) Stadion Stade de France setelah babak kualifikasi.
Evi sangat senang karena bisa memecahkan rekor pribadinya, tetapi dia masih deg-degan karena malamnya masih harus berlomba di babak final. Setelah babak kualifikasi, Evi kembali ke wisma atlet untuk istirahat, kemudian menjaga kondisi dengan senam ringan dan tidak lupa berdoa.
Saptoyogo pecah rekor pribadi
Sebelum Evi berlari, Saptoyogo Purnomo juga memecahkan rekor pribadi (personal best) saat final nomor 200 meter putra klasifikasi T37 dengan waktu 23,26 detik. Sehari sebelumnya, pelari yang disapa Yogo itu mencapai catatan waktu 23,41 detik pada babak kualifikasi heat 1 yang sekaligus menjadi season best baginya.
Dengan catatan waktu tersebut, Yogo harus puas finis di urutan kelima. Medali emas diraih pelari kontingen netral, Andrei Vdovin, dengan waktu 22,69 detik. Medali perak diraih pelari Brasil, Ricardo Gomes de Mendonca (22,71 detik), dan perunggu direbut pelari Brasil, Christian Gabriel Luiz da Costa (22,74 detik). Peringkat keempat juga direbut pelari Brasil, Bartolomeu da Silva Chaves (23,22 detik).
”Saya sangat puas karena pecah rekor pribadi, tetapi juga kurang puas karena tidak mendapat medali. Seharusnya (peluang medali) bisa fifty-fifity, tetapi sekarang belum bisa,” ucap Yogo masih dengan napas terengah-engah.
Yogo mengungkapkan, pada nomor 200 meter persoalannya adalah ada tikungan pada lintasan dan daya tahan yang diakuinya sendiri kurang bagus untuk lari jarak jauh. Ke depan, tantangan bagi Yogo adalah meningkatkan daya tahan.
Di luar dugaan Yogo, lawan-lawan potensialnya di final berlari dengan catatan waktu berkisar 22 detik. Saat babak kualifikasi, lawan-lawan potensial itu hanya mencatatkan waktu berkisar 23 detik.
”Prediksi saya, mereka tidak bakal berlari dengan waktu 22 detik. Tadinya saya masih yakin bisa (mendapat medali). Tadi di jarak 100 meter pertama masih sama, tetapi 70 meter atau 80 meter terakhir saya mulai mundur. Enggak kuat,” tuturnya.
Dari cabang judo, judoka Roma Siska Tampubolon gagal memboyong medali di kelas +70 kilogram putri klasifikasi J1 pada babak repechage A di Champ de Mars Arena, Paris. Siska dikalahkan judoka Uzbekistan, Feruza Ergazheva, 0-10, dalam waktu 2 menit 27 detik.
Sementara judoka kelas +90 kilogram putra klasifikasi J2, Tony Ricardo Mantolas, akan berjuang merebut medali perunggu melawan Christopher Skelley (Inggris), Sabtu malam WIB. Tony sudah kalah di babak perempat final dan tidak lolos ke semifinal, tetapi dia menang di babak repechage B.