Ada momen langka yang mungkin tak kembali seumur hidup. Itulah yang dirasakan atlet barongsai tradisional pada PON 2024.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Cabang barongsai untuk pertama kali dilombakan pada Pekan Olahraga Nasional. Inilah momen sekali seumur hidup yang telah lama dinantikan para atlet barongsai, terutama nomor tradisional. Demi merasakan atmosfer langka ini, rasa sakit pun rela mereka redam.
Di belakang arena perlombaan barongsai tradisional, Yodi (20) berbaring di atas lantai. Atlet barongsai Kalimantan Barat itu baru saja menuntaskan penampilan bersejarahnya di PON Aceh-Sumut 2024. Dia sedemikian letih karena belum sepenuhnya pulih seusai terkena demam pada sehari sebelumnya.
”Kemarin, saya sempat demam. Tapi, karena ini PON, tidak sewaktu-waktu ada. Maka, saya paksakan tampil,” ujar Yodi di Gedung Mixed Martial Art, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (6/9/2024). Selain Kalbar, ada delapan kontingen lain yang bersaing pada nomor barongsai tradisional, antara lain Bali, Riau, Sumatera Barat, Banten, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.
Yodi mampu mengalahkan rasa sakit dan letihnya. Tampil selama 10 menit, dia bersama rekannya mampu tampil tanpa cela. Gerakan melompat dan tarian barongsai dari Yodi membius ratusan penonton yang hadir di lokasi perlombaan. Saat mendarat, kuda-kuda Yodi terbilang kokoh.
Penampilannya itu memikat 10 dewan juri. Penampilan tim barongsai tradisional Kalimantan Barat mendapatkan nilai 8,99 dari 10. Menurut Yodi, itulah nilai tertinggi selama enam tahun berkarier menjadi atlet barongsai tradisional. ”Tidak menyangka juga bisa dapat nilai setinggi itu. Apalagi, kondisi saya baru saja sembuh dari sakit,” katanya.
Wajar jika Yodi memaksakan diri tampil. Dia merasa belum tentu bisa kembali menjejak panggung megah PON untuk kedua kali. Sejauh ini, panggung tertinggi perlombaan barongsai nasional yang pernah Yodi rasakan hanya sebatas Swayamvara Tripitaka Gatha (STG) Nasional di Kabupaten Magelang. Di sana, Yodi mendapatkan nilai 8,69 yang kini menjadi catatan terbaik kedua sepanjang kariernya. Selebihnya, Yodi lebih banyak tampil pada kejuaraan barongsai di tingkat daerah.
Kerja sama tim
Hal lain yang mendorong Yodi berusaha menegasikan rasa sakitnya adalah mimpi bersama yang ia boyong bersama rekan-rekannya. Olahraga barongsai tradisional sangat mengandalkan kerja sama tim. Dalam satu tim ada dua pemain barongsai, delapan pemain alat musik, dan beberapa petugas bagian properti. Saat berlomba, mereka tampil selama 10 menit di bawah pengamatan tim juri.
Makanya, karena ada mimpi bersama ini, saya paksakan tampil. Bersyukur, kami bermain rapi. Hasilnya pun di luar dugaan. (Yodi)
Apabila satu saja dari mereka berhalangan tampil, maka tidak bisa digantikan dengan orang lain karena nama tim yang didaftarkan bersifat final dan tidak bisa diubah. Dengan begitu, musibah cedera, ketidaksiapan mental, atau jatuh sakit beberapa hari menjelang lomba adalah momok paling menakutkan bagi atlet barongsai.
Hanya dengan satu halangan itu, mimpi satu orang tim akan buyar saat itu juga. Barongsai tradisional tidak bisa dimainkan tanpa anggota tim yang lengkap. Maka dari itu, Yodi berjuang mati-matian demi 10 menit paling berharga dalam hidupnya ini.
”Makanya, karena ada mimpi bersama ini, saya paksakan tampil. Bersyukur, kami bermain rapi. Hasilnya pun di luar dugaan,” ucapnya.
Setelah memaksakan diri tampil, Yodi pun melepaskan semua rasa lelah dan ketegangannya. Tampil pertama kali di ajang PON menjadi pengalaman berharga sekaligus langka bagi Yodi. Dia pun merasakan ketegangan yang luar biasa sebelum tampil.
”Selama ini lebih sering tampil di daerah. Aura tampil di PON ternyata berbeda. Kalau di daerah, saya masih bisa menikmati saat tampil. Sekarang sangat tegang,” katanya.
Persiapan enam bulan
Ihwal mimpi bersama yang diperjuangkan tim barongsai tradisional juga disampaikan Desi, seorang anggota properti tim barongsai Bali. Menurut Desi, satu tim barongsai tradisional paling tidak mempersiapkan diri selama minimal enam bulan sebelum mengikuti PON. Waktu selama itu dialokasikan untuk memikirkan konsep cerita saat tampil, membuat dekorasi panggung, serta melatih gerakan.
”Perlengkapan serta dekorasi saat tampil tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas properti. Tidak jarang pemain barongsai juga ikut mencicil dengan kami dalam mengerjakan properti panggung,” ujar Desi.
Kekompakan tim sudah terbangun semenjak mereka mempersiapkan penampilan tersebut selama beberapa bulan sebelumnya. Selain membantu mempersiapkan perlengkapan, atlet barongsai juga menjalani latihan fisik yang melelahkan. Melatih kuda-kuda serta pernapasan adalah rutinitas wajib demi tampil prima saat perlombaan. Sering kali pula mereka tidak mengambil libur untuk menyempurnakan gerakan.
Mereka melalui proses panjang itu hanya untuk menikmati penampilan singkat selama 10 menit. Namun, segala letih dan peluh menjadi tertanggungkan karena itulah 10 menit paling berharga dalam hidup mereka.