PON perdana di Aceh tidak disia-siakan masyarakat setempat untuk ikut merayakan pesta olahraga nasional tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024 di Aceh mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat ”Tanah Rencong”. Sejak Indonesia merdeka, PON adalah ajang terbesar yang pernah diselenggarakan di sana. Tak heran, mereka mengobarkan semangat lantak laju alias hantam terus dalam mendukung suksesnya penyelenggaraan pesta olahraga empat tahunan tersebut.
Kemeriahan PON 2024 di Aceh tampak saat laga penyisihan cabang olahraga sepak bola. Laga itu mempertemukan tuan rumah dan tim Provinsi Banten di Stadion Haji Dimurthala, Banda Aceh, Rabu (4/9/2024). Ribuan warga datang berbondong ke stadion yang berada di jantung Ibu Kota ”Negeri Serambi Mekkah” itu sejak pukul 17.00 atau tiga jam sebelum laga dimulai.
Masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia, hadir di sana. Laki-laki dan perempuan tidak mau ketinggalan.
Semua hendak menyaksikan langsung laga pertama tim tuan rumah dalam PON kali ini. Mereka bahkan rela berdesak-desakkan masuk stadion berkapasitas 8.000 tempat duduk itu.
Pada akhirnya, penonton membeludak hingga dua-tiga kali lipat kapasitas penuh stadion yang baru direnovasi itu.
Ada penonton yang duduk lesehan di pelataran antara bangku tribune dan pagar pembatas lapangan.
Ada pula penonton yang berdiri di pinggiran pintu akses masuk stadion yang terbuat dari kisi-kisi besi setinggi lebih kurang 3 meter.
Tak sedikit penonton yang berdiri di bangunan dan wadah penampungan air yang berada di sekitar stadion.
Warga Banda Aceh Ridha Azka (23), misalnya, rela berdesak-desakan untuk melihat secara langsung aksi pemain tuan rumah. Menurut Ridha, PON adalah momentum yang tidak bisa dilewatkan. Katanya, baru kali ini ada pesta olahraga di kampung halamannya.
Maka itu, apa pun tantangannya, Ridha berjuang untuk bisa merasakan langsung pengalaman terlibat dalam ajang tersebut.
”Seperti slogan Persiraja Banda Aceh, pokoknya lantak laju. Baik penonton, tim, maupun atlet perseorangan Aceh, semuanya harus hantam terus menyukseskan dan berprestasi di PON kali ini,” ucap Ridha sehabis laga yang dimenangi Aceh dengan skor 3-2.
Persiraja adalah tim lokal yang berlaga di Liga 1, kompetisi sepak bola utama negeri ini.
Seperti slogan Persiraja Banda Aceh, pokoknya ’lantak laju’. Baik penonton, tim, maupun atlet perseorangan Aceh, semuanya harus hantam terus menyukseskan dan berprestasi di PON kali ini.
Bahkan, antusias masyarakat menyaksikan laga itu tidak pernah terjadi dalam laga-laga klub lokal kesayangan, Persiraja.
Hal itu tidak lepas dari kerinduan masyarakat merasakan atmosfer ajang multicabang skala nasional yang baru kali ini diselenggarakan di sana.
Pelatih tim sepak bola PON Aceh, Rasiman, dalam konferensi pers seusai laga mengatakan, antusiasme masyarakat Aceh terhadap olahraga, khususnya sepak bola, tidak perlu diragukan lagi. Sebagai contoh, sejak melakukan pemusatan latihan di Kota Sigli, Kabupaten Pidie, warga selalu memadati stadion tempat tim Aceh berlatih.
Hal itu meruntuhkan keraguan Rasiman mengenai dunia olahraga Aceh. Sebelumnya, dia agak skeptis alias ragu dengan dukungan masyarakat, baik warga maupun pemerintahnya. Ternyata, dukungan yang diberikan masyarakat Aceh melebihi ekspektasinya.
Dukungan besar itu menjadi kunci kemenangan Aceh atas Banten, sekaligus diyakini akan menjadi modal berharga untuk prestasi kontingen Aceh dalam PON kali ini.
”Minat orang Aceh terhadap olahraga tidak perlu diragukan. Saya tidak menemukan pengalaman seperti ini di tempat lain. Saya pernah melatih di banyak tempat, Jawa dan Malaysia, tetapi tidak ada masyarakat yang peduli dengan sepak bola daerahnya melebihi orang-orang Aceh,” ungkapnya.
Suasana magis saat arena pertandingan penuh tampak juga di cabang olahraga angkat besi yang dilangsungkan di GOR Angkat Besi, Kompleks Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Rabu.
GOR Berkapasitas sedikitnya 200 orang itu penuh sesak. Tidak hanya di tribune, tetapi hingga berjubel di depan panggung lifter.
Penonton yang sebagian besar masyarakat setempat tidak hanya mendukung lifter tuan rumah. Mereka turut mengapresiasi lifter-lifter terbaik nasional asal daerah lain.
Saat lifter pelatnas yang membela Papua, Ricko Saputra, mampu memecahkan rekor PON untuk angkatan snatch, cleanandjerk, dan total angkatan kelas 61 kilogram, penonton bersorak dan memberikan tepuk tangan meriah.
Warga Desa Lampakuk, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Irham (29), menjadi salah satu penonton yang larut dalam persaingan para lifter kelas 61 kg. Itu adalah pengalaman pertama Irham menyaksikan pertandingan angkat besi.
”Mumpung ada PON. Ini kesempatan saya bisa mengenal cabang olahraga yang tidak pernah saya tonton, antara lain angkat besi. Kesempatan seperti ini belum tentu datang dua kali di Aceh, setidaknya dalam waktu dekat,” ujar Irham.
PON bukan hanya pestanya para atlet terbaik Indonesia dalam merebut prestasi tertinggi. Ajang olahraga yang dimulai sejak 1948 ini turut menjadi pestanya masyarakat.
Mereka jadi saksi sekaligus memberikan dukungan terbaik untuk para pejuang olahraga. Kesempatan itulah yang tidak mau disia-siakan oleh masyarakat ”Tanah Rencong”.