Fikri/Daniel dan Leo/Bagas akan melanjutkan turnamen di Hongkong dan China. Target tahun ini adalah tampil konsisten.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bermain dengan formasi pasangan baru memberi hasil baik pada dua turnamen awal yang diikuti Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin dan Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana. Hingga akhir 2024, ganda putra pelatnas bulu tangkis itu akan memanfaatkan setiap turnamen untuk semakin konsisten dan mendapat banyak poin untuk menaikkan peringkat.
Fikri/Daniel dan Leo/Bagas merupakan ganda baru hasil perombakan dari formasi lama, yaitu Fikri/Bagas dan Leo/Daniel. Kedua pasangan itu berpartner sejak 2018 hingga akhirnya diputuskan berganti pasangan setelah Olimpiade Paris 2024.
Tim pelatih ganda putra Indonesia, yang dipimpin Aryono Miranat, merancang formasi tersebut sebagai bagian dari penyegaran dengan target Olimpiade Los Angeles 2028. Apalagi, Fikri/Bagas dan Leo/Daniel mendapat hasil yang tidak konsisten pada tahun ini.
Dalam dua turnamen awal BWF World Tour, yaitu Jepang Terbuka Super 750 dan Korea Terbuka Super 500 selama dua pekan beruntun sejak 20 Agustus, Fikri/Daniel bertahan hingga semifinal. Adapun Leo/Bagas mendapatkan gelar juara dari Korea Terbuka seusai mencapai hasil semifinal di Jepang.
Setelah absen pada turnamen Taiwan Terbuka Super 300, pekan ini, mereka akan bersaing kembali dalam rangkaian tur di Asia, yaitu di Hongkong Terbuka Super 500 (10-15 September) dan China Terbuka Super 1000 (17-22 September). Fikri/Daniel dan Leo/Bagas mempersiapkan diri kembali dalam latihan di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta.
Pada Rabu (4/9/2024), mereka berlatih bersama skuad ganda putra, seperti Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan pemain non-pelatnas yang mengikuti latihan di Cipayung, Sabar Karyaman Gutama/Mohammad Reza Pahlevi Isfahani.
Tantangan di Hongkong dan China Terbuka akan lebih berat karena diikuti pemain-pemain top dunia yang absen di Jepang dan Korea Terbuka, seperti Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark) dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia). Ada pula Liang Wei Keng/Wang Chang (China) dan Chirag Shetty/Satwiksairaj Rankireddy (India) yang hanya turun di India Terbuka.
Fikri/Daniel dan Leo/Bagas harus tetap beradaptasi dengan pasangan masing-masing dalam pertandingan.
Daniel akan menggunakan kesempatan itu untuk menguji dirinya dalam level persaingan lebih tinggi. ”Dengan kesempatan ini, saya ingin menguji diri sendiri untuk mencapai target, terbiasa berada dalam tekanan, dan bisa mengatasinya. Targetnya adalah tampil konsisten dengan tampil di semifinal, final, atau juara. Kami pasti ingin hasil terbaik, tetapi semua ada prosesnya karena saya tidak ingin juara, lalu tiba-tiba anjlok,” ujar Daniel.
Fikri mengatakan, target yang lebih spesifik dengan performa yang konsisten, yaitu menaikkan posisi dalam peringkat dunia, adalah agar bisa langsung mendapat tempat pada babak utama turnamen Super 500 ke atas. ”Tujuan akhirnya tentu untuk Olimpiade 2028. Itu bisa didapat jika kami tampil konsisten,” ujar Fikri.
Dari hasil Jepang dan Korea Terbuka, berdasarkan daftar peringkat dunia yang terakhir kali dikeluarkan BWF pada 3 September, Fikri/Daniel berada di posisi ke-102, sementara Leo/Bagas ke-89. Dengan jumlah 32 pasangan pada babak utama ajang Super 500 ke atas, mereka minimal harus berada pada ranking 30 besar dunia. Jika tak bisa mendapat tempat otomatis ke babak utama, mereka harus melalui babak kualifikasi lebih dulu yang hanya ada pada turnamen Super 500 ke bawah.
Adaptasi kebiasaan
Walaupun telah terbiasa berganti pasangan dalam latihan di pelatnas, seperti yang dilakukan pada Rabu, Fikri/Daniel dan Leo/Bagas harus tetap beradaptasi dengan pasangan masing-masing dalam pertandingan. Hal ini karena gaya bermain setiap orang berbeda.
Bagas bercerita, meskipun Fikri dan Daniel sama-sama berperan sebagai pemain depan dengan tugas mengatur serangan, kedua temannya itu memiliki gaya berbeda. ”Fikri bermain dengan laju yang lebih cepat dibandingkan Leo. Saya pun harus beradaptasi dengan gaya bermain Leo, demikian pula sebaliknya, untuk mendapat keseimbangan kecepatan di antara kami,” tutur Bagas.
Sebagai perbandingan, Hendra Setiawan dan Kevin Sanjaya Sukamuljo pun memiliki gaya berbeda meski berperan sebagai pengatur serangan. Kevin terkenal dengan gerakannya yang begitu cepat, sedangkan Hendra memiliki laju lebih pelan, tetapi dengan penempatan pukulan yang mematikan.
”Ada pula kebiasaan lain yang berbeda. Misalnya, saya biasanya mengandalkan Fikri untuk mengembalikan pukulan tertentu. Akan tetapi, karena Leo memiliki gaya berbeda, saya yang harus mengambilnya. Namun, lama-lama kami sudah saling terbiasa dengan gaya masing-masing,” tutur Bagas.
Adaptasi juga dilakukan di luar lapangan terkait dengan karakter personal masing-masing. Fikri bercerita, dia memiliki partner (Bagas dan Daniel) dengan sifat yang tak terlalu berbeda, yaitu pendiam. Sebaliknya, kali ini, Daniel berpartner dengan Fikri yang lebih ekstrovert.
Meskipun setiap pemain tak pernah ikut campur dalam urusan masing-masing di luar lapangan, mereka tetap harus membiasakan diri dengan karakter personal itu, apalagi setiap pasangan harus satu kamar saat menjalani turnamen internasional. Pemahaman karakter masing-masing juga diperlukan ketika berkomunikasi di lapangan.
Pemain muda ganda campuran, Jafar Hidayatullah, mengakui bahwa dirinya pendiam. Untuk itu, ketika bermain bersama pasangan baru, Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu, dia lebih senang jika partnernya tersebut membuka komunikasi terlebih dulu.
Jafar/Felisha menjalani debut sebagai pasangan pada dua pekan lalu dalam turnamen di Pekanbaru, Riau. Mereka menjuarai dua turnamen beruntun, yaitu Indonesia International Challenge dan Indonesia Masters Super 100.