Kata menyerah tidak ada dalam kamus hidup Ni Nengah Widiasih. Sesakit apa pun bahunya, dia tidak mau mundur.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA DARI PARIS, PERANCIS
·3 menit baca
PARIS, KOMPAS — Angkatan lifter kelas 41 kilogram, Ni Nengah Widiasih, di La Chapelle Arena, Paris, Perancis, Rabu (4/9/2024), adalah upaya terbaik yang mampu dilakukannya dalam kondisi fisik dan psikis tidak sempurna. Lifter asal Karangasem, Bali, itu masih berdukacita karena ibunya belum lama meninggal dunia. Saat berjuang demi ”Merah Putih” di Paris, cedera pada bahunya pun belum sembuh.
Masih dalam suasana duka, lifter yang biasa disapa Widi itu tidak mau melupakan tanggung jawabnya sebagai atlet pelatnas Paralimpiade Paris 2024. Dia tetap berlatih bersama dua lifter putri yang lolos ke Paris, yaitu Siti Mahmudah (kelas 79 kg) dan Sriyanti (kelas +86 kg), di Hotel Sahid Prince, Surakarta, Jawa Tengah. Di salah satu ruangan hotel tersebut yang diubah menjadi sasana kebugaran itu, tiga lifter putri tersebut digembleng untuk persiapan ke Paralimpiade Paris.
Pada final di La Chapelle Arena, dalam ajang Paralimpiade Paris 2024, Widi memasang beban seberat 101 kg pada angkatan pertama. Namun, dia gagal melakukan angkatan itu. Sebelum melakukan angkatan kedua, Widi memejamkan mata sambil menengadahkan kepalanya sebelum berbaring di atas bench press. ”Yaappp!” teriak Widi seusai bisa mengangkat beban seberat 101 kg itu pada angkatan kedua.
Pada angkatan ketiga atau terakhir, Widi menaikkan beban menjadi 106 kg. Angkatan terakhir ini menjadi ”perjudian” bagi Widi. Jika berhasil melakukan angkatan tersebut, dia memperbesar peluangnya meraih medali perunggu.
Sebelum melakukan angkatan pamungkas, Widi menutup mata dan menarik napas dalam-dalam. Namun, Widi gagal melakukan angkatan ketiga. Dia pun menduduki peringkat kelima dengan angkatan 101 kg.
Jika dilihat dari angkatan, Widi sesungguhnya mengalami peningkatan. Widi meraih medali perak Paralimpiade Tokyo 2020 kelas 41 kg dengan angkatan 98 kg dan merebut perunggu Paralimpiade Rio 2016 dengan angkatan 95 kg. Saat berlomba di level Asia, yaitu Asian Para Games Hangzhou 2022 yang diselenggarakan pada 2023, Widi meraih perak kelas 45 kg dengan angkatan 98 kg.
Medali emas menjadi milik lifter China, Cui Zhe, yang memecahkan rekor Paralimpiade dengan angkatan 119 kg. Medali perak diraih lifter Nigeria, Esther Nworgu (118 kg), sementara perunggu direbut lifter Brasil, Lara A de Lima (109 kg).
Saat ditemui Kompas di zona campuran, Widi tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Padahal, sehari-harinya, ia adalah sosok yang ramah dan selalu riang. ”Mohon maaf kali ini belum bisa membawa pulang medali di Paralimpiade keempat saya. Saya sudah berjuang semaksimal mungkin, dengan sekuat tenaga. Terima kasih semua atas doanya,” ujar Widi seraya menahan tangis.
Widi, yang pertama kali tampil di Paralimpiade pada edisi London 2012, mengatakan, angkatan pertama seberat 101 kg itu memang strateginya. Kemudian, pada angkatan ketiga, dia memilih beban 106 kg karena peluangnya 50 berbanding 50 dengan lifter Brasil.
”Saya mencoba peruntungan di sana, tapi Tuhan berkehendak lain. Saya sudah berjuang dengan maksimal dengan segala kondisi,” ucapnya kemudian.
Menurut Widi, persiapan sebelum ke Paris lancar, tetapi dia sedang dihantui cedera di bahu. Namun, Widi tidak mau menggunakan cedera sebagai alasan kekalahannya pada hari itu.
”Cedera masih terasa (sakit). Beberapa bulan lalu, sobek di tendon dan menyebar di dua bahu karena posisi scapula tidak benar. Harapannya, setelah ini, saya bisa (ikut) pemulihan lebih baik lagi,” katanya.
Eko Supriyanto, pelatih angkat berat Indonesia, juga menyampaikan maaf melalui pesan tertulis karena belum berhasil menyumbangkan medali. Eko sebelumnya sudah mengatakan bahwa peluang angkat berat Indonesia meraih medali hampir mustahil.
Sementara dari cabang boccia, tiga serangkai Indonesia, yakni Felix Ardi Yudha, M Afrizal Syafa, dan Gischa Zayana, lolos ke semifinal nomor tim campuran BC1/BC2 di South Paris Arena, Rabu. Trio Indonesia mengalahkan trio Inggris, 3-0, melalui babak tie-break setelah pertandingan dalam 6 babak berakhir imbang, 7-7. Babak semifinal antara Indonesia dan Jepang berlangsung Rabu pukul 17.00 waktu Paris atau pukul 22.00 WIB.