Hikmat/Ratri Sumbangkan Emas Pertama di Paralimpiade Paris 2024
Bulu tangkis menyumbangkan emas pertama di Paralimpiade Paris melalui pasangan baru Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·2 menit baca
PARIS, KOMPAS — Cabang bulu tangkis mengakhiri penantian medali emas pada Senin (1/9/2024) pagi waktu Paris di La Chapelle Arena, Paris, Perancis. Indonesia meraih emas pertama setelah pertandingan all Indonesian final di nomor ganda campuran klasifikasi SL3-SU5 (gabungan pemain dengan keterbatasan gerak pada sebelah tangan dan kaki) antara Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila melawan Fredy Setiawan/Khalimatus Sadiyah dengan skor 21-16, 21-15.
Dengan hasil dari cabang bulu tangkis tersebut, Indonesia telah mendapat 1 medali emas, 4 perak, dan 2 perunggu pada ajang Paralimpiade Paris yang dibuka pada 28 Agustus 2024.
Hikmat/Ratri yang merupakan pasangan baru masih sulit ditaklukkan oleh Fredy/Khalimatus yang sudah lebih lama berpasangan. Namun, Ratri yang pernah meraih dua medali emas pada Paralimpiade Tokyo 2020 mampu menjadi mentor yang baik bagi Hikmat. Tenaga Hikmat yang masih prima dikombinasikan dengan pengalaman Ratri menjadikan mereka duet andalan ”Merah Putih”.
Pada setengah gim pertama, Hikmat/Ratri sudah memimpin laga dengan skor 11-8. Pasangan Fredy/Khalimatus yang sebelumnya telah berjanji akan bermain habis-habisan secara perlahan dapat memangkas ketinggalan skor. Bahkan Fredy/Khalimatus mampu menambah hingga 6 poin dari ketinggalan 18-10 menjadi 21-16 pada akhir gim pertama.
Perlawanan Fredy/Khalimatus mengendur pada gim kedua dengan skor 11-7 untuk keunggulan Hikmat/Ratri saat setengah gim kedua. Hikmat/Ratri mengakhiri laga di antara dua pasang pemain pelatnas itu dengan skor 21-15 dalam pertandingan selama 24 menit.
Setelah pertandingan, para pemain Indonesia melakukan selebrasi dengan caranya masing-masing. Ratri dan Khalimatus saling berpelukan dan menangis. Mereka memang bersahabat sehingga sebenarnya merasa berat harus saling mengalahkan di lapangan. Sementara Hikmat bersujud di lapangan. Fredy dan Hikmat kemudian berkeliling lapangan sambil membawa bendera Merah Putih.
Saat menunggu wawancara di mixed zone, Ratri dan Hikmat tampak emosional. Keduanya mengucurkan air mata. Mereka bahagia dapat mengibarkan bendera Merah Putih di Paris, tetapi ada kesedihan karena melawan rekan senegara dan satu pelatnas.
Sementara itu, dalam pertandingan final sebelumnya, Qonitah Ikhtiar Syakuroh mendapatkan medali perak dalam pertandingan final tunggal putri klasifikasi SL3. Qonitah harus mengakui keunggulan pebulu tangkis China, Xiao Xuzian, 21-14, 20-22, setelah saling beradu pukulan raket selama 39 menit.
Tambahan medali perunggu disumbangkan oleh ganda campuran klasifikasi SH6, Subhan/Rina Marlina, yang mengalahkan wakil India, Sivarajan Solaimalai/Nitya Sre Sumathy Sivan, dengan skor 21-17, 21-12 dalam pertandingan yang berlangsung selama 39 menit.
”Bangga, senang, bahagia. Mungkin kalau lawan beda negara kita (main) lebih lepas. Apalagi di Paralimpiade Paris tidak ada pertandingan ganda putri. Biasanya saya sering main di ganda bareng Khalimatus, sekarang jadi lawan,” kata Ratri setelah pertandingan. Air mata tampak masih bercucuran dari kedua matanya dan suaranya pun terbata-bata.
”Alhamdulillah bersyukur. Saya enggak nyangka. Saya senang banget, tapi tadi saya rasa kurang maksimal, mainnya enggak lepas, mungkin karena sesama Indonesia. Biasanya saya suka teriak-teriak, tadi (mainnya) enggak lepas banget,” ujar Hikmat dengan mata berkaca-kaca setelah menangis.