Evi Targetkan Pemecahan Rekornya Sendiri di Paralimpiade Paris 2024
Sprinter Karisma Evi masih penasaran dengan catatan waktunya. Dia ingin tampil lebih baik di Paralimpiade Paris.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA DARI PARIS, PERANCIS
·3 menit baca
PARIS, KOMPAS — Sprinter Karisma Evi Tiarani masih ingin memperbaiki catatan waktunya di Paralimpiade Paris 2024 setelah meraih medali emas 100 meter putri dari Kejuaraan Dunia Para Atletik (World Para Athletics Championships) di Universiade Memorial Stadium, Kobe, Jepang, Mei 2024.
Adapun catatan waktu yang diraih Evi di Kobe adalah 14,65 detik. Evi menargetkan dapat memperbaiki catatan waktu terbaiknya, yaitu 14,36 detik yang diukirnya di Asian Paragames Hangzhou 2022. Saat itu Evi berhasil merebut medali perak.
”Targetnya harus lebih baik dari itu (Hangzhou),” kata Evi saat ditemui Kompas seusai latihan pagi di lapangan Ville De Saint-Ouen, Paris, Sabtu (24/8/2024).
Di Paris, Evi akan berlomba di nomor 100 meter putri klasifikasi T63. Klasifikasi cabang atletik nomor lintasan di Paralimpiade Paris menggabungkan klasifikasi T42 (keterbatasan gerak pada kaki) dan T63 (menggunakan prostetik atau kaki palsu).
Saingan terberat Evi di Paris adalah tiga pelari Italia, yaitu Ambara Sabatini, Martina Caironi, dan Monica Graziana Contrafatto, yang ketiganya menggunakan prostetik di salah satu kaki. Mereka menguasai medali emas, perak, dan perunggu pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Sprinter asal Boyolali, Jawa Tengah, itu mengatakan, secara pribadi, dia berharap di Paralimpiade Paris perlombaan nomor 100 meter putri klasifikasi T63 dan T42 dipisahkan.
”Harapan saya bisa dipisah karena bagaimanapun kami merasa tidak adil, tapi kami hanya bisa menerima. Tidak adil karena klasifikasinya saja sudah berbeda. Namun, karena itu sudah jadi peraturan, berarti menurut panitia sudah adil,” kata Evi.
Evi mengungkapkan, pemakaian prostetik tidak selalu menguntungkan karena di beberapa kesempatan lomba, atlet yang memakai prostetik tidak secepat pelari tanpa prostetik. Meskipun demikian, Evi secara pribadi berharap bisa bertanding di nomornya sendiri, yaitu T42.
Mengenai latihan selama di Paris, Evi mengatakan, proses adaptasi terus dilakukan karena angin yang lebih kencang daripada di Indonesia. Namun, tim atletik belum sempat merasakan latihan di lokasi perlombaan, yaitu di Stadion Stade de France, Paris.
”Karena latihan bukan di tempat lomba sebenarnya, jadi kurang punya gambaran karena berbeda dengan tempat lomba. Tetapi, harus bisa beradaptasi, apalagi tempat latihan di Indonesia mirip tempat latihan di sini,” ujarnya.
Sementara itu, sprinter Saptoyogo Purnomo yang akan bertanding di nomor 100 meter dan 200 meter klasifikasi T37 (keterbatasan gerak pada sebelah tangan atau kaki) menuturkan, persiapannya di Paris sudah semakin membaik. Sebelum berangkat, sprinter yang biasa disapa Yogo itu melakukan tes lari 100 meter dengan catatan waktu mendekati catatan terbaiknya. Dia juga berharap dapat memecahkan rekornya sendiri di Paris.
Menurut Saptoyogo, pada latihan hari Sabtu tersebut para atlet hanya melakukan latihan ringan karena perlombaan tinggal beberapa hari lagi. Saat latihan, Yogo juga bertemu dengan beberapa atlet yang akan menjadi lawannya nanti.
”Tadi ada atlet dari Ukraina, juga dari Kolombia. Sementara yang terkuat dari Brasil dan juga Rusia. Kalau melihat calon lawan berlatih justru membuat saya tidak terlalu tegang dan semakin semangat. Kalau tidak melihat mereka latihan, malah bikin penasaran,” ujarnya.
Pelatih atletik Purwo Adi Sanyoto menuturkan, target dari atletik adalah satu keping perunggu. Namun, Purwo tidak mau menyebutkan nama atlet yang dibebani target tersebut. ”Itu target realistis (bagi atletik) untuk meraih satu perunggu,” kata Purwo.
Purwo menambahkan, mereka sudah dua hari melakukan penyesuaian dengan lapangan dan atlet sudah menemukan ritme dan feel latihan. Atlet juga menikmati suasana Paris serta suasana latihan dan perkampungan atlet. Mereka sudah siap berlomba pada hari pertama perlombaan atletik yang dimulai tanggal 30 Agustus.
”Tanggal 29 Agustus kami akan latihan sekali di lokasi perlombaan (Stadion Stade de France). Lebih menguntungkan kalau bisa mencoba venue tempat bertanding,” ujarnya.