Seusai ”Lompati” LeBron, Yabusele ”Terbang” ke NBA
Seminggu seusai aksi ”melompati” LeBron James, pemain timnas Perancis Guerschon Yabusele dikontrak klub NBA, 76ers.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
PHILADELPHIA, SENIN — Bukan Stephen Curry atau LeBron James, sosok pebasket yang paling dikagumi di Olimpiade Paris 2024, melainkan pemain andalan tuan rumah Perancis, Guerschon Yabusele. Setelah mencuri perhatian di Olimpiade, Yabusele mendapatkan kontrak berdurasi setahun dari klub NBA, Philadelphia 76ers.
Aksi terbaik Yabusele dilakukan saat laga final versus tim adidaya Amerika Serikat, Minggu (11/8/2024). Dia berlari ke arah James, lalu melakukan dunk eksplosif tepat di depan pemain berjuluk ”raja” itu. Posisi lututnya sejajar dengan wajah James. Dia masih bisa menggapai keranjang dengan posisi tubuh diagonal.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Belasan ribu penonton terkesima. Tak hanya aksi itu, Yabusele juga menjadi salah satu penampil terbaik dalam partai puncak dengan sumbangan 20 poin. Walaupun tuan rumah kalah 87-98, Yabusele tetap dielu-elukan seisi Stadion Bercy. Para pendukung kompak bersorak untuk dia saat penyerahan medali, ”MVP… MVP….”
Hanya sekitar seminggu berselang, forward 28 tahun itu dikabarkan bergabung dengan 76ers untuk musim 2024-2025. Yabusele akan kembali ke NBA setelah hanya bermain selama dua musim di Boston Celtics pada 2017-2019. Adapun dia diambil Celtics di urutan ke-16 dalam Draft NBA 2016.
Urutan draft cukup tinggi memperlihatkan potensi besar Yabusele. Namun, dia gagal mencuri perhatian pada dua musim awal. Dia mencatat 74 penampilan dengan rerata sumbangan 2,3 poin dan 1,4 rebound. Setelah terdepak dari NBA, Yabusele bertualang di beberapa liga, termasuk bergabung dengan klub Spanyol, Real Madrid.
Yabusele tidak membenci NBA walaupun kesempatan pertama tidak berjalan sesuai keinginan. Dia terus bermimpi bisa tampil lagi di liga paling kompetitif sedunia tersebut. Terbukti dari ungkapannya seusai laga perebutan emas Olimpiade. ”Sudah menunggu kesempatan kedua (di NBA). Saya siap,” tulisnya lewat media sosial X.
Mimpi besar itu pula yang membuat Yabusele rela keluar dari zona nyaman. Dia harus menyelesaikan klausul kontrak pelepasan sebesar 2,5 juta dollar AS (Rp 38,8 miliar) dengan Madrid. Sebesar 850.000 dollar AS (Rp 13,2 miliar) ditanggung 76ers. Sisanya mesti diselesaikan sang olimpian bersama Madrid.
Belum lagi, pebasket bertubuh gempal dengan tinggi 2,03 meter itu sudah menjadi idola publik Madrid. Dia sudah tiga musim bermain untuk tim raksasa Spanyol tersebut. Salah satu prestasi terbaiknya adalah mengantar Madrid berjaya di EuroLeague 2023.
Sudah saatnya Yabusele mencoba peruntungan lagi di NBA. Rekannya di timnas, Evan Fournier, menilai, Yabusele punya segalanya untuk bersaing dengan para pemain terbaik. Selain di final Olimpiade, dia juga sudah membuktikannya saat berhadapan dengan tim besar seperti Kanada (22 poin) dan Jerman (17 poin).
Sudah menunggu kesempatan kedua. Saya siap.
”Guersch adalah kekuatan dominan di (area) dalam. Dia bisa menembak dari luar dan dalam. Dia adalah jantung tim kami dalam dua pertandingan terakhir (perempat final dan semifinal). Dia pendek untuk posisinya, tetapi sangat kuat. Anda tidak bisa membuatnya bergerak,” kata Fournier yang merupakan guard veteran NBA.
Yabusele berkata, ia bisa tampil bagus di Olimpiade karena dukungan belasan ribu penonton dan ”kebencian” terhadap tim AS. ”Saya ingin mengalahkan tim AS. Bahkan, media lokal kami pun berbicara lebih banyak tentang mereka dibandingkan kami,” ujarnya sebelum laga final Olimpiade.
Amarah tersebut yang akan dibawanya ke NBA. Dia datang dengan misi pembuktian, para pemain di luar NBA juga bisa bersaing. Mereka hanya tidak diberikan cukup kesempatan. ”Saya merasa masih muda dan baik-baik saja. Masih banyak energi dalam diri saya,” pungkasnya terkait usia yang hampir mencapai kepala tiga.
Peluang Yabusele masuk ke dalam rencana utama 76ers pada musim depan terbilang besar. Pelatih kepala Nick Nurse belum memiliki pemain cadangan di posisi power forward untuk melapisi Caleb Martin. Yabusele bisa mendapatkan menit bermain cukup banyak, terutama saat musim reguler.
Meskipun begitu, kedatangan Yabusele berpotensi menciptakan drama baru di tubuh 76ers. Hubungan para pemain dan publik Perancis dengan center 76ers, Joel Embiid, tampak tidak baik selama Olimpiade. Embiid memberikan harapan palsu untuk Perancis jelang Olimpiade dan lebih memilih berseragam AS.
Perang urat saraf pun terjadi selama partai final. Banyak kontak fisik tidak wajar yang terjadi antara Yabusele dan rekan-rekan dengan Embiid. Para penonton juga terus mencemooh sang center setiap memegang bola. Embiid membalas dengan gestur mengayunkan tangan ke tribune, seolah meminta dicemooh lebih keras. (AP/REUTERS)