Bagaimana Evaluasi Tim Olimpiade Indonesia?
Meraih dua medali emas adalah prestasi tertinggi Indonesia di Olimpiade sejak 1992, tetapi ada medali yang terlewatkan.
Apa yang dapat dipelajari dari artikel ini?
- Bagaimana kinerja dan peluang tim angkat besi?
- Apa pencapaian tim panjat tebing?
- Bagaimana pencapaian tim bulu tangkis?
- Bagaimana pencapaian tim panahan?
- Bagaimana pencapaian cabang olahraga lainnya?
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Tim Indonesia meraih dua medali emas dari panjat tebing dan angkat besi, serta satu perunggu dari bulu tangkis pada Olimpiade Paris 2024. Kontingen Merah Putih masih berpeluang merebut satu medali lagi dari angkat besi yang berlaga pada pengujung Olimpiade Paris.
Raihan medali ini merupakan yang terbaik bagi Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992. Namun, jika dibedah per cabang, apakah hasil ini sesuai target tertinggi masing-masing federasi?
Bagaimana kinerja dan peluang tim angkat besi?
Tim angkat besi mencapai prestasi tertinggi sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Olimpiade. Tim angkat besi mulai meraih medali sejak Olimpiade Sydney 2000, tetapi hanya terbatas medali perak dan perunggu.
Medali emas yang diraih Rizki Juniansyah menjebol batasan psikologis yang selama ini selalu mengganggu tim angkat besi Indonesia. Prestasi yang diraih berkat latihan keras dan perbaikan terus-menerus itu menjadi contoh bagi cabang-cabang lain agar terus memperbaiki diri untuk merebut medali emas Olimpiade.
Baca juga: Rezeki Emas Rizki Juniansyah
Baca juga: Raih Emas Angkat Besi Olimpiade Paris, Rizki Juniansyah Akhiri Dominasi Sang Idola
Angkat besi masih berpeluang menambah medali melalui Nurul Akmal yang berlomba pada kelas 81+ kilogram putri pada Minggu (11/8/2024) pukul 15.30 WIB. Persaingan berat akan dihadapi Amel, nama panggilan Nurul, karena ada enam lifter lain yang memiliki catatan angkatan lebih baik daripada dirinya.
Namun, dalam sebuah perlombaan, apa pun masih bisa terjadi. Jika Amel tampil sempurna, bertekad kuat, dan mendapatkan tambahan keberuntungan, dia masih dapat menambah pundi-pundi medali bagi Indonesia.
Baca juga: Mimpi Nurul Akmal Jaga Legasi Lifter Putri di Olimpiade
Sementara itu, kegagalan Eko Yuli Irawan menambah medali sempat membuat sedih tim angkat besi Indonesia karena dia juga ditargetkan meraih medali. Lifter senior yang tidak pernah gagal meraih medali Olimpiade itu mengalami cedera kaki yang membuatnya tidak bisa menyelesaikan lomba pada kategori clean and jerk.
Kini, tim angkat besi Indonesia harus menyiapkan regenerasi untuk menggantikan Eko Yuli yang sudah berusia 35 tahun dan menyiapkan lifter-lifter lain di semua kelas putra-putri agar lebih banyak yang bisa tampil di Olimpiade dan menambah raihan medali emas pada beberapa Olimpiade mendatang.
Baca juga: Cedera Halangi Misi Mulia Eko Yuli
Baca juga: 48 Jam Penderitaan Eko Yuli Irawan
Apa pencapaian tim panjat tebing?
Tim panjat tebing Indonesia tampil sensasional dengan merebut satu medali emas melalui Veddriq Leonardo pada nomor speed putra. Nomor itu baru pertama kali diperlombakan di Olimpiade dan Indonesia langsung menjuarainya.
Medali emas dari Veddriq terasa lebih istimewa lagi karena menjadi medali emas pertama Indonesia di luar cabang bulu tangkis dan medali emas pertama pada Olimpiade Paris 2024 di tengah seretnya keran medali Indonesia. Kemenangan Veddriq di final dengan selisih 0,02 detik menjadi sensasi bagi penggemar olahraga Tanah Air dan meningkatkan gairah para penggemar panjat tebing.
Baca juga: Empat Detik Veddriq untuk Selamanya
Baca juga: Andai Saat Itu Veddriq Leonardo Memilih Berhenti Memanjat...
Cabang panjat tebing sebenarnya mendapat target tinggi, yaitu meraih lebih dari satu emas. Target tambahan itu dibebankan pada nomor speed putri. Atlet putri Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Sallsabillah sudah berhasil menembus babak perempat final dan di jalur yang sama jika keduanya lolos ke semifinal sehingga bakal bisa mengamankan setidaknya satu perak.
Billah, nama panggilan Rajiah, berhasil lolos ke semifinal, tetapi Desak Made gagal. Di semifinal, Billah kalah dan kembali kalah pada perebutan medali perunggu. Hal itu yang membuat tim panjat tebing gagal menambah pundi-pundi medali dari sektor putri.
Baca juga: Enam Detik Berharga dalam ”Drama” Desak Made Rita Kusuma Dewi
Baca juga: Ujung Kuku Pemisah Tawa Desak dan Rajiah
Keberhasilan dan kegagalan tim panjat tebing harus menjadi pemacu bagi federasi untuk terus mendorong para atlet mereka mencapai prestasi tertinggi. Selain itu, Federasi Panjat tebing Indonesia juga harus mencetak atlet untuk disiplin lead dan boulder agar dapat menambah potensi meraih medali.
Baca juga: Tidak Ada Kata Menyerah dalam Kamus Rajiah Sallsabillah
Bagaimana pencapaian tim bulu tangkis?
Tim bulu tangkis Indonesia hanya meraih medali perunggu pada Olimpiade Paris 2024 melalui tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung. Raihan itu merupakan yang terburuk sejak Olimpiade London 2012, yang kala itu tidak menyumbang satu keping medali pun.
Gregoria tampil luar biasa dan mampu mengatasi hambatan psikologis yang selama ini menghalanginya mencapai prestasi tertinggi. Atlet asal Wonogiri, Jawa Tengah, itu menembus semifinal, tetapi gagal mengalahkan An Se-young dari Korea Selatan. Gregoria meraih perunggu secara otomatis karena Carolina Marin dari Spanyol cedera dan absen dari perebutan tempat ketiga.
Baca juga: Gregoria, Sang Primadona Bulu Tangkis
Baca juga: Sportivitas Gregoria Menyala, Melampaui Segalanya
Baca juga: Marin Cedera, Gregoria Meraih Medali Perunggu Olimpiade
Tim badminton sebenarnya ditargetkan meraih medali emas, baik melalui tunggal putra maupun ganda putra, tetapi mereka gagal mencapainya. Tunggal putra yang diwakili Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting gagal lolos dari fase grup. Ganda putra yang diwakili Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga kandas di perempat final.
Gejala kegagalan mereka sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun 2024 dengan penampilan semua atlet yang tidak konsisten dan jarang meraih pretasi tinggi. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia sebagai federasi harus berbenah dan mempercepat regenerasi agar kegagalan itu tidak terulang pada Olimpiade mendatang.
Baca juga: Anthony Ginting Tersingkir, Tunggal Putra Indonesia Berakhir Getir
Baca juga: Di Paris, Jonatan Christie Kehilangan ”Dirinya”
Baca juga: Fajar/Rian Tersandera Layaknya Atlas
Bagaimana pencapaian tim panahan?
Tim panahan gagal mengulang prestasi pada Olimpiade Seoul 1988 yang merebut medali perak kala itu. Atlet panahan andalan Indonesia, Diananda Choirunisa, berhasil menembus perempat final pada nomor perseorangan putri. Namun, langkahnya terganjal karena satu kesalahan pada saat kritis.
Seandainya berhasil ke semifinal, peluang Anis, nama panggilan Diananda, untuk meraih medali bakal lebih besar lagi. Sementara itu, tiga pemanah lainnya juga gagal meraih medali karena kalah dalam babak yang lebih rendah.
Baca juga: Bernapaslah, Diananda Choirunisa…
Baca juga: Panah-panah Cinta Diananda
Indonesia perlu lebih intensif dan lebih lama belajar dari Korea Selatan yang menyapu bersih lima medali emas panahan pada Olimpiade Paris. Korea Selatan tidak hanya luar biasa pada Olimpiade kali ini. Mereka selalu meraih medali emas panahan sejak Olimpiade Seoul 1988.
Bagaimana pencapaian cabang olahraga lainnya?
Atlet-atlet dari cabang-cabang atletik, renang, dayung, menembak, judo, dan balap sepeda juga sudah bekerja keras menampilkan performa terbaik mereka. Namun, mereka memang kalah kelas dibandingkan dengan para lawan yang berada dua tingkat di atas mereka.
Pelari Lalu Muhammad Zohri di nomor lari 100 meter tersisih sejak di babak heat atau penyisihan. Demikian juga perenang Joe Aditya dan Azzahra Permatahani yang tampil bagus di heat, tetapi gagal melaju karena catatan waktu mereka masih tertinggal jauh.
Baca juga: Zohri Masih Harus Terus Berlari Menggapai Impian
Baca juga: Perlawanan Keras Joe Kurniawan dan Azzahra Permatahani
Petembak Fathur Gustafian, pedayung La Memo, judoka Maryam March Maharani, dan pebalap sepeda Bernard van Aert juga terhenti di babak-babak awal. Indonesia perlu mendorong cabang-cabang tersebut agar mampu meraih hasil maksimal untuk meraih medali Olimpiade dan bukan sekadar menembus Olimpiade.
Baca juga: Maryam March Maharani, antara Jepang, Judo, dan Sensei
Baca juga: Pedayung La Memo Gagal Ulangi Awal Manis 8 Tahun Lalu
Baca juga: Gagal Menembus Final, Fathur Gustafian Masih Punya Kesempatan Kedua