Emas Olimpiade, Bukti Kerja Keras Veddriq Kalahkan Keterbatasan
Veddriq Leonardo mempersembahkan emas panjat tebing di Olimpiade Paris 2024. Ia meraih mimpi di tengah keterbatasan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·3 menit baca
Pasangan Sumaryanto (56) dan Rosita (52) tak kuasa menahan haru saat anak mereka, Veddriq Leonardo (27), mempersembahkan emas dari panjat tebing di Olimpiade Paris 2024, Kamis (8/8/2024). Veddriq membuktikan kerja keras adalah jembatan ampuh mewujudkan semua mimpi meski dihadang keterbatasan.
Lontong saus kacang tersaji dalam puluhan mangkuk di rumah Veddriq di Jalan Tanjung Harapan, Gang Harapan Nomor 38, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis malam. Rosita sengaja memasaknya untuk puluhan orang yang datang nonton bareng perjuangan anaknya berlaga di Perancis.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
”Saya tidak bisa mengungkapkan perasaan ini. Dari siang sambil masak, saya berdoa dan menangis agar anak saya bisa mengharumkan dan meraih emas bagi Indonesia,” ujar Rosita sembari menangis haru.
Rosita mengenang, menjadi juara Olimpiade adalah impian Veddriq, anak ketiga dari lima bersaudara, sejak lama. Bersama kerja keras, mimpi itu terus dipupuk Veddriq.
”Dia sering minta didoakan. Dua hari lalu, dia juga minta doa yang sama agar bisa meraih emas untuk Indonesia,” kata Rosita, ibu rumah tangga yang pernah bekerja sebagai penjaga anak hingga tukang cuci.
Menangis
Bakat memanjat Veddriq sudah terlihat sejak duduk di kelas 3 SD. Semua dia panjat. Salah satu yang tidak pernah lupa adalah kegemaran anaknya memanjat di dok kapal dekat rumah, lantas melompat ke Sungai Kapuas.
”Terkadang sampai benjol kepalanya karena memanjat,” kata Rosita mengingat masa kecil Veddriq.
Beranjak dewasa, bakatnya semakin terlihat. Mencoba beragam olahraga, Veddriq memilih panjat tebing saat duduk di bangku kelas II di SMAN 06 Pontianak.
Jejak prestasi Veddriq terpampang di dinding rumah mereka. Terdapat 11 medali dari kompetisi nasional ataupun internasional yang pernah diikuti Veddriq.
Meski begitu, Rosita tidak pernah menyangka Veddriq bakal menjadi atlet peraih emas Olimpiade. Dia bahkan sempat tidak memberikan izin anak lelaki satu-satunya itu menekuni panjat tebing.
Awalnya Rosita ingin Veddriq hanya kuliah, lalu lulus menjadi guru atau bekerja di bank. Veddriq adalah lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Akan tetapi, tekad Veddriq terlalu sulit dicegah. Bahkan, Rosita mengatakan, kebakaran hutan yang pernah melanda Kalimantan pun tidak mampu menghalangi anaknya berlatih.
Abang yakin bakal mengharumkan nama bangsa. Ini juga bisa jadi masa depan kita. Mama doakan abang saja, semoga berhasil. Nanti abang baguskan rumah kita.
Veddriq diam-diam berlatih di gedung olahraga sekitar rumahnya. Di sana, Veddriq banyak menghabiskan waktu melatih teknik panjat tebing. ”Mama tenang saja, abang cuma latihan, enggak ke mana-mana,” kata Veddriq kepada ibunya.
Lama-kelamaan, Veddriq tidak lagi berlatih diam-diam setelah sukses menjadi juara dalam berbagai kejuaraan. Dia memberanikan diri meminta izin Rosita apabila hendak berlatih. Veddriq bahkan sampai menangis jika tidak diizinkan latihan.
”Abang yakin bakal mengharumkan nama bangsa. Ini juga bisa jadi masa depan kita. Mama doakan abang saja, semoga berhasil. Nanti abang baguskan rumah kita,” kata Rosita mengulang ucapan anaknya.
Violita Equada (25), adik perempuan Veddriq, juga tidak pernah meragukan perjuangan kakaknya. Kendati diwarnai banyak kesulitan, seperti ekonomi, kakaknya tidak putus harapan.
Ia mencontohkan, kakaknya pernah kesulitan mendapatkan alat melatih kekuatan tangan. Tidak patah arang, Veddriq membuat alat sendiri dari kayu sisa. Kayunya didapat dari ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu.
”Kakak saya menggergaji dan membuat sendiri bahan-bahannya,” ujar Violita.
Bahkan, saat lomba waktu SMA dan kuliah, kakaknya itu sempat menggunakan sepatu panjat tebing bergantian dengan teman-temannya. Baru saat ikut pelatnas bisa membeli sepatu panjat tebing dengan uang sendiri.
”Dulu, jika mau latihan harus menunggu bergantian memakai sepeda motor dengan saudara yang lain,” kata Violita yang berharap pengalaman Veddriq bisa menjadi semangat anak Indonesia lain meraih mimpi yang sama di tengah keterbatasan.
Kini, Veddriq tidak hanya membuat bangga nama keluarganya. Kerja kerasnya ikut membanggakan masyarakat Indonesia. Medali emas menjadi bukti segala keterbatasan tak seharusnya menjadi penghalang meraih prestasi tertinggi.