Lewat Sepak Bola Putri, Harga Diri Brasil Diselamatkan
Brasil menembus final ketiga sepak bola putri Olimpiade. Di Paris, Brasil punya kans balas dua kekalahan dari AS.
MARSEILLE, RABU — Sepak bola Brasil sempat mendapat sorotan karena kegagalan tim putra lolos ke final Olimpiade Paris 2024 sehingga gagal mempertahankan medali emas yang diraih pada Tokyo 2020. Hasil itu mengakhiri capaian gemilang Brasil yang mampu menembus final sepak bola putra Olimpiade dalam tiga edisi sebelumnya. Namun, kekecewaan itu mampu ditebus tim putri ”Canarinhas” yang bakal menantang Amerika Serikat pada final sepak bola putri.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Dibandingkan dengan tim putra, tim putri Brasil tidak terlalu dielu-elukan. Meskipun tak pernah absen pada turnamen kelas dunia—Piala Dunia Putri sejak digelar 1991 dan Olimpiade sejak mempertandingkan sepak bola putri pada edisi 1996—tim putri Brasil belum pernah meraih gelar juara. Hal itu membuat mereka tidak memiliki lima bintang di atas logo yang menunjukkan prestasi membanggakan tim putra.
Namun, tim putri Brasil sudah pernah merasakan penampilan di partai puncak walau berakhir kekalahan. Pada ajang Piala Dunia, mereka tumbang dari Jerman di China 2007. Kemudian, pada Athena 2004 dan Beijing 2008, Canarinhas takluk dari Amerika Serikat pada gim perebutan medali emas Olimpiade.
Pandangan sebelah mata itu ditebus tim putri Brasil ketika memastikan partisipasi ketiga di final Olimpiade seusai menaklukkan Spanyol, juara Piala Dunia 2023, dengan skor 4-2, Rabu (7/8/2024) WIB, di Stadion Marseille. Tim asuhan Arthur Elias itu mampu membalas kekalahan 0-2 dari Spanyol yang tercipta pada laga terakhir Grup C.
Baca juga: Final Sepak Bola Paris 2024, Perancis dan Spanyol Menatap Goresan Sejarah Baru
Hasil itu memastikan ”Selecao” mampu menjaga tradisi selalu tampil pada laga final sepak bola Olimpiade sejak London 2012. Tim putra Brasil meraih medali perak pada London 2012, lalu mengukuhkan diri sebagai penyabet medali emas pada Rio de Janeiro 2016 dan Tokyo 2020. Sayang, dominasi tim putra itu tidak bisa berlanjut di Paris 2024 akibat gagal bersaing dari Argentina dan Paraguay pada babak kualifikasi.
Tanpa diprediksi sebelumnya, tim putri Brasil melanjutkan tradisi final Olimpiade itu. Sumbangan gol dari Gabi Portilho (menit ke-45+4), Adriana (72’), dan Kerolin (90+1’) melengkapi keunggulan Brasil setelah Spanyol memberikan gol bunuh diri melalui Irene Paredes (6’). Brace atau dua golpenyerang Spanyol, Salma Paralluelo, pada menit 85 dan 90+12 tidak cukup menghambat jalan Canarinhas ke final ketiga di Olimpiade.
”Ini adalah kemenangan besar. Sekali lagi, Spanyol adalah tim luar biasa dan kami tahu itu. Kami datang dengan determinasi tinggi dan berambisi untuk menang,” tutur gelandang Brasil, Angelina, yang mengenakan ban kapten untuk menggantikan Marta.
Elias menyebut skuadnya telah membuktikan kualitas mereka meskipun sempat tidak dianggap sebelumnya. Selain Spanyol, Brasil juga menaklukkan tim tuan rumah, Perancis, pada babak perempat final. Elias berambisi membawa tim putri Brasil mendapatkan lagi cinta dari masyarakat Brasil yang mulai memudar seiring performa menurun dalam satu dekade terakhir.
Baca juga: Jejak Spanyol dan Amerika Serikat Mewujudkan Final Ideal
”Brasil di sepak bola putri adalah sumber dari kebanggaan besar. Kami menunjukkan dunia bahwa kami memiliki tim muda, tim yang sangat bagus memahami taktik, dan selalu kompetitif,” ujar Elias yang menangani Brasil per 1 September 2023 lalu.
Balas dendam
Laga final di Paris 2024 menjadi kesempatan emas bagi Brasil untuk membalas kekalahan dari AS pada dua laga perebutan emas Olimpiade sebelumnya. Di Stadion Parc des Princes, Paris, Sabtu (10/8/2024) pukul 22.00 WIB, Brasil mengejar medali emas pertama dari sepak bola putri.
Pertandingan itu sekaligus menjadi laga terakhir bagi Marta, penyerang legendaris yang telah 22 tahun membela Canarinhas. Pemain berusia 38 tahun itu akan pensiun dari sepak bola internasional setelah Olimpiade Paris 2024. Pada Athena 2004 dan Beijing 2008, Marta bermain pada laga final yang dimenangi AS.
Kali ini, pemain-pemain muda Brasil yang tumbuh besar dengan bermimpi menjadi pesepak bola, seperti Angelina, Jheniffer, Vitoria Yaya, dan Kerolin, ingin mewujudkan perpisahan manis bagi Marta, idola mereka. Keempat pemain itu masih berstatus bayi berusia di bawah 3 tahun (batita) ketika Marta menjalani debut bersama Brasil pada 2002.
”Kami akan beristirahat, mempelajari banyak hal, dan mengamati apa yang bisa kami lakukan melawan AS,” ujar Angelina.
Meski begitu, Brasil perlu cermat memahami kekuatan terbaru AS bersama Pelatih Emma Hayes. Sejak mengasuh AS, Mei lalu, Hayes membawa timnya meraup delapan kemenangan dan sekali hasil imbang dari sembilan pertandingan.
Kami mencapai final, itu sesuatu yang luar biasa. Kami sangat bangga dan sangat siap untuk melanjutkan kebanggaan itu setelah final.
Performa itu menghadirkan kepercayaan diri bagi AS yang kembali menembus final sepak bola putri Olimpiade sejak London 2012. Jalan AS ke final ditentukan sepakan penyerang, Sophia Smith, pada babak perpanjangan waktu atau tepatnya di menit ke-95. AS menaklukkan Jerman, 1-0, di Stadion Lyon.
”Semua harus berpikir setiap pertandingan yang kami jalani di turnamen ini semakin berat. Ini adalah pertandingan level top, jadi saya sangat bangga dengan kemampuan kami bisa menjaga performa menghadapi lawan yang sulit,” ucap Hayes.
Bek AS, Emily Fox, sepakat dengan sang pelatih. Menurut Fox, fokus utama skuad AS adalah tampil seimbang dalam seluruh aspek permainan. Mereka berusaha mencetak gol, kemudian bekerja keras menjaga gawang nirbobol. AS mampu tak kemasukan pada dua laga fase gugur menghadapi Jepang dan Jerman.
”Kami mencapai final, itu sesuatu yang luar biasa. Kami sangat bangga dan sangat siap untuk melanjutkan kebanggaan itu setelah final,” kata Fox dilansir laman FIFA.
Baca juga: Sinyal Dominasi AS dan Spanyol, ”Comeback” Ajaib Jepang dan Australia
Adapun duo Eropa, Spanyol dan Jerman, akan bertarung untuk memperebutkan medali perunggu di Stadion Lyon, Jumat (9/8/2024) pukul 20.00 WIB. ”Kami harus bersiap karena perebutan medali perunggu tidak mudah,” ucap penyerang Spanyol, Jenni Hermoso. (AP)