Waspadai Enigma Aleksandra ”Ola” Miroslaw di Paris
Belum ada yang bisa mengurai enigma pemanjat tebing Aleksandra Miroslaw. Desak dan Rajiah terancam sekaligus terpana.
Oleh
REBIYYAH SALASAH, KELVIN HIANUSA DARI PARIS, PERANCIS
·4 menit baca
Pemanjat tebing Polandia, Aleksandra ”Ola” Miroslaw, seperti enigma yang belum dapat dipecahkan pemanjat mana pun di dunia, termasuk Indonesia. Konsistensi dan kegigihan yang mengantarnya menjadi ”ratu” panjat tebing merupakan ancaman bagi misi Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Sallsabillah meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024.
Ancaman itu begitu terasa di arena panjat tebing di Le Bourget Climbing, Saint-Denis, Perancis, Senin (5/8/2024) malam lalu. Sekitar 6.000 penonton memadati arena saat babak kualifikasi panjat tebing nomor speed putri itu. Mayoritas dari mereka merupakan pendukung tuan rumah Perancis. Meskipun begitu, mereka tetap bersorak menyemangati para pemanjat lain, terutama yang berhasil mencatatkan waktu impresif.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
Pemanjat yang paling disambut hari itu adalah Aleksandra ”Ola” Miroslaw. Para penonton bahkan memberikan standing ovation saat Ola memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri. Dua kali dia memecahkan rekor dunia, dua kali pula para penonton menyambut dengan riuh. Ola lantas membalasnya dengan lambaian tangan.
Tak cukup bagi Ola mencatatkan waktu 6,21 detik untuk menajamkan rekor dunia 6,24 detik yang diciptakan 2023. Saat pemanjatan kedua di jalur A babak penyisihan unggulan, Ola menajamkan lagi rekornya dengan finis dalam waktu 6,06 detik.
Ola tampak sangat fokus, bahkan sampai setelah turun dari panggung. Dia melenggang begitu saja di zona campuran, tidak mau diwawancara. Berbeda dengan Desak yang bisa membagi fokus. Desak begitu kalem dan fokus ketika di panggung, tetapi sangat ramah setelah selesai berlaga.
Desak sempat dipanggil oleh salah satu penonton perempuan. Dia menoleh dan tersenyum. Penonton itu kemudian meminta izin untuk berfoto bersama. Desak menerima ajakan itu, bahkan juga menandatangani tas jinjing sang penonton. ”Wah, kamu baik sekali ya,” kata penonton tersebut.
Ola, Desak, dan Rajiah menjadi bagian dari delapan pemanjat yang melaju ke babak final yang akan digelar Rabu (7/8/2024). Mereka akan mengawali perjalanan dengan bersaing di babak perempat final pada pukul 17.35 WIB.
Apabila Desak dan Rajiah memenangi partai perempat final, Indonesia bisa memastikan minimal medali perak dari nomor putri speed panjat tebing. Mereka berada dalam jalur yang sama menuju partai puncak dan berpotensi saling beradu di semifinal.
Beruntung, Desak dan Rajiah berbeda jalur dengan Ola. Jika sama-sama menang terus, Desak atau Rajiah baru akan bertemu Ola di partai puncak dalam perebutan medali emas.
Bagi Desak dan Rajiah, raihan medali emas di Paris akan sangat bermakna. Mereka bermimpi mencetak sejarah dengan menjadi juara dalam debut sebagai atlet sekaligus debut panjat tebing nomor speed di Olimpiade. Prestasi tertinggi itu juga akan mengakhiri penantian Indonesia di Paris yang belum meraih medali emas satu pun.
”Desak sangat senang bisa lolos ke final dan berlomba lagi. Desak berharap bisa memenangi medali emas untuk Indonesia,” kata Desak.
Namun, penampilan impresif Ola akan menjadi tembok penghalang untuk impian Desak dan Rajiah. Mereka paham itu sejak awal, bahkan jauh sebelum perlombaan di Paris.
Apalagi, Ola cukup konsisten sebagai pemanjat putri tercepat dunia. Sejak pertama kali memecahkan rekor dunia dengan 6,84 detik di Kejuaraan Eropa 2020 di Moskwa, tidak ada pemanjat putri lain yang mampu melampaui catatan tersebut.
Ola sempat tertekan setelah kehilangan tiket ke Olimpiade karena terpeleset di babak semifinal Kejuaraan Dunia Bern 2023. Padahal, Ola difavoritkan menjadi juara sekaligus pemanjat pertama yang lolos ke Paris.
Pada momen inilah Ola kian menunjukkan kehebatannya. Pemanjat berusia 30 tahun ini bisa mengaku bisa mengatur ulang dan mengambil pendekatan yang lebih 'menyenangkan' saat memanjat. ”Ola sudah juara, Desak baru lahir,” kata Desak sambil bercanda.
Desak tidak benar-benar serius saat mengatakannya. Ola menjuarai kompetisi internasional pertamanya pada 2009, saat Desak baru berusia 8 tahun. Namun, dengan perkataan itu pula, Desak menunjukkan rasa hormatnya kepada Ola.
Segala cara sudah dicoba untuk mengejar Ola. Desak, misalnya, sempat mengubah gerakan secara radikal. Akan tetapi, perubahan itu belum berbuah hasil. Desak pun kembali ke gerakan lama.
Namun, barangkali untuk saat ini, Desak ataupun Rajiah tidak perlu berupaya mengurai enigma Ola agar bisa menandinginya. Alih-alih memandang Ola yang seperti menara menjulang, Desak dan Rajiah bisa mengembalikan pandangan kepada diri sendiri.
Fokuslah yang membawa Desak tetap tenang, kendati sempat mengalami drama kendala teknis pada kualifikasi. Karena fokus juga, Desak mampu bisa melewati rasa gugup karena banyak penonton yang melihat.
Siapa pun lawannya atau sehebat apa pun Ola, seperti kata Rajiah, ”digas sajalah!”.