Keempat atlet nomor speed yang menjadi andalan Indonesia meraih medali emas di kategori putra dan putri itu rutin menjalani latihan yang lokasinya sama dengan arena lomba Olimpiade, Le Bourget Climbing di Saint-Dennis, tetapi menggunakanwall khusus latihan. Sementara wall untuk lomba baru boleh dicoba pada 3 Agustus. Sesi latihan terbatas itu sangat krusial untuk mengetahui karakter poin jalur panjat, seperti kekasaran dan tingkat kelicinan. Selain itu, sesi itu krusial untuk mengasah taktik guna mencetak waktu tercepat.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Ikuti informasi terkini seputar Olimpiade Paris 2024 dari berbagai sajian berita seperti analisis, video berita, perolehan medali, dan lainnya.
”Kita sedang proses aklimatisasi dan penyesuaian jam biologis karena perbedaan 5 jam antara Paris dan Jakarta. Tantangan lainnya adalah di Perancis sedang panas-panasnya ini antara 30-31 derajat celsius. Oleh karena itu, saat berlatih semua atlet mengenakan handuk pendingin di kepala,” ujar Manajer Tim Nasional Panjat Tebing Indonesia Amrizal Umarella dari Perancis, Kamis (1/8/2024).
”Atlet sudah berlatih sejak hari pertama tiba di Perancis pada tanggal 28, kemudian mereka latihan lagi pada 29, 30, dan 31 Juli. Setiap kali latihan sekitar 2 jam. Hari ini kita istirahatkan, dan besok (2 Agustus) latihan ringan. Kemudian kita akan sesuaikan latihan dengan jadwal lomba, pada tanggal 4 yang latihan atlet putra, dan pada tanggal 3 atlet putri yang latihan,” kata Amrizal, yang akrab disapa Ichal.
Panjat tebing akan mulai berlomba pada 5 Agustus dengan kualifikasi seeding dan eliminasi nomor speed putri. Kemudian, pada 6 Agustus nomor speed putra menjalani kualifikasi seeding dan eliminasi. Nomor speed putri akan menjalani babak perempat final, semifinal, dan final pada 7 Agustus mulai pukul 17.35 hingga pukul 17.54 WIB. Kemudian, babak perempat final, semifinal, dan final nomor speed putra akan berlangsung pada 8 Agustus dengan jam yang sama.
Terkait dengan kondisi kesehatan dan mental para atlet, Icha menegaskan, bagi para atlet bertanding di level dunia sudah menjadi rutinitas mereka. Bahkan, lawan-lawan di Olimpiade juga sama dengan yang mereka hadapi dalam seri seri Piala Dunia IFSC. Kondisi itu mebuat mental para atlet tidak terganggu, dan kesehatan mereka pun tetap baik.
”Saat ini semua atlet dalam kondisi baik, kesehatan dan mental. Mereka tidak tegang dan menikmati kondisi di sini. Mereka juga banyak bercanda, happy, di grup WA kami pun mereka asyik. Selain itu, dukungan dari masyarakat Indonesia yang banyak disampaikan juga membuat mereka bersemangat,” lanjut Ichal.
Calon lawan yang potensial menjadi pesaing terkuat Veddriq dan Adi di nomor speed putra, Ichal menilai, akan mirip dengan di seri-seri kejuaraan dunia. ”Di putra masih sama dari Amerika, China, dan tuan rumah Perancis. Ada Wu Peng, juga (Samuel) Watson. Mereka sudah sering bertemu di berbagai kejuaraan,” ujar Ichal.
”Namun, harus dipahami bahwa perbedaan panjat dan cabang olahraga lain adalah sisi waktu yang perbedaannya di bawah 1 detik. Sebagai contoh, siapa yang menyangka dalam Asian Games kemarin (Hangzhou) emas nomor putra lepas. Siapa yang menyangka kualifikasi pertama Olimpiade Adi yang lolos lebih dulu dari Veddiq dan Kiromal. Jadi, perbedaan sepersekian detik itu faktor nonteknis yang menentukan. Oleh karena itu, kami sekarang di Paris berusaha menjaga faktor-faktor nonteknis itu tidak mengganggu atlet. Kalau soal teknis, semua kemampuan atlet setara,” ujar Ichal.
Untuk menjaga kondisi atlet tetap fokus pada perlombaan, beberapa langkah yang dilakukan FPTI adalah menyediakan konsumsi dengan menu Indonesia, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia untuk Perancis. Tim juga melakukan survei ke Perkampungan Atlet untuk memastikan benar atau tidak isu-isu ketidaknyamanan yang disampaikan oleh kontingen-kontingen negara lain.
Saat ini semua atlet dalam kondisi baik, kesehatan dan mental.
”Saat ini atlet masih tinggal di hotel dekat dengan arena panjat, dan baru besok (2 Agustus) akan pindah ke perkampungan atlet. Namun, sebelum mereka pindah, kami tadi melakukan survei untuk melihat langsung kondisi di Olympic Village. Kami ingin tahu langsung seperti apa yang dikeluhkan negara lain seperti kamar mandi bersama, tempat tidur, dan makanan. Kami tidak ingin terjebak isu-isu, jadi kami survei langsung. Kami juga mencoba bus yang membawa atlet ke arena yang dikabarkan panas,” ujar Ichal.
”Sejauh ini semuanya oke, tetapi kami akan rapat lagi nanti untuk memutuskan apakah akan di perkampungan atlet atau di hotel. Semua demi kenyamanan atlet supaya bisa tampil maksimal. Maka dari itu, kami sangat memerhatikan hal-hal nonteknis tersebut, mulai dari perkampungan atlet, makanan, juga kenyamanan istirahat,” kata Ichal.